Laporan Survei Anak Ahensi!

Anak Ahensi. Mereka yang bekerja di industri kreatif dan komunikasi. Mereka bekerja di advertising, digital, event organizer, Public Relations. Tanpa mereka, internet dan social media akan terasa hambar. Mereka lah yang (merasa) meramaikan dan membawa kebahagiaan kepada para netizen. Mereka juga komunitas yang (merasa) paling asik. Tetapi, di balik keriaan dan postingan foto Path penuh senyuman palsu, apakah mereka sungguh merasa bahagia?

Survei Anak Ahensi dilakukan beberapa bulan yang lalu untuk menyingkap dunia ini. Diikuti oleh 754 responden, dan survei ini meneliti kebahagiaan, motivasi kerja, dan juga penilaian atas client yang mereka tangani.

Mari kita lihat hasilnya!

Jenis Ahensi

Chart_Q2_151114

36% responden bekerja di advertising/periklanan, iikuti 29% dari ahensi digital/social media. Sisanya terbagi di antara Event Organizer, Public Relatons, Media, dan lainnya.

Chart_Q3_151114

Proporsi antara mereka yang bekerja di ahensi multinasional dan ahensi lokal cukup berimbang. Ada 11% yang bingung mereka sebenarnya bekerja di ahensi lokal atau asing. Ini mereka beneran bingung apa sarkas aja ya?

Lama bekerja di dunia ahensi

Picture1

1 dari 4 responden bekerja di dunia ahensi kurang dari setahun! Ini sih baby ahensi, belom jadi anak ahensi. Separuh responden bekerja antara 1-5 tahun Ada sekitar 10% responden yang sudah bekerja di ahensi LEBIH DARI 10 TAHUN. Ih, udah tua masih ngaku2 “anak ahensi” (sambil ngaca….)

Mengapa memilih berkarir di dunia ahensi?

Picture2

Ketika ditanya alasan memilih berkarir di dunia ahensi, menarik bahwa dua alasan tertinggi adalah menghindari sesuatu dan menginginkan sesuatu. Hampir separuh responden memilih menghindari pekerjaan kantor “umumnya” karena tidak ingin berbaju rapi. Hampir separuh juga mengatakan memilih bekerja di ahensi karena menginginkan culture dan orang-orang yang asik dan menyenangkan. 27% menyukai pekerjaan ahensi karena bertemu orang banyak, yang siapa tahu bisa dijebak jadi suami/istri.

Yang menarik, hanya SEPERTIGA yang memilih alasan karena benar2 menyukai dunia kreatif. Dan kurang dari sepertiga yang sebenarnya memang menyukai output dari perusahaan mereka. Lho?

Tapi tidak semuanya adalah berita positif. Sebanyak 29% mengaku bahwa bekerja di ahensi ini hanya sebagai batu loncatan dan sudah berencana meninggalkan dunia nestapa ini.

Yang pasti, survei ini mengukuhkan anggapan bahwa dunia ahensi memang bukan tempat mencari gaji besar. Kurang dari 15% menyatakan memilih karir di ahensi untuk gaji besarnya. Hiks.

Apa yang DISUKAI dari bekerja di dunia ahensi?

Picture3

Ketika ditanya hal-hal apa yang disukai dari bekerja di dunia ahensi, pilihan tertinggi jatuh di culture yang tidak kaku, tidak formal, dan tidak birokratis. Yang menarik, walaupun kreatifitas mungkin bukan motivasi memilih bekerja di dunia ahensi pada awalnya, tetapi toh kreatifitas menjadi hal yang bisa dinikmati saat bekerja sehari-hari, dipilih oleh 55.8% responden.

Menarik juga bekerja di dunia ahensi masih memberikan proses pembelajaran. Lebih dari separuh responden setuju bahwa pekerjaan mereka memungkinkan mereka belajar banyak, baik dari kolega maupun client mereka.

Bagi sepertiga orang, jam kerja yang relatif fleksibel (lebih siang masuknya) menjadi hal yang dinikmati dari dunia ahensi. Walaupun pulangnya subuh juga sih…. Dan lagi-lagi, faktor gaji bukan hal positif utama bekerja di ahensi.

Apa yang TIDAK disukai dari bekerja di ahensi?

Picture4

Deadline mepet dan lembur melulu menjadi dua hal paling tidak disukai dari bekerja di ahensi (dipilih 63.5% dan 48.7% responden). Gaji yang tidak memuaskan dan aspekkesejahteraan yang kurang menjadi faktor ketiga dan keempat. Yang menarik, hanya sedikit yang memilih “kolega2 gw dungu” (hanya 14.8%). Lumayan yah, minimal sumber frustrasi bukan rekan sekerja yang bego2.

Seberapa BAHAGIA kah kamu bekerja di dunia ahensi?

Picture5

Inilah pertanyaan yang ditunggu-tunggu. Dan TERNYATAAAAAA…….

Surprisingly, mereka yang bekerja di dunia ahensi CUKUP BAHAGIA. Hampir 60% responden melaporkan bahwa mereka “bahagia” atau “bahagia banget seperti malam pertama terus” bekerja di dunia ahensi. Mereka yang melaporkan tidak bahagia atau SANGAT tidak bahagia hanyalah sekitar 10%!

Mungkin inilah bukti bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Walaupun gaji kurang, kerja lembur, stress dikejar deadline, toh relatif anak ahensi merasa bahagia di pekerjaan mereka!

Bagaimana para anak ahensi? Setuju kah kamu dengan temuan ini? See, ternyata hidup bisa bahagia tanpa uang kan? Kan?

Picture6

Pertanyaan berikutnya, apakah ada perbedaan tingkat kebahagiaan di antara mereka yang bekerja di jenis ahensi yang berbeda?

Picture13

Ternyata, anak ahensi yang PALING bahagia adalah mereka yang bekerja di Digital Agency, dengan 65% mengaku bahagia atau sangat bahagia. Ini artinya 2 dari 3 anak ahensi digital merasa bahagia.

Yang bahagia kedua adalah mereka di ahensi periklanan, dengan 57% mengaku bahagia/sangat bahagia, dan disusul dengan sangat dekat oleh Media Agency.

Mereka yang bekerja di Event Organizer memiliki proporsi bahagia paling sedikit, sekitar 51%. Tapi angka ini sebenarnya jug tidak buruk, mengingat separuh dari mereka di dunia EO masih melaporkan meraa bahagia.

Kalau kita melihat mereka yang melaporkan “tidak” dan “sangat tidak bahagia”, maka proporsi tertinggi ada di ahensi public relations. Hampir 17% yang melaporkan mereka tidak bahagia.

Yang gak bahagia, bagaimana?

Bagi mereka yang mengklaim tidak/sangat tidak bahagia, ditanyakan kembali apa yang akan mereka lakukan.

Picture6

Separuh dari yang tidak bahagia mengklaim bahwa mereka akan MENINGGALKAN dunia ahensi. Artinya benar2 meninggalkan industri tersebut karena sudah sangat tidak tahan.30.6% memikirkan untuk berpindah kantor, tetapi MASIH di industri yang sama. 17.6% yang mengaku tetap akan bertahan di kantor yang sama, walaupun tidak bahagia.

Apakah role responden melibatkan meeting dengan client?

Picture7

Mayoritas responden, lebih dari 90% harus bertemu dengan client. Hamir separuh mengaku SANGAT SERING bertemu dengan client, lebih sering dari ketemu suami/istri sendiri. Wah hati2 nih….

Picture8

Menyangkut jumlah client yang ditangani, kira-kira separuh responden mengaku menangani 2-4 client. Seperempat responden menghandle lebih dari 5 client!

Picture9

Responden diminta mengkategorikan client mereka. Bagi mereka yang menangani lebih dari satu client, mereka diminta mengkategorikan client UTAMA mereka (client yang paling banyak menyita waktu mereka). Separuh responden ternyata mengaku memiliki client multinasional, disusul 30% menangani client lokal/nasional.

Kemampuan/kompetensi client di 3 faktor

Responden diminta menilai client mereka dari segi: kompetensi marketing/PR, besar budget, dan kemampuan mengapresiasi ide kreatif.

Picture10

Menyangkut kompetensi marketing/PR, sebaran persepsi kompetensi client cukup “normal”. 40% responden menyebut “sedang2” saja. Sekitar 30% merasa client mereka pintar/pintar banget, hampir seimbang dengan yang merasa client mereka bego/bego banget.

Picture11

Soal budget, gambarannya kurang lebih sama seperti soal kompetensi marketing. Walaupun mereka yang mengklaim client utama mereka memiliki budget banyak/tajir banget sedikit lebih banyak dari mereka yang mengklaim client mereka miskin.

Picture12

Menyangkut kemampuan client menghargai kreatifitas ide, tampaknya juga tidak terlalu baru. Bahkan lebih dari sepertiga responden merasa client mereka lumayan mampu/sangat mampu menghargai kreatifitas ide.

Beberapa pesan dari responden kepada client mereka:

  • Mbak, gausah pamer2 foto jalan2 di Paris or tas2 mahal kalau tiap meeting minum teh botol aja masih suruh saya yang bayarin… :”)
  • Pleaaaase fokusnya jangan sales lagi sales lagiii

  • berani dikit kek eksplor ide kreatif yg lebih “gila” dan ga umum. jangan maennya di kuis-kuisan atau buzzing-buzzingan ajaaaa. basi!

  • Please sadar bahwa sesungguhnya Fanpage itu butuh ngiklan. Sekali-sekali lah paling enggak. Biar reachnya gak sedih-sedih amat lah…

  • Mau hasil bagus ada harganya, jangan terlalu banyak revisi kalo pitching yang ujung nya dikabariin kalo ternyata tetangga sebelah yang menang tapi ada ide creative kita yang di combine

  • Jangan melulu tentang keinginan lu deh.. percuma lu bayar kita terus buat dengerin ide lu doang. Tp nolak ide kreatif kita. Terus kalo ide dr lo gagal efektif di pasaran malah nyalahinnya kita. Deadline nya juga manusiawi dong Kita bukan robot, juga perlu ketemu keluarga gak dikantor tiap hari tiap malem. Dah itu aja. Maap kalo baper cuy

  • Wahai klien2 jaman sekarang, sudahilah kebiasaan terima2 duit panas dari agensi. 5 taon lalu kayaknya yang terima duit2 panas cuma klien2 yang posisinya di sales/field doang (atau procurement). Sekarang yang duduk di MarComm, Brand Management, ikut2an juga minta disuapin makan. Udeh dooong, kelian mestinya strategic partner dengan intelejensi tinggi yang bisa mendidik anak2 ahensi, biar adik2 AE kita sekarang respect sama posisi kalian. Kesian nanti generasi anak2 ahensi 10 taun kedepan kayak apa nasip moralnya kalo sekarang yang begituan makin terang2an 😦 #sedihbanget

  • meeting internal dulu baru meeting dengan ahensi, jangan berantem sesama internal di depan ahensi..kan anying!

  • My team are the best the company can give to you. So just sit back, relax, and trust us. How can we come up with extraordinary ideas if you can’t trust us. Terus ya nyet, duit 150 juta tuh dikit!!!!!! 1 TVC aja minimal 500 juta udah kasian, lah elu minta 3 video???? Udah tau miskin, jangan minta kualitas berlian lah!!!! Susah banget diajak kompromi???? Kalo mau output bagus ya duitnya harus banyak nyeeeettt!!!

  • Dear klien, please kami bukan Bandung Bondowoso atau Sangkuriang yg bisa bikin seribu candi dalam semalam. Kecuali situ secantik Roro Jongrang beneran

  • Mbak banyakin produk gratisan dong!! saya juga mau kurus dan hidup sehat #ahem

  • Please .. kalo rekues revisi.. JANGAN JAM PULANG KANTOR DONG!

  • Don’t expect the grandeur of Rio Carnival if you can only afford Ondel Ondel.

  • WAHAI KLIEN, BERHENTILAH NGAJARIN GUE MODEL KOMUNIKASI DAN MODEL MARKETING TRADISIONAL. ITU GW UDAH KENYANG ZAMAN KULIAH, BIARPUN NGGA NGULANG SIH. TAPI GUE UDAH KHATAM. Ayo kita obrolin yang di depan mata aja. Straight to the point. Jangan diskusiin modul kuliah mulu tiap meeting mingguan. Btw, itu budget tactical mau approve kapan???

  • Tolong kalo gue kasih insights bener” dipelajari dan dijalanin dong! Itu kan bukan sekedar kata mutiara pemanis diary doang! Cape” gue buatin report eh gitu” aja ujung”nya pake cara ngana lagi cara ngana lagi

  • Pak. Saya tuh ngerti apa maksud bapak. Gausah dijelasin berkali2 paaaaak. Saya ga bego. Atuh lah. Saya ngerti kali pak vending machine!!! Bukan berarti gw kerja trus gw kampung banget ampe vending machine aja ga tau!!!! Tapi yang gw bingung adalah,lo ngapain naro vending machine di kantor gw yang isinya 7 orang doang???

  • Jangan berisik di whatsapp kalo weekend sih. Capeq. Aku bukan mba mba warteg, yang kamu bisa dateng kapan aja terus langsung dilayani saat itu juga. Huuuffh.

  • anak ahensi juga manusia, punya rasa punya hati. dan terutama PUNYA ASAM LAMBUNG JADI PLEASE BRIEF JANGAN TURUN DARI LANGIT SETELAH JAM 5 SORE DONG AH.

  • Semoga ga diperpanjang. Amin.

  • We are consultants, let us handle it.

Kesimpulan

Demikian lah hasil survei Anak Ahensi 2015. Bekerja di ahensi memang bukan untuk mencari kekayaan berlimpah. Kalo mau jadi kaya ya gak di ahensi! Data di atas menunjukkan bahwa uang memang bukan faktor terkuat dalam memilih berkarir maupun bertahan di dunia ahensi.

Toh, dengan upah secukupnya, ditambah kerja lembur dan stress deadline, kaum Anak Ahensi melaporkan mereka BAHAGIA di tempat mereka bekerja sekarang. Karena banyak hal-hal yang mereka nikmati dari bekerja di dunia ahensi selain uang semata. Suasana kerja yang menyenangkan, iklim kreatif, budaya kerja yang tidak formal, serta kesempatan belajar yang berlimpah – adalah sebagian dari hal-hal “non-uang” yang didapat dari bekerja di Ahensi.

Semoga temuan Survei Anak Ahensi ini menjadi penyemangat bagi teman2 yang telah bekerja di industri yang seru, menyenangkan, walau kadang-kadang memberikan gejala tipus ini. Dan bagi teman2 yang masih mempertimbangkan membangun karir di mana, semoga survei ini juga bermanfaat dalam mengambil keputusan.

Salam Ahensi!

 

 

22 Comments »

  1. Makasihh tulisannya agan… membuka mataa dunia pekerjaan ahensi… 😊😊😊
    Selalu envy liat org2 digital / social ahensii… kok kerjanya kayaknya seruu bingit… 😃😃😃

  2. Haha.. Ini curhat banget sih. Keren, keren! Gw antara ngakak dan lega karena ada yang menyuarakan aspirasi Anak Ahensi. Mudah2an para klien baca. 😛

    Ahensi yang bikin survei (termasuk survei ini) sayangnya nggak masuk sample yak?

  3. Don’t expect the grandeur of Rio Carnival if you can only afford Ondel Ondel.<—– hadddeuuuuh
    Aku pikir dunia farmasi itu penuh dengan nestapa, ternyata…. hahahahahahaha….

  4. Hahahaha, sebagai mantan anak ahensi yang sekarang di client side. Bikin ngakak baca ini inget pengalaman dulu. >__< Sekarang semoga ngga jadi evil client yak, hahahaha.

  5. Ternyata sekarang seperti ini ya dunia ahensi, soalnya kagum berat sama temen-temen yang masih disana setelah lebih dari 10 tahun! Haha! Senang juga baca surveinya, andai ada yang bikin ini 10 tahun lalu buat perbandingan menarik kayaknya:)

  6. asam manis anak ahensi
    berrti kawan kawan aku seperti itu

    tapi setidak nya aku sadar setiap kerjaan yang aku anggap keren tapi ternyata banyak juga pahitnya jadi anak ahensi

    sedih jugaa yaaaaa

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s