“Marketingnya Jokowi Payah!”

Sebagai pelaku dunia advertising, namanya iklan dan kampanye merek apa aja pasti dlilihatin dan dibahas. Bahkan iklan Mastin sekalipun, walaupun akibatnya jingle sialan itu nempel di kepala (“KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA…KULIT MANGGIS, KINI ADA EKSTRAKNYAAAA….” Aaaaaaaargghhh!!!) Kampanye capres pun tidak luput dari perhatian gw. Dan salah satu yang bikin gemes adalah kampanye capres Jokowi-JK. Kenapa?

Karena menurut gw kampanye Jokowi-JK BERANTAKAN BANGET.

Gw melihat bentuk kampanye Jokowi, entah itu di TV atau media sosial, seperti gak berpola. Hestek aja macem2, gak ada satu yang dominan. Ada #JokowiAdalahKita, ada #SalamDuaJari, #RevolusiMental, #JKW4P, #JokowiDay, dll, dll. Heran, hestek aja gak bisa seragam, harus macem2. Begitu juga dengan organisasi relawan, gak karu2an rasanya. Ada Kawan Jokowi, ada JANGKAR, ada Generasi Optimis, Bara JP, dll, dll.

Website pun acakadul. Ada jokowicenter.com, ada gerakcepat.com, ada faktajokowi.com, dan masih banyak lagi. Dan sampai sekarang gw gak tahu yang mana akun Twitter resmi Jokowi-JK yang harus diikuti, karena ada beberapa.

Kemudian urusan grafis. Heran, masalah grafis yang digunakan aja gak ada kesepakatan. Bentuknya macem2. Contohnya:

(ngeselin kan? Gak kompak, pada beda2 sendiri)

Kemudian urusan video YouTube aja. Berasa gak ada pola yang sama. Setiap video dukungan terasa beda-beda pesan dan stylenya, seenak udel yang bikin. Contohnya:

Kenapa sih gw emosi? Karena bagi praktisi komunikasi iklan, brand campaign seperti gw, gak ada yang lebih menakutkan daripada sebuah campaign yang tidak sinkron, tidak kompak, style yang berbeda-beda satu dengan yang lain, slogan yang beragam. Mengapa hal ini umumnya dibenci oleh praktisi iklan dan pemasaran? Karena ada dua hal:

  1. Efektivitas pesan. Sebuah merek yang dalam satu periode tertentu berbicara hal yang berbeda-beda, maka ditakutkan audiens yang ditargetkan akan menjadi bingung. Sebenarnya pesan utamanya apa sih dari merek ini? Kami praktisi iklan biasanya menganjurkan kepada client agar punya pesan yang konsisten dan terintegrasi (bahasa kerennya IMC: Integrated Marketing Communication). Maksudnya, silahkan berkomunikasi dengan berbagai saluran (iklan TV, cetak, radio, billboard, digital, event, dll.), tapi mbok ya pesannya rapih dan sebisa mungkin cukup satu pesan, satu slogan. Agar kemanapun target audiens menoleh, dia melihat pesan yang sama dan konsisten, jadi lebih “nempel” di benak pikiran. Selain pesan, gaya berkomunikasi juga dianjurkan untuk sama. Jangan sampe ada yang alay, ada yang hipster, ada yang dangdut pantura, semua campur aduk jadi satu. Jelek tuh buat brand-nya, kalau kata praktisi komunikasi pemasaran.
  2. Efisiensi biaya. Kampanye iklan bukan hal yang murah. Membeli slot iklan TV itu mahal sekali, apalagi di acara populer seperti YKS, Dahsyat, dll. Apalagi ditambah memasang iklan di koran, di website, dll. Pesan yang berbeda-beda dengan gaya yang beragam membuat kemungkinan audiens menangkapnya menjadi berkurang, sehingga efisiensi biaya dipertanyakan. Karena itu dalam komunikasi pemasaran ditekankan kampanye yang rapi, sinkron, dan terintegrasi agar budget yang dikeluarkan client bisa optimal.

Karena itulah gw gemetz, gemetz, gemetz ngeliat betapa berantakannya komunikasi kampanye Jokowi. Tampak jelas tidak ada koordinasi dan komando yang jelas, sehingga hestek, slogan, tema, dan judul berkembang majemuk tergantung siapa yang membuatnya. Nah, kebetulan dalam dua kesempatan gw berinteraksi dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dengan tim kampanye Jokowi-JK, dan gw selalu mengeluhkan hal yang sama:

“Gaes, kenapa sih komunikasi Jokowi gak kompak gitu? Hestek aja gak bisa disatuin, gimana sih? Gak ada koordinasi yang rapi ya di antara kalian”

Dan anehnya, dua kali juga gw mendapat jawaban yang sama:

“Gak pa-pa mas, karena itu inisiatif sukarela pendukung. Kita biarkan mereka berekspresi sendiri2…”

Jujur awalnya gw gak puas banget denger jawaban itu. Sebagai praktisi iklan yang sudah mengerjakan berbagai kampanye brand belasan tahun, rasanya gemas melihat pelanggaran “prinsip-prinsip dasar komunikasi pemasaran” di depan mata. Sebagai simpatisan Jokowi-JK, tentunya tanpa sadar default setting gw adalah berharap “brand” Jokowi-JK bisa dikomunikasikan seefektif dan seefisien mungkin, layaknya brand-brand komersial umumnya. Gak apa-apa sih sukarela pendukung, tapi mbok ya dikomando dengan rapih. Pengennya, hanya ada SATU website untuk seluruh kegiatan kampanye mereka. Cukup satu saja hestek yang digunakan, satu design grafis, satu slogan, dan satu akun Twitter untuk kampanye. Kan enak dilihatnya? Kompak, konsisten, terintegrasi!

Tetapi setelah gw renungkan kemarin (dibantu dengan mencret2 karena keracunan makanan), gw mendapat pencerahan lain.

Komunikasi kampanye Jokowi-JK terkesan “berantakan”, karena diciptakan tulus oleh masyarakat pendukungnya yang juga plural, tanpa komando.

Apa yang dianggap oleh teori text-book komunikasi pemasaran sebagai kesalahan yang harus dihindari, justru menunjukkan sejatinya “brand” Jokowi. Yaitu “brand” yang dilahirkan bersama, dari rahim ide kita semua yang majemuk ini. Mereka yang rapper, mereka yang penulis, mereka yang pembuat film, mereka yang blogger, mereka yang mahasiswa, mereka yang politisi, mereka yang ibu rumah tangga, mereka yang petani, dan sejuta macam “mereka”. Gabungan jutaan “mereka” yang menjadi “KITA” inilah yang menyumbangkan mosaik sosok Jokowi. Dan itulah mengapa sosok Jokowi memiliki komunikasi beragam, “berantakan”, “tidak kompak”, karena dia menjadi milik kita bersama yang beragam juga. “Brand” Jokowi bukan merek yang didesign, di-engineer, dikonstruksi di sebuah kantor mewah perusahaan pemasaran. “Brand” Jokowi lahir dari kita yang Bhinneka.

Secara ilmu marketing, kampanye Jokowi bisa dibilang payah. Tetapi ini mungkin mencerminkan sosok beliau yang memang bukan seorang “marketer” ulung seperti Hermawan Kartajaya. Dia bukan pemasar mimpi, pengobral retorika. Tetapi dia adalah pelaku mimpi itu sendiri. Jokowi memang tidak pandai marketing, karena mungkin dia lebih memilih bekerja nyata daripada berjualan.

Selamat ulang tahun pak Jokowi. Marketing bapak memang payah! Tetapi justru dari situ saya melihat bahwa “brand” bapak memang milik kita. Bukan milik sekelompok elit yang pintar mendesain iklan, tetapi milik jutaan rakyat Indonesia, dengan beragam warna dan mimpinya, dengan segala ragam talentanya, dengan segala ke-Bhinneka-annya.

Tuhan memberkati bapak.

🙂

Categories: Negeriku, Random Insight

Tagged as: ,

132 Comments »

  1. Big idea : Jokowi adalah Kita
    Gak rapi karena itu menjadi user-generated content.
    Kenapa? karena JOKOWI ADALAH KITAAAAAAAAAAAAA (ngmgnya gaya 300 this is sparta)

  2. kenapa sik harus ada “mencret-mencret keracunan makanan”nya? ​(˘̯˘ )​( ˘˘̯)
    Anyway, suka banget tulisannya. Akhirnya gak jadi silent reader lagi deh, gue. 😀

  3. Blog ini kayak jawaban bagi gue setelah baca salah satu akun twitter dari wartawan yang mengkritik kampanye jkw-jk yg kurang terorganisir, nggak kayak kubu prahara…

  4. Melahirkan teori/konsep baru?
    Pemasaran berdasarkan komunitas
    Dimana mereka (konsumen) bebas menerjemahkan apapun pesan yang disampaikan sesuai dengan identitas dan budaya mereka
    Bagaimana Pak?

  5. Ulasan yang menarik. Pandangan dari dua dimensi, ilmu komunikasi pemasaran dan sosiologi. Salut!

  6. Nnti kalo Jokowi nya menang telak dengan strategi marketing berantakan ini, kayaknya anda akan dapet ilmu baru. At least bahan analisa yg baru. Peace.

  7. Setahu gue yang resmi ya yang pake tagline “Jokowi Adalah Kita”, sisanya ya partisipasi-partisipasi dari beragam kelompok relawan yang pakai budget sendiri tanpa koordinasi. Kemungkinan lain, setahu gue di tiap timses, juga ada beragam tim kampanye dengan budget sendiri-sendiri. Ini paling kelihatan di kubu Prabowo-Hatta dimana timses Prabowo beda dengan timses Hatta, belum lagi timses dari parpol-parpol pendukung, dan timses underground yang budgetnya juga dipegang dan dikelola masing-masing juga secara independen.

  8. Harus diakui bahwa nongkrong di toilet itu sering jadi moment yang banyak mendatangkan inspirasi dan saat untuk berfikir jernih. (^_-)
    Nicely written, Henry!

  9. Sebelumnya, anda harus bisa bedakan kampanye produk, dan kampanye politik,….dulu,..
    ini adalah kampanye politiik,,… Memang ada beberapa yg mungkin dikerjakan oleh tim kreatif kampanyenya,….
    tapi sebagian besar bentuk2 desain grafis/logo/video,.. Itu adalah hasil spontanitas dari relawan,..(pendukung) yang tidak dipesan, tidak direncanakan secara konseptual,…tapi berdasarkan spontanitas dan semangat untuk mendukung yang sangat besar,….tanpa ada imbalan,….
    jadi Harap maklum,…..
    Namanya kreativitas “spontan” ya begitu lah,… Ide keluar dari otak masing-masing relawan…secara spontanitas
    Yang penting bukan “Black Campaign” yang isinya hanya memanfaatkan issue SARA,…
    terima kasih,….

  10. haha.. sangat benar apa yang ditulis, dan itu benar karena semua lahir dari relawan. dari bawah ke atas (partisipatif), bukan dari atas ke bawah (komando)
    salam kenal

  11. jaman sekarang iklan mah udah ga efektif bro, udah ketinggalan jaman yang namanya iklan, orang2 udah tau kualitas jokowi seperti apa, orang2 kebanyakan udah bisa membedakan mana orang yang bermasalah seperti prabowo atau jokowi yang udah jelas bersih dan lebib baik lah daripada si prabowo yang sadis!

  12. “Kenapa sih gw emosi? Karena bagi praktisi komunikasi iklan, brand campaign seperti gw, gak ada yang lebih menakutkan daripada sebuah campaign yang tidak sinkron, tidak kompak, style yang berbeda-beda satu dengan yang lain, slogan yang beragam.”
    Mau gimana lagi pak. Ini kan inisiatif dari masyarakat sendiri, bukan atas pesanan Jokowi. Klo dari sisi marketing memang benar, tapi mbokya anda melihat dari sisi partisipasi masyarakat donk.

  13. Mungkin jokowi ahli kalau disuruh masarin meubel… Tapi yang ahli memasarkan dia adalah para relawan yang ingin indonesia menjadi lebih baik…

  14. Asli sempat agak “marah” baca judul tulisan nya si piring ini…. dg penasaran aku baca….. ternyata. .. tulisan yg keren…!!!!! (Btw gw follower si piring gila ini lho… diem2 selalu beli buku nya tp tdk dibawa pulang ke rumah krn takut dibilang istri kayak anak abg baca bukunya piring….. hehehee I’m 42 yo)

  15. Izin Comment yah, Sebagai praktisi komunikasi periklanan dan brand campaign juga, maaf ya kalau kepanjangan, abis tulisannya menarik banget buat dibahas..
    Point yang mau gw komentarin adalah:
    “Komunikasi kampanye Jokowi-JK terkesan “berantakan”, karena diciptakan tulus oleh masyarakat pendukungnya yang juga plural, tanpa komando.”
    Sub Judul terakhir dari tulisan anda ini sejatinya adalah sebuah paradoks yang intinya menyiratkan brand Awareness sang capres – cawapres no.2 ini sukses menciptakan engagement yang bersifat bottoms up, grass root movement, atau apapun bahasanya. menurut saya eksekusi big idea nya sih tanpa celah, menyangkut siapa yang dikampanyekan, fungsi dari setiap saluran media kampanyenya, semua terkoordinir dan terintegrasi secara organik, – canggih kan?
    tentu big umbrela nya yah JOKOWI -JK;
    “Website pun acakadul. Ada jokowicenter.com, ada gerakcepat.com, ada faktajokowi.com, dan masih banyak lagi.”
    Gw yakin anda bisa menyimpulkan bahwa website2 ini punya point yang dikedepankan berdasarkan eksistensinya untuk segment pasar yang berbeda pula jadi saling melengkapi, contoh gerakcepat.com segment nya lebih ke anak muda yang relatif baru melek politik untuk support positive campaign, jokowicenter.com yang lebih mature, sehingga contentnya pun lebih ke general update yang faktual, nah yang terakhir adalah faktajokowi.com ,ini yang paling baru nih (setahu gw yah), muncul sebagai portal informasi resmi untuk menjawab segala bentuk “kabar burung” yang tiba2 aja muncul di internet, atau media informasi lainnya tanpa ada dasar yang jelas alias black campaign.
    Dan sampai sekarang gw gak tahu yang mana akun Twitter resmi Jokowi-JK yang harus diikuti, karena ada beberapa.” – ikutin saja semua biar akhirnya kan bisa dinilai mana yang asli dan aspal hehehe.
    “Secara ilmu marketing, kampanye Jokowi bisa dibilang payah. Tetapi ini mungkin mencerminkan sosok beliau yang memang bukan seorang “marketer” ulung seperti Hermawan Kartajaya. Dia bukan pemasar mimpi, pengobral retorika. Tetapi dia adalah pelaku mimpi itu sendiri.”
    Ini sangat bisa dimengerti dimana sebuah informasi itu berfungsi untuk mengkomunikasikan pesan di cakupan non-komersil alias ranah politik, jadi menurut logika gw kayaknya ga bisa di compare apple to apple deh, antara sosok beliau dan pak Hermawan Kartajaya kan tantangan nya juga beda antara pencitraan politik yang berdampak lebih luas dan kompleks, konsiderasinya antara pilih brand 1 atau brand 2, paling ngga kita harus tunggu 5 taun lagi kalo mau ada produk baru keluar.. nah untuk menjawab tantangan yang kompleks memang dibutuhkan pendekatan yang tidak bersifat default setting atau template, akan tetapi di rangkum berdasarkan demand yang secara luas disepakati sebagai prioritas
    Jika dibandingkan dengan misalnya sebuah produk roti atau obat nyamuk, roti dan obat nyamuk mungkin kita bisa buktikan kegunannya sesimple kita beli ke supermarket, kita makan atau gunakan sebagai pengusir nyamuk, terus kita rasakan deh experiencenya (good or bad) segitu aja implikasinya ke kehidupan kita
    “Jokowi memang tidak pandai marketing, karena mungkin dia lebih memilih bekerja nyata daripada berjualan.”
    dan bukannya berkerja nyata itu memang merupakan salah satu brand promisenya JOKOWI-JK? kalo gitu to be putting it fairly melihat secara keseluruhan, Kampanye Jokowi belum bisa dibilang payah, atau dianggap tidak pandai marketing, paling tidak sebelum hasil pemilu keluar.
    malahan kalau diukur dari perkembangannya sekarang kampanyenya Jokowi justru berhasil menciptakan sebuah marketing buzz yang cukup efektif sehingga melatarbelakangi keberagaman apresiasi yang sifatnya majemuk..,i mean its brilliant if its not great.
    ilmu marketing menurut gw adalah ilmu sosial yang multifaceted yang teorinya secara dinamis berkembang sesuai dengan perkembangan marketnya (Masyarakat) jadi memang harus keep up with whats going on in society…, and therefore we cannot make judgement based on assumption (secara tidak sadar atau sadar) to default setting everything.
    “the purest form of reasoning known as the truth is somewhere out there waiting to be found by those who aware.” -unknown
    well, apapun motivasi penulis menulis artikel ini, menurut gw artikel ini cukup layak untuk di kasih komentar sepanjang ini, its an interesting idea worth a counter point of view (gak maksud belain
    Jokowi kok) biar dua arah aja komunikasinya, karena bagaimanapun juga menurut gw berdua lebih enak daripada sendiri, kecuali klo lagi buang air…..hehehehe
    nah itu pendapat gw, klo ada yang salah boleh banget di sanggah, apalagi dilengkapin.
    thanks.

      • Somehow, kalau ngeliat komen-komen disini banyak banget orang yg baca gak tuntas maksud dari Piring.
        I was shouting inside my head while reading: “Itu karena memang gak dikoordinir kelesss… that’s real people support…” until I finally reach that part of your article then couldn’t agree with you more 😆
        Kudos to you Piring for writing the article which managed to get haters share it everywhere dan beberapa relawan jokowi instead of sharing malah pada komplen disini just because they don’t finish reading it and fooled by the title.
        Halo para orang Indonesia, pendukung prabowo kek, prndukung jokowi kek, biasain dong baca sampai tuntas dan pahami apa yg elo baca. Only then your opinion are worthy to read.
        Bener kata Jokowi: Revolusi Mental! Ini yg kudu dibenerin buat orang Indonesia! Biar mental nya pada jadi mental orang pinter, bukan mental kompor tapi pada gak tau dimana minyak sama sumbu nya. Yang penting nyala…
        Sorry Piring jd curhat disini, capek liat timeline gw penuh org share those unfiltered political news which I doubt yg share itu even read what’s written inside!

      • jelas banget idenya something like perfect with imperfection, beautiful mess..,sebenernya gw cuman mau comment per point nya aja hehe gpp yah

  16. Artikel yg bagus.
    Penulis akhirnya menyadari bahwa effect dukungan kpd Jokowi terlalu sulit utk diseragamkan atau dikoordinasi krn setiap org yg merasa berhak “memiliki” Jokowi berlomba2 memberi dukungan dgn kreatifitas dan keahliannya masing2.
    Tapi yg plg saya setuju dr artikel ini adalah bahwa saya juga terkena sindrom ekstrak manggis. Jinglenya tertanam dikepala saya. Lagu itu yg sy nyanyikann saat lg dikamar mandi, berkendara dan lg bengong.. Hahaha…

  17. Maap ane kurang paham soal brending dan marketing. Tapi okeh ajah ane sepakat kalo Jokowi jadi inspirasi. Yah minimal jadi inspirasi buat orang yg suka maupun gak suka, karena disitu komunikasi terjalin.

  18. Pencerahan di pagi hari (ga sambil nongkrong kok) ketawa-ketawa gemets su bacanya, tapi bikin mikir dan ngelihat bahwa Kita itu beneran bhineka

  19. Salam DUA jari….gpp itu membuktikan pembuatan iklan or hesteg or apalah itu tidak SATU komando….jadi ….biarlah apa adanya….semangat pak jokowi jk

  20. Sy juga pekerja Grafis,, Nice posting Henry,,
    Kayaknya yg mengkritik ga baca sampe tuntas deh, udah keburu panas.. Hahaha, Mungkin poin paragraf yg mulai mencret itu di BOLD, krn kunci jawabannya dari situ.. Wkwkwkw

  21. kayaknya kubu sebelah malah lebih ga konsis lg deh, liat aja iklanya lebih banyak mana dan yg disampaikan jg bervariasi hehe..

  22. Ngerti banget perasaan Mas Henry, sebagai mahasiswi marketing yang semester kemarin baru ambil brand management aku juga nggak sreg banget sama logo-logo yang beda-beda di setiap media kampanye. Tapi ya gimana lagi, enggak dikomando sama satu orang doang sih kampanye nya 😉

  23. hidup inspirasi WC (Wisdom & Creativity)

    inspirasi yg terlahir dr proses mengunyah, mencerna, pengasaman, dan mengeluarkan yg indah.
    -mengunyah: proses menerima bahan mentah (teori, pendapat, masukan, hinaan, dsb)
    -mencerna: proses menyarikan dan penghalusan bhan mentah (mempolakan infomasi menjadi lbih terorganisir)
    -pengasaman: pelarutan informasi terorganisir kedalam proses penguraian dalam bentuk tulisan/kerangka berpikir
    -mengeluarkan: menjadikan nyata pikiran ke dalam pendapat yg telah mengalami proses di atas.

    teori absurb yg muncul setelah membaca tulisan ini. konyol namun serius :).

    sukses!

  24. Awalnya rada sebel baca judul dan isi tulisannya.. Ni orang ngerti ga sih kalo semua kampanye itu bikinan rakyat untuk JKW?? Tapi pas baca sampe selesai.. Ohh ternyata dia ngerti banget kok.. Hahaha. Nice writing.. Salam dua jari.. 🙂

  25. ahhh payah! knapa mastin itu harus nongol di sini? hahaha… tulisan ini asli keren banget. mewakili apa yg saya pikirkan. thaks utk tulisan keren ini. Salam 2 Jari.

  26. Marketing nya Jokowi JK memang keliahatan berantakan karena tidak ada koordinator untuk memasarkan brand Jokowi-JK… tapi brand ini muncul karena ada ketulusan dari rakyat yang menginginkan Jokowi-JK mencadi pemimpin negeri ini. maka mereka berbondong2 merelakan semuanya hanya untuk memasarkan Brand Jokowi-JK ini… walaupun berantakan, namun disitu terdapat nilai yang jauh lebih besar dari sekedar teori marketing.. yaitu nilai kebersamaan dan semangat rela berkorban demi kemajuan negeri ini…

  27. wahhh tulisan ini cocok banget sama kegelisahan saya ttg campaign jokowi yang semerawut tanpa guidelines yang jelas :))
    Setuju deh sama tulisan ini, apalagi ditutup dgn kesimpulan yang ngebuka pikiran saya. 🙂

  28. Mantap! Mungkin ini yang dimaksud word of mouth dalam skala besar. Karena pada dasarnya barang bagus nggak perlu dipromosikan berlebihan. Audience bisa jadi sarana marketing gratis. Dan efektif!

  29. Gini nih kebiasaan orang indonesia yg paling susah di ubah. Ngomong dulu baru berpikur bukannya dipikikan dl baru di omongkan. Baca dulu mpe slesai baru komen biar komenannya gak salah2…
    Setuju banget dgn tulisan ini…
    Salam 2 jari

  30. bagus tulisan.. Intinya mereka bergerak karena dari hati dan pikiran sendiri. bukan karena di perintah atasan. Hari ini kita liat bagaimana rakyat yang demokrasi. pendukung calon presiden bergerak berjuang dengan kemampuan masing-masing untuk mendukung calonnnya.

  31. hehehe dari baca judulnya pengen gw sablon juga blog ini pake angka 2, begitu bac setengah gw bksa nangkap rasa meledak harunya kawan ini pada msyarakat pendukung jokowi… Penutupnya pas deh..ternyata gw gak salah. Salam 2 jari ya… Nice writter

  32. Untung mencret ya bung, jadi punya waktu untuk mencari kepayahan marketingnya jokowi. Haha. Gbu

  33. Moh. Marzuki membuat klip yang lagu Bersatu Padu Coblos Nomor 2 bukan untuk iklan yak.. Nah, justru karena keanekaragaman tersebut maka dapat dilihat betapa antusiasnya masyarakat mendukung Jokowi-JK, sehingga mereka mengeluarkan ide2nya untuk mendukung Jokowi-JK dengan segala keBhinekaan nya..Karena kami relawan bukan orang bayaran yg harus seragam.. 🙂

  34. Pas diawal-awal baca kesel juga, krna mikirnya yg buat iklan mmg spontan dr masyarakat tanpa ada komando. Untung diujung kita sepokat eh sepakat..
    ijin share mas broo..

  35. Maksudnya, silahkan berkomunikasi dengan berbagai saluran (iklan TV, cetak, radio, billboard, digital, event, dll.), tapi mbok ya pesannya rapih dan sebisa mungkin cukup satu pesan, satu slogan. Yup satu slogan “BOCOR” wkwkwk ups…

  36. Reblogged this on A Pathway to God and commented:
    Bagaimana Tuhan bekerja tidak bisa diukur dengan kriteria efektivitas dan efesiensi belaka… Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku… Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu….(Yes 55,8-9)

  37. Maaf ikut koment.
    Awalnya sala salut sama jkw, tapi seperti anda paparkan di atas. Tidak ada satu komando, jadi sy ragu. Untuk iklan saja tidak bisa menyatukan visi bagaimana kalau memimpin negara? Apakah tiap daerah akan dibiarkan berjalaan sendiri2?
    Tujuan yg jelas akan membuat kebijakan masing2 wilayah sinkron, tujuan tidak jelas membuat bingung pengikutnya mau kemana
    Saya tidak fanatik pada personal, tapi saya membayangkan apa yg akan terjadi jika masing2 capres memimpin negri ini
    Bayangkan saja kalau satu wilayah misalkan jepara terkenal sbg pusat ukiran dan mampu menembus pasar internasional kemudian daerah sekitarnya iri dan berusaha membuat ukiran juga tentu akan terjadi persaingan yg justru mematikan pengusaha kecil. Tapi kalau dengan komando jelas maka satu wilayah bisa di arahkan menjadi penyuplai bahan bagu, wilayah lain sebagai pihak yg mengurusi distribusi tentu negri ini akan efektif, tiap wilayah bakal punya kekhasan dan meningkatkan ekonomi masing2 wilayah
    Satu komando menurut sy itu yg bakal bisa membangkitkan negri ini

  38. Hahhahaa…..ada benernya omongan sampeyan,penting banget pola marketing dan pengiklanan diri yang bener,perlu waktu pembenahan terhadap hal tersebut,asal jangan sampai kebablasan dan lupa diri jadi media darling,terlepas dari itu tanpa iklanpun saya yakin 50 persen lebih para sosmed masi coblos 2 karna memang figur jokowi memang patut dipilih….

  39. Ini kritik yg ok buat gw.Bukan hanya asal kritik tp masukan yg bagus krn melihat dr latar belakangnya.
    good job!!

  40. Om piring sabar ya..kelihatan banyak orang yang ngga baca ampe tuntas tp lgsg komen seenaknya :”) seneng deh lihat para pendukung jokowi mengekspresikan dukungannya lewat cara2 positif.

  41. Hahahaha aku baca link ini dari FB Oom taoi ga liat alamat websitenya. Baru sampe beberapa paragraf kok familiar sm cara nulisnya. Gak taunyaaaaa….. hahahaha.
    Good one Oom! Salam kulit manggis ✌

  42. Ini sebenarnya gak meleset2 amat sih dari Teori Marketing, strongest influencer is still words of mouth … people testimonial, ini bukan about building a brand… Ini adalah people respond to a product… Jokowi bukanlah brand… dia adalah the product itself dan masyarakat adalah usernya… yang didapat adalah beragam jenis tapi intinya sama… customer satisfaction. What can be stronger than that??

  43. Pengen coment juga dah, pada awalnya saya selaku praktisi pemasaran juga merasakan hal yang sama dengan apa yang anda tulis. Cman pada suatu wc moment saya pikir bagaimana jika itu adalah memang yg diharapkan oleh tim suksesnya. Dan akhirnya single messege to brings various various message. Dan mungkin pesan yg ingin disampaikan melalui tag line ‘jokowi adalah kita’ lebih tersampaikan, image yg terbangun pun semakin gamblang yaitu ‘jokowi datang dari kaum kita’. Dalam hal ini menurut saya kominukasi yg diterapkan oleh tim sukses jokowi adalah strategi yg sangat baru.
    Lihat beberapa kasus lagu yang pelan2 booming dipasaran karena banyak pihak yang mengcover lagu tersebut meski jauh dari konsep aransemen lagu aslinya. Nah kira2 begitulah menurut ku sistem komunikasi yg diterapkan oleh timses jokowi bukan metode komunikasi konvensonal yg kita pelajari di bangku kuliah.
    Salam 5 jari

  44. Ada empat yang gak baca sampai habis, langsung manas, padahal, kalau mau dilihat, si Piring ini kagum tersepona-sepoi-sepoi ama JKW 🙂 #Halah. Salam Y, eh dua jari…

  45. Perbedaan integrasi iklan yang ideal berbeda dengan yang ini, karena semua lapisan orang yang merasa kreatip pingin nyumbang, sehingga semua gak lagi punya link, menurut kepala, hati dan duburnya masing2 kadang muncul sendiri tanpa bayaran… jadi marii kita nikmati dengan tersenyum….

  46. Thanks Bro Piring (maap sok akrab), tulisan yang asik dan menarik dan sekaligus merangkum dengan sistematis yang ada di kepalaku selama ini. Makanya aku akan share dengan ijin atau tanpa seijinmu… hehehe *maksa*.
    Salam hangat

  47. Saya juga ga ngerti kenapa di bio twitter jokowi_do2 dicantumkan jkw4presiden.com (je ka we empat presiden) mungkin maksudnya jokowi for president ya.. dan di website itu di pasang box fb page fb.com/indonesiahebatjokowi yang cuma 70rban likes.. padahal punya fb.com/JKWofficial yang sekarang sudah lebih dari 2juta likes naik 1,5juta likes dalam beberapa hari saja.. sayangnya di fb.com/JKWofficial cover photonya editan.. memudarkan ke-genuine-an … padahal saya percaya orang-orang yang me-marketing-i (istilah yg dipakai pak JKW di debat capres kemarin) Jokowi-JK adalah para ahli di bidangnya…

  48. Artikel yang bagus pak, saya sebagai mahasiswa yang pernah sedikit dikenalkan ke dunia periklanan selama satu semester ini malah berpendapat sebaliknya.
    Saya dari awal justru tak pernah melihat “keberantakan” pemasaran kampanye Jokowi sebagai suatu marketing yang kacau balau, melainkan suatu pemasaran yang benar-benar terkonsep dan jangka panjang.
    Seperti mengutip statemen Anda, “Secara ilmu marketing, kampanye Jokowi bisa dibilang payah. Tetapi ini mungkin mencerminkan sosok beliau yang memang bukan seorang ‘marketer’ ulung seperti Hermawan Kartajaya. Dia bukan pemasar mimpi, pengobral retorika. Tetapi dia adalah pelaku mimpi itu sendiri. Jokowi memang tidak pandai marketing, karena mungkin dia lebih memilih bekerja nyata daripada berjualan.”
    Menurut saya kampanye yang demikian bukanlah kampanye yang sembarangan dan tidak disebabkan karena Jokowi bukan seorang “marketer” ulung, melainkan karena Jokowi memiliki tim hebat di belakangnya yang sangat mengetahui brand building, tim hebat yang sangat mengetahui bagaimana menciptakan citra tertentu yang diinginkan. Tim hebat yang mengetahui caranya bagaimana membuat keberantakan yang terlihat di permukaan sebagai suatu keteraturan yang terencana di bawah permukaannya. Tim hebat yang mengetahui caranya membuat pemasaran yang sebenarnya segmented dan terbangun kuat itu terlihat sebagai pemasaran yang berantakan di permukaan untuk menciptakan citra “inisiatif” muncul dari rakyat untuk menarik inisiatif-inisiatif yang sebenarnya dari rakyat.
    Demikian, terima kasih 🙂

  49. saya kalo baca biasanya emang judul-nya trus langsung alinea terakhir dulu. Biasanya disana ada summary..
    artikelnya rada “jebakan betmen” hehe, jadi bikin emosi yang ga baca sampe abis..
    god bless you too!

  50. wow, saya selalu merasa bangga dan terharu juga *lebay yah* kalo liat bahwa pendukung Jokowi itu orang-orang yang cerdas, kreatif dan santun… 🙂 #Salam2Jari yah (^^)v btw saya ijin share 🙂

  51. Kereeeennn! Tapi logo resminya gak dicantumin jadi contoh jg sih mas? #gakpenting eh makasih ya, udah bersedia kasih testimoni untuk tvc 🙂

  52. Om Piring ada satu teori lagi yang menguatkan brand.
    Keterlibatan audience dalam proses pembentukan brand akan menciptakan bonding / sense of belonging audience terhadap brand itu sendiri. Dalam hal ini relawan Jokowi juga bagian dr Jokowi, relawan Jokowi adalah brand.
    Tapi Mastin emang GOOD! 🙂

  53. Kekurangan ilmu marketing adalah tidak mengenal “KATA HATI”. Ketika sosok itu hadir di media (dalam format apapun, dalam situasi apapun), otak kanan pemirsa akan merekam secara bawah sadar “ketulusan” dari sosok yg dilihat dan didengarnya. Jadi untuk urusan yang satu ini, tanpa dibantu ilmu marketingpun, Bagi yang punya KATA HATI, otak kanannya akan bekerja otomatis untuk menunjuk pada sosok yang tulus dalam bekerja. Dialah yang akan memenangkan pemilihan Capres 9 juli.

  54. Sebagai orang biasa saya menangkap bahwa aneka atensi dan ekspresi masyarakat yang tulus justru menunjukkan bahwa Jokowi-JK dicintai dan menjadi milik publik. Model “marketingnya” pakai pendekatan nurani bukan sekedar permainan imajinasi.

  55. Haha 😀
    saya kira artikel-nya jelek jelekin jokowi, setelah saya baca ternyata tidak.
    Jokowi memang memiliki banyak dukungan, Perbedaan hashtag, website, dan organisasi relawan menunjukkan bahwa mereka memberikan dukungan kepada jokowi.
    Buat “Kulit Manggis” bener banget tuh, nempel terus dikepala wkwkw 🙂
    Thank infonya 😀

  56. Reblogged this on Planet Hijau and commented:
    Apa yang dianggap oleh teori text-book komunikasi pemasaran sebagai kesalahan yang harus dihindari, justru menunjukkan sejatinya “brand” Jokowi. Yaitu “brand” yang dilahirkan bersama, dari rahim ide kita semua yang majemuk ini. Mereka yang rapper, mereka yang penulis, mereka yang pembuat film, mereka yang blogger, mereka yang mahasiswa, mereka yang politisi, mereka yang ibu rumah tangga, mereka yang petani, dan sejuta macam “mereka”. Gabungan jutaan “mereka” yang menjadi “KITA” inilah yang menyumbangkan mosaik sosok Jokowi. Dan itulah mengapa sosok Jokowi memiliki komunikasi beragam, “berantakan”, “tidak kompak”, karena dia menjadi milik kita bersama yang beragam juga. “Brand” Jokowi bukan merek yang didesign, di-engineer, dikonstruksi di sebuah kantor mewah perusahaan pemasaran. “Brand” Jokowi lahir dari kita yang Bhinneka.

    Secara ilmu marketing, kampanye Jokowi bisa dibilang payah. Tetapi ini mungkin mencerminkan sosok beliau yang memang bukan seorang “marketer” ulung seperti Hermawan Kartajaya. Dia bukan pemasar mimpi, pengobral retorika. Tetapi dia adalah pelaku mimpi itu sendiri. Jokowi memang tidak pandai marketing, karena mungkin dia lebih memilih bekerja nyata daripada berjualan.

  57. Tulisan yang menarik bro.. Di negara kita menurut saya banyak yang pendidikannya menengah ke bawah.. Itu sebabnya menurut saya semua hal yang bro tulis bisa muncul.. Dan tidak banyak orang yg mengambil keahlian yang sama seperti bro.. Untuk itulah orang seperti bro dan ahli di bidang lainnya perlu untuk berbagi keilmuannya kepada masyarakat.. Supaya bangsa ini tidak maju secara individual saja, namun sebagai kesatuan yang utuh.. Jika bisa maju bersama, akankah lebih indah dunia ini jadinya, bukan?

  58. kalau saya sih menilainya kampanye model jokowi yang dibilang berantakan ini memang berantakan, kenapa? karena itu memang dikonsep marketing partisipatif, semua orang tergerak untuk melakukan marketing tanpa disuruh tanpa di bayar bukan seperti marketing yang diarahkan, mungkin anda yang menilai marketing ini nanti akan terbelalak dengan hasil yang ada “Participative Marketing”, justru tim marketing bekerjanya bukan membuat materi marketing secara detail tetapi membuat isu yang mudah diserap dan menggerakkan massa dengan senang hati tanpa di bayar untuk turut melakukan marketing secara horisontal semacam mouth to mouth marketing atau blassting marketing.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s