Si India Yang Sebel Dengan Orang India

Kemarin gw ada pengalaman menarik, makan siang dengan kolega orang India.

Sesudah ngomong ngalor-ngidul berbagai topik, dari Bollywood (seriusan! Dan ternyata doi sependapat sama gw, film “My Name Is Khan” sucks! Melodramatis lebay!) sampai ribut-ribut perbatasan India dan Pakistan, kita akhirnya sampai ke topik budaya etnis.

Kolega saya ini, sebut saja namanya Si Vijay (dari “Inspektur Vijay” di film Bollywood. Buset deh! :D), menceritakan waktu dia pertamakali pindah dinas ke Jakarta, dia tidak mau tinggal di apartemen yang…. banyak orang India-nya! Menurut Si Vijay, dia pribadi tidak suka berada di lingkungan orang India lagi karena banyak sifat-sifat umum orang India yang tidak dia disukai: ngomongnya kenceng, selalu terburu-buru, suka bertamu tak diundang, dll. Jadilah dia memilih apartemen dengan populasi expat India yang relatif lebih sedikit.

Mungkin mudah dari kita untuk menuduh si Vijay ini sebagai “kacang lupa kulit”. Tapi gw mau mengambil sisi positifnya. Menurut gw si Vijay ini menarik karena bisa menyadari sifat-sifat khas bangsanya yang bisa jadi tidak menyenangkan orang lain. Mencintai dan bangga akan bangsa sendiri tidak berarti menjadi “cinta buta”, seperti halnya dengan semua jenis cinta lainnya tidak boleh buta. Mencintai identitas bangsa sendiri juga harus bisa membuka mata akan kelemahan-kelemahan kita sendiri, ya gak sih?

Gw jadi mikir, kalo gw mencoba ikut berada di posisi Mas Vijay, apa ya sifat-sifat bangsa sendiri yang kira-kira kurang oke?

1. Jam karet. Ini ada di puncak list buat gw. Gw suka gak tahan dengan orang yang dateng ke meeting/janjian telat. Selain karena didikan keras bokap gw sejak kecil untuk tepat waktu, gw juga merasa jam karet itu tidak menghargai orang lain. Lebih parah lagi, kemudian diciptakan budaya yang mengantisipasi jam karet itu. Contoh:

“Meeting jam berapa bro?”

“Undangan jam 2. Artinya baru mulai jam 2.30”

Lah? Pantes aja masalah jam karet ini jadi lingkaran setan….

2. Basa-basi/takut terus-terang. Dalam pekerjaan gw sering banget melihat situasi ini. Kita tidak setuju atau berbeda pendapat dalam diskusi, tapi tidak mau bersuara. Masalahnya adalah ketika belakangan, kita ngedumel di belakang. Atau lebih parah, malah mensabotase di tengah jalan. Ada banyak alasan orang tidak mau berterus-terang atau berbasa-basi. Tetapi yang umum adalah tidak mau menyinggung perasaan orang lain.

Gw bisa ngerti sih alasan tidak mau menyinggung ini. Masih banyak di antara kita yang punya budaya “sensi”, tidak bisa memisahkan antara berbeda “pendapat” dengan “sentimen pribadi”. Seringkali berbeda pendapat dicampur-aduk menjadi “tidak suka pada pribadi secara keseluruhan”. Kebiasaan takut terus-terang, tidak seperti jam karet yang ada di individu masing-masing, mungkin memang lebih sulit diubah, karena butuh kesadaran untuk menerima perbedaan pendapat dengan dewasa.

Gw selalu inget kisah Bung Karno dan Bung Hatta. Konon mereka sering tidak sepaham, bahkan sering berdebat dan bertengkar keras masalah kenegaraan. Tapi ya sudah, mereka tetap dua sahabat. Dan sesudah berdebat ya mereka tetap bersepeda bersama. “Nothing personal” menjadi prinsip dalam berbeda pendapat.

3. Takut bertanya. Gw gak tahu apakah kebiasaan ini masih banyak terjadi, atau hanya berlaku di generasi yang lebih tua. Mungkin generasi remaja sekarang lebih kritis dan lebih berani bertanya ya? Tapi dalam budaya “gengsi” seperti di bangsa kita, banyak yang takut bertanya karena takut terlihat bodoh. Dulupun gw juga seperti ini. Mending diem deh daripada terlihat tolol. Tapi kemudian gw ketemu quote yang akan gw inget selamanya: “When you ask a question, you will look a fool for 5 minutes. When you don’t ask a question, you will remain a fool forever. Keren yah? Yah? Yah? 😀

4. Kurangnya common courtesy. “Common courtesy” buat gw adalah sopan-santun/etiket di tempat umum, terhadap orang asing. Dan ini dalam hal-hal sederhana seperti menahan pintu lift, tidak mengantri, memberikan kursi bis/kereta pada wanita hamil/orang tua. Justru gw perhatiin orang bule lebih murah-hati dalam hal common courtesy. Kalo gw naik lift di apartemen di malam hari, kalau ada bule di dalam mereka selalu mengucapkan “good night” saat keluar dari lift. Atau saat keluar ruangan mereka suka menahankan pintu dan mempersilahkan orang lain untuk keluar terlebih dahulu.

Bangsa kita ramah kok kalau sudah kenal atau di dalam rumah, tapi kalau di tempat umum seringkali terlihat inconsiderate/tidak memikirkan orang lain. Entah itu ngobrol di bioskop (GW PALING BENCI KALO ADA YANG NGEBAHAS FILMNYA DI DALAM BIOSKOP: “Jadi ya, abis ini nanti jagoannya ketembak…”, “Yang, yang, siapa sih penjahatnya??” – KALO BEGO JANGAN NONTON FILM!), atau lebih nyebelin lagi, ngomong pake hape di dalam bioskop!

Tapi common courtesy ini memang harus sering dilatih. Dan tidak seperti jam karet atau takut bertanya, gw pun masih sering melatih diri supaya bisa lebih memikirkan orang lain. Minimal buka pintu gedung liat2 di belakang ada orang gak, jangan langsung dibanting tutup.

Yah gitu deh, sifat-sifat dari bangsa sendiri yang (menurut gw) kurang oke dan bisa diperbaiki. Mungkin yang lain bisa menyebut yang lain?

(Let me guess, pasti soal pertanyaan “Kapan kawin?” di pertemuan2 keluarga? YA KAN? Hihihii….)

Categories: Random Insight

23 Comments »

  1. Nggak suka ikut aturan, menurutku itu Indonesia banget. Mulai dari anak SD yang udah dikasih kenderaan bermotor, nabrak lampu merah, nyebrang sembarangan, nipu. Pokoknya kalau ada aturan yg dibuat, bawaannya pengen dilanggar aja. Huffh.

    *suka bagian quotation supaya bertanya-nya’. 😀

  2. Mau mengomentari yang masalah sapaan ke sesama. Menurut gw, kalau kita melakukan hal seperti itu, suka dikira SKSD atau sok kenal gitu deh. Jadinya gimana dong, om pisang?

  3. Gak sadar kebersihan 😦
    kayaknya salah satu kebiasaan yang paling susah utk diubah adalah buang sampah sembarangan. Tempat umum, kendaraan umum, atau bahkan jalan raya pun sering sekali dianggap sebagai daerah tak bertuan dan dengan demikian bebas aja utk dikotori.

    Gak sadar lingkungan sekitar juga,misalnya di tempat umum tp ngobrol n becanda berisik seenak jidat, atau merokok di tempat yg rame trus gantian nyolot kalo diingetin.. Menyebalkaaannn.. *lho sekalian curhat*

  4. Menarik! Kalo blh bilang, wkt gw dulu kuliah di luar gw jg jarang bergaul sm anak kampus yg WNI. Sering dibilang ga bergaul, tp gw lbh memilih gitu drpd gw begah liat gaya hidup (kebykan) mahasiswa yg selangit. Dr club mobil lah, kongkow2 ga jelas tiap hari etc. Hasilnya gw lbh byk berteman sm mahasiswa Indonesia yg lbh tau cr hidup “sederhana” dan temen2 bule yg byk ngajarin si “common courtesy” itu.

    Kalau bicara common courtesy mana yg gw pgn bisa di perbaiki, gw jd bingung hrs mulai dr mana??? Hehehe.. Tp yg obvious dan br saja gw rasain adalah: ngantri naek bus. Pertama: busnya ga mau berhenti di halte dan ga mau sabar nungguin penumpang naik. Kedua:orang2 pd berebutan naik (ga antri!) Dan tiba2 jalanlah tuh bus, hasilnya 1 wanita terguling2 di jalan krnn blm sempat naik semua kakinya tp busnya kabur.

    Kl masalah pertanyaan: Kapan kawin? The question don’t stop there, they’ll ask again: kapan pny anak? “Heloooo, tau gak sih udh brp dr kandungan yg gw datengin dan tau ga sih kalo pertanyaan lo tuh bikin org jd nangis darah??”

    So yeah, gw cinta negara gw, gw cinta Indonesia, tapi gw ga cinta buta. I’m also still learning to be a better Indonesian. 🙂

    • Damn! Saya adalah orang yg pernah jadi korban karena bus yang seperti itu. T_T. Saat mau turun, baru turun sebelah kaki, busnya udah maen jalan aja. Jatuhlah. Mencium aspal. Menggesek aspal. Luka bakar derajat 1. Bah.

  5. Hmmm….
    Kadang suka heran yahh…banyak sekitaran yang susah banget untuk bilang ‘tolong n terimakasih’
    Itu termasuk gak bang?

    Trus tentang pertanyaan2 yg ‘gak sopan’ itu…beneran lho itu bikin saya jadi agak cuek sm lingkungan terutama keluarga, keseringan ditanyain hal2 yg menurut saya itu murni urusan saya pribadi….trus berusaha lempeng n gak tersinggung…ehh keblabasan lho….jadi kalo dipertemuan2 keluarga (yg paling punya stock banyak pertanyaan2 gak enak gitu) saya jadinya cuek n males bergaul sm keluarga sendiri….gak nyaman…..

  6. 1. jorok : ngeludah d trotoar, di atas metromini,.. pipis d sembarang tempat.
    2. ga peduli aturan ga peduli org lain.
    3. terlalu gampang kagum pd hal2 “bergincu” alias keren di luar.
    4. ga berani punya pendapat pribadi. (ikut kata kelompok, masy, agama, orgtua)

    setuju bgt sm no 3 & 4.

  7. Gw sebel ma double-standard nya sbagian org indonesia (mo laki ato prempuan pun). Klo liat ada cewe yg scr finansial “bgantung” ma pasangannya, dbilang morotin lah, azas pemanfaatan dll. Tp klo ada cewe yg financially independent, jabatan lumayan tinggi, mlh diblg sok emansipasi, lupa kodrat, workaholic, sok ga butuh laki. Uh sebel !

  8. 1.Klo masih single ditanya mana cowonya, blom merried ditanya kapan merriednya, dah merried ditanya kapan punya anaknya (upps :D)
    2. Ga terlalu peduli sama hak orang lain, ngrokok dimana aja ga pandang tempat. buang sampah asal lempar, trotoar malah buat tempat parkir ama jualan
    3. Masih banyak yg kurang toleran ama perbedaan, sama hal2 baru yg diluar kebiasaan, padahal mah itu urusan pribadi tiap orang

  9. Budaya korupsi dan berbuat curang dari kecil om. Sepertinya di negara tercinta kita ini sudah ada hukum halal nya ya :p berbuat curang dari kecil om. Sepertinya di negara tercinta kita ini sudah ada hukum halal nya ya :p

  10. poin 2. om
    Basa-basi/Terus Terang
    Beda pendapat yang ujung-ujungnya jadi sentimen pribadi 🙂 yang kadang secara ngga’ sadar ditularkan ke orang lain. Si A sama B yang beda pendapat, si C yang denger dari A trus ikutan ngga’ suka sama B :)) piss

    Kalau soal malu bertanya; kadang kalau ada orang nanya, yang lain melihat dengan pandangan “ishh, lo gitu aja nggak tau” padahal sama sama nggak tau-nya :))

  11. Eiiit ntar dulu, gw punya temen dr malaysia, dia bilang banyak jg loh org2 malay & singapur ngiri dg gaya hidupnya org indo. Sptnya enak & bebas banget idup di Indo, gak banyak aturan! Emang rumput tetangga lebih ijo ketimbang rumput sendiri ya?! BTW, postingnya positif banget Bang! Thanks ya.

  12. Ngerumpi…

    Tetanggaku, pagi pagi dah kumpul bareng genk nya, sambil nyabutin uban ngegosip..eh si anu tuh anu..anu ya..Pokoknya ga produktif banget deh

    Trims’ salam

  13. KKN …. kayaknya yang nggak bisa buat aku tahan di negeriku tercinta nusantara ini. padahal negeri ini kan kaya! masa…. kita bisa kalah maju ama malaysia padahal bangsa ini mayoritas pekerja keras.orang malaysia aja pemalas manja….

Leave a reply to Linda Cancel reply