Review Awam LG V20, “The Beast”
Okay, sesudah sempat break dari review gadget dengan mereview status ke-ayah-an (ada gak sih kata “ke-ayah’an”? Ini maksudnya terjemahan dari “fatherhood”….), saatnya kembali ke review hape. Kali ini, gw berkesempatan mereview smartphone kategori phablet anyar dari LG, yaitu V20. Terima kasih kepada LG untuk unit reviewnya!
Disclaimer bagi yang pertama kalinya membaca review gw: Review ini adalah “review awam”, yang artinya dari perspektif pengguna umum sehari-hari, bukan dari perspektif “pakar gadget”, “pengamat gadget”, ataupun “konsultan gadget”. Jadi kalau yang mengharapkan review detail banget, jangan dari post ini ya. Review ini bener-bener dari perspektif user umum untuk user lainnya.
Disclaimer sudah diberikan, maka mari kita lanjut dengan review LG V20!
Si Penantang di Kelas Premium/Flagship
Di segmen smartphone premium (kelas Rp 7 juta ke atas), praktis pertempuran dikuasai dua raksasa besar, yang mewakili dua “agama” besar. Samsung mewakili Android, melawan iPhone mewakili iOS. Kedua raksasa ini bagai terlibat perang besar, dan para pengikutnya terkadang saling menista satu sama lain (tapi gak sampai berakibat demo atau video editan sik).
Masuk subsegmen premium phablet (phone tablet, atau smartphone dengan layar 5.5 inch ke atas), model yang bertarung di Indonesia ya biasanya hanya seri Note dari Samsung, melawan seri Plus dari iPhone (iPhone 6+, iPhone 7+). Di tahun 2016, kemalangan menimpa seri Note yang populer, dengan insiden baterai terbakar. Di akhir 2016, segmen phablet premium terkesan tidak diwakili oleh jagonya Android (Galaxy S7 Edge sebenarnya sudah masuk phablet, tapi kita anggap dia keluaran paruh pertama 2016).
Dan datanglah penantang baru dari agama Android, yaitu LG dengan V20-nya.
LG mulai menarik perhatian gw saat tahun 2015 mereka mengeluarkan flagship G4 mereka. Saat itu, mereka menciptakan terobosan dengan lensa bukaan terbesar di saat itu (f/1.8), dan desain leather back yang sangat unik. G4 kemudian disusul V10 yang cukup menarik perhatian para tech blogger di luar negeri, tapi sayangnya rasanya tidak masuk resmi ke Indonesia.
Kemudian di awal 2016, G5 diluncurkan, dan sempat membuat banyak orang mangap. G5 tiba2 menawarkan konsep modular di mana “pantat” G5 bisa dicopot dan dipasangkan modul2 lain (seperti camera grip, speaker, dll).

LG G5 dengan konsep modular. Sumber: cnet
Ini eksperimen sangat berani dari LG, dan jadi pertaruhan besar apakah pasar mau (dan siap) menerima konsep modular. Sekarang kita tahu bahwa G5 tidak bisa dibilang sukses. Dan tampaknya konsep modular tidak akan dipertahankan, mengingat akhirnya adiknya V20 keluar dengan konsep klasik. V20 dengan display 5.7 inch praktis menjadi jago-nya Android di segmen premium phablet yang diluncurkan di akhir tahun lalu.
The Beast!
Apa kesan pertama gw mengenai LG V20? It’s THE BEAST! Dan walaupun gw kurang suka membahas spec di awal, tapi ini perlu untuk menjelaskan kenapa bagi gw V20 layak disebut “The Beast”. Coba lihat saja list berikut:
- Display besar 5.7 inch, DITAMBAH second screen satu baris di atasnya.
- Layar besar ini memiliki resolusi QHD (jauh di atas Full HD), dan berakibat kerapatan pixel makin besar.
- Body aluminium alloy dari bahan untuk pesawat terbang, dan mendapat sertifikasi Mil-Std. Ini artinya V20 mendapat sertifikasi anti shock/jatuh dengan standar militer AS. DAN GW ORANGNYA SUCKER (gampang kemakan) SAMA SEGALA SESUATU YANG DIBILANG MILITARY STANDARD/GRADE. KALO ADA YANG JUAL “MILITARY STANDARD PENSIL ALIS” JUGA GW BELI KALIK.
- Audio setting oleh Bang & Olufsen, dengan support Quad DAC. Dan dikasih earphone Bang & Olufsen juga. Horang kayah pasti tahu brand hifi premium Bang & Olufsen ini.
- Internal storage 64GB. Boleh gw ulang? ENAM PULUH EMPAT GIGABYTE BRO. Semua video bersama mantan sih masuuuk. Belom lagi masih ada Micro SD yang bisa dipasang sampe 256GB tambahan storage (masalahnya mahal aja Micro SD ukuran segitu….)
- Dual Camera di belakang (16MP main camera + 8MP wide angle camera), dengan laser autofocus dan Optical Image Stabilizer.
Kalo ngeliat list spec di atas, harusnya jadi ngerti kan sekarang kenapa gw menyebut V20 as “The Beast”? Karena segala sesuatu tentang smartphone ini serba ‘lebay’, ‘kuat’, dan ‘kenceng’. Kalo hape ini jadi orang, menurut gw doi bakal jadi Dwayne “The Rock” Johnson!
Nah, itu tadi general impression dari V20. Mari kita bahas lebih mendetail ya.
Design
Analogi The Rock bener2 pas buat smartphone ini. Karena kesan pertama saat dipegang adalah…..hape ini gede. Banget.

This is a HUGE phone.
Sekarang pikirin aja. Display udah 5.7 inch, dan masih ada second screen di atas. Walaupun LG sudah memberikan bezel yang relatif tipis (which is well done, by the way), ya tapi tetep aja gede.
Tetapi yang menarik adalah, saat dipegang, V20 tidak terasa seperti megang batu bata siap untuk dilempar ke tawuran alay. Kok bisa? Rahasianya menurut gw adalah di berat dan ketebalan. Somehow V20 bisa didesain dengan bobot yang ringan dan body yang tipis. Sehingga saat dipegang, walaupun penampang (eh kalian masih ngerti kata “penampang” gak sih?) V20 cukup besar, tapi tetap terasa nyaman di tangan. V20 hampir sulit digunakan hanya dengan satu tangan (walaupun kadang2 gw bisa sih).
Tidak ada tombol fisik di bagian depan. Fungsi Home, Back, dan Switch Apps berupa icon di dalam display. Sebagian orang akan berkata format seperti ini “menghabiskan layar”. Tapi di sisi lain, gw lebih suka tidak ada tombol fisik apapun, karena gw suka parno kalo tombol fisik bisa macet lah, rusak per-nya lah, atau stuck.
Di belakang, tampak lah kamera dual lens, lampu kilat, dan semacam sensor kamera. Tampak bulatan di tengah yang merupakan power button merangkap fingerprint scanner.
Apa pendapat gw tentang design dari V20 ini? Definitely masculine. Ini bener2 hape LAKIK (harus pake ‘k’ lagi di belakang biar pol). Model yang gw terima berwarna “Titan”, atau abu2 gelap. Dan kombinasi ukuran, warna, dan designnya bener2 lakik. Entah lah yang berwarna silver atau pink ya. Hanya dengan ukuran sebesar ini, gw gak kebayang dipegang cewek sih.

Pilihan warna V20. Sumber: LG
Kesan maskulin ini ditambah lagi dengan body aluminium yang setara dengan yang digunakan di body pesawat terbang. Body V20 terasa sangat solid. Kita akan mengira bahwa ini adalah design unibody (tidak ada bagian yang bisa dibuka) karena body yang sangat kokoh, gak ada bagian yang longgar bagaikan gelambir om2. Dan di sinilah kita tertipu….
Rela dibuka2….
Pada sisi kiri, di bawah, ada sebuah tombol kecil. Yang ketika ditekan…

Tombol apakah ini?
Maka terbuka lah case belakangnya. Dan kita bisa mengakses baterai, dua buah slot SIM Card, dan sebuah slot Micro SD card.
Tidak banyak smartphone flagship yang masih menyediakan case yang bisa dibuka. Bisa dibilang trend dari flagship models adalah unibody (body yang solid, tidak bisa dibuka sendiri oleh user). Keuntungan unibody umumnya adalah estetika, yaitu design yang sleek dan teorinya bisa lebih tipis, tetapi juga memungkinkan feature water resistant. Tetapi body bisa dibuka seperti V20 ini menawarkan keuntungan lain, yaitu baterai yang bisa digonta-ganti sesuka user. Bagi sebagian orang, lebih praktis untuk menukar baterai daripada sibuk mencari colokan atau memasang power bank. Jika kamu penyuka baterai cadangan, maka V20 memenuhi kebutuhan itu. Selain itu, body yang bisa dibuka artinya slot SIM card dan memory ada di “dalam”, bukan di “samping” seperti umumnya unibody, sehingga tepi V20 tampak lebih “clean”.
Fingerprint scanner di belakang
Biometric security, seperti sidik jari atau retina mata sudah menjadi standar wajib model premium. V20 memberikan fingerprint scanner di BELAKANG. Ini juga pengalaman baru buat gw, yang terbiasa dengan posisi di depan/Home button. Awalnya, terasa canggung, karena si jari belum terbiasa mencari letak fingerprint scanner tanpa melihat. Tetapi dalam beberapa hari, jari telunjuk gw sudah lancar menemukan si “F-Spot” ini.

Fingerprint scanner di belakang, merangkap power button
Bagaimana performa fingerprint scanner V20. EXCELLENT. Sangat sangat akurat. Dan hebatnya lagi, kita tidak perlu menekan si tombol untuk meng-unlock V20. Cukup menyentuhkan jari ke scanner dengan ringan, dan sidik jari kita sudah terbaca. Fingerprint scanner V20 SANGAT responsif – layar ter-unlocked segera sesudah jari menempel. Sekali lagi, gw lebih suka kalo makin sedikit tombol yang harus “dipijit2” secara mekanikal.
Ada fitur yang tidak terlalu baru di LG, tapi baru sekarag gw rasakan, yaitu “membangunkan” atau “menidurkan” (stand by) ponsel dengan double-tapping (mengetuk dua kali) Home screen. Kalau dideskripsikan memang tidak terasa istimewa, tetapi praktiknya sangat nyaman. Jadi saat kita ingin ponsel kita dalam keadaan stand by, tidak perlu lagi menekan tombol power seperti umumnya ponsel lain. Cukup ketuk layar dua kali, dan langsung gelap. Gw cepat sekali menjadikan fitur ini menjadi kebiasaan baru, karena sangat praktis.
Lobang universal
V20 sudah meninggalkan MicroUSB, dan sudah memakai USB C. Yang pasti keuntungan dari USB C adalah bisa dicolok langsung tanpa memicingkan mata apakah ‘atas’ dan ‘bawah’ sudah bener (KENAPA GAK DARI DULU KEK NGEDESAIN USB LANGSUNG KAYAK USB C?!) Anyway, di masa transisi seperti ini, ada sedikit kerepotan yang timbul, karena umumnya powerbank masih memakai MicroUSB. Jika kita ingin alat2 pendukung dari hape sebelumnya bisa tetap dipakai di V20, kita perlu converter agar mulut Micro USB kita berubah menjadi USB C. Converter ini sudah banyak dijual di toko online.

Gppdbye Micro USB. Selamat datang era USB C.
Second Screen – Does it work?
Salah satu keunikan seri V dari LG adalah adanya second screen. V20 memiliki dedicated second screen yang tidak bergabung dengan display utama, dengan posisi di atas layar utama.
Jujur aja, sebelumnya gw skeptis mengenai second screen. Gw piker, apaan sih ini, gimmick yang buat lucu2an aja. Emang kepake ya? Dan setelah 3 minggu menggunakan V20 ini, ternyata…..
KEPAKE BANGET.

Shortcut ke features dan tools: sound mode, wifi, senter, bluetooth, dan screen capture

Bebas memilih 5 apps favorit yang ingin mudah diakses dari second screen
Dalam tempo 2-3 hari aja menggunakan V20, gw udah terus2an menggunakan si second screen. Karena ternyata menawarkan pengalaman shortcut yang sangat cepat dan praktis. Apa aja sih isinya second screen ini? Ada tiga “halaman”: (1) shortcut ke tools, yang terdiri dari opsi sound (sound, silet, vibrate), wifi, Bluetooth, senter, dan screen capture (ada kamera juga kalau mau tukeran dengan salah satu yang tadi), (2) shortcut apps favorit kita sampai 5 apps, dan (3) ini yang rada aneh, tempat untuk nama kita sendiri. Gw sulit membayangkan scenario di mana kita butuh diingatkan nama kita sendiri. Mungkin saat dini hari sesudah melewatkan beberapa krat bir….

Ada momen- momen di mana gw lupa nama sendiri dan perlu diingatkan….
Contoh, screen capture ini sangat praktis. Kita tidak perlu repot mencari/menekan tombol khusus, saat ingin screen shot, cukup lakukan dari second screen. Saat ingin mengakses aplikasi favorit, bisa dilakukan tanpa menutup apapun app yang sedang terbuka. Begitu juga dengan menyalakan wifi atau senter, tidak perlu meng-scroll down setting tab di main display. Shortcutting via second screen ini akan cepat sekali menjadi kebiasaan.
Second screen juga bisa menyala terus (always on) walaupun main display sedang posisi locked. Selain tetap sebagai shortcut, saat main display sedang locked maka second screen juga berfungsi sebagai jam dan kalender, dan juga notification window. Kalau mau, maka preview dari pesan WA/SMS yang masuk bisa ditunjukkan di second screen walaupun main display sedang locked. Sangat memudahkan saat sedang sibuk/meeting dan hanya ingin sekedar tahu isi pesan tanpa harus mengangkat/unlock ponsel kita.
Second screen ini juga dioptimalkan lebih dari sekedar shortcut atau tambahan menu, tapi juga menjadi “extension screen” untuk app kamera dan audio recorder. Saat menggunakan kedua app ini, mendadak second screen berubah fungsi menjadi ‘tombol tambahan’. Di kamera, pilihan antara Auto, Manual Camera, dan Manual Video ada di second screen, sehingga pergantian mode bisa dilakukan tanpa mengeluarkan menu setting yang menutup main display. Smart! Begitu juga di aplikasi HD Audio Recorder, second screen berubah menjadi pilihan mode untuk merekam audio.

Perhatikan second screen di kanan bawah beralih fungsi menjadi extension menu.
Bagi gw, second screen ini surprisingly useful banget. Jadi thumbs up untuk konsep ini.
Display
Mengkomentari display untuk smartphone premium rasanya sia-sia, karena di segmen harga ini rasanya semua display udah cling banget. Tapi sebagai ritual wajib, mari tetep kita bahas.
LG V20 menggunakan display teknologi IPS LCD. Sebagian pembaca mungkin tahu jenis display lainnya yaitu AMOLED. Secara awam, perbedaan antara keduanya adalah bagaimana setiap pixel individu menyala. Di IPS LCD, seluruh pixel menyala (backlit), sementara di AMOLED, setiap pixel bisa menyala/dimatikan. DI atas kertas, AMOLED (harusnya) bisa memberikan warna hitam yang lebih pekat (karena pixelnya bisa dimatikan sama sekali), dan kontras yang lebih baik. Tetapi, kebanyakan pengguna awam sekedar ingin tahu hasil akhirnya saja kan.

Display begitu tajam, perhatikan detail di mata bayi
V20 jelas memberikan display dengan kualitas sesuai kelas premium. Layar SANGAT terang, bahkan di bawah terang matahari sekalipun. Warna-warna juga tampak cerah. Overall, gw tidak merasakan layar IPS LCD memberikan sensasi yang inferior sama sekali. Ditambah lagi resolusi QHD (1440×2560) yang memberikan kerapatan sampai 513 ppi (bandingkan dengan iPhone 7 Plus dengan kerapatan “hanya” 401 ppi, padahal displaynya lebih kecil – 5.5 inch), maka gambar dan film di V20 akan terasa sangat tajam dan hidup.
Kamera
Sama seperti membahas display, membahas kamera di smartphone premium juga topik yang sulit, mengingat perbedaan kualitas kamera model2 di segmen ini makin menipis. Dahulu, kualitas kamera terbaik di segmen premium masih didominasi Samsung, iPhone, atau Sony. Sekarang, pemain-pemain lain pun mulai ikutan, seperti Google Pixel ataupun LG. So, bagaimana dengan kamera V20?
Sesudah memakai selama 3 minggu, dengan penggunaan kamera yang banyak (kamera memang merupakan fitur smartphone yang paling sering gw gunakan), gw memiliki beberapa komentar positif dan negatif. Let’s start with the good things (semua foto hasil V20 di bawah ini tidak di-edit. Klik pada foto jika ingin memperbesar).
- Sama seperti second screen, sistem dual camera dari V20 ini harus dicoba sendiri selama beberapa lama untuk bener-bener bisa menilainya. Ada dua kamera utama. Kamera utama 16MP aperture besar f/1,8, dan kamera wide angle (135 derajat) 8MP aperture standar f/2.4. Kamera utama tidak perlu banyak komentar, dengan aperture besar artinya lebih banyak cahaya masuk, dan ini menghasilkan foto low light yang lebih baik, dan ini masih diperkuat dengan Optical Image Stabilizer (yang bisa mengkompensasi goyangan tangan). V20 juga sudah dilengkapi Auto HDR untuk membalance daerah yang sangat terang/gelap di foto. Tapi ada beberapa catatan nanti.

Hasil memuaskan di foto macro/sangat dekat

Dalam kondisi gelap, kamera utama masih bisa memberikan gambar yang baik

Foto ini diambil saat malam dan benar-benar gelap, tapi main camera dengan aperture besar dan OIS tetap efektif
- Kamera wide angle ternyata sangat BERGUNA. Coba perhatikan foto2 berikut, yang diambil dari posisi yang sama, menggunakan kamera utama dan kamera wide angle. Silahkan diklik di tiap gambar untuk memperbesar.
Perhatikan di bagian pinggir dari gambar hasil wide angle terjadi distorsi yang umum ditemui di wide angle lens. Spec dari wide angle lens memang tidak sebagus main lens (hanya f/2.4, hanya 8MP). Tapi ternyata hasilnya tidak semengecewakan itu. Di siang hari, wide angle lens sama bagusnya. Saat malam dan low-light memang wide angle lens ini akan struggling karena bukaan yang lebih kecil. Tetapi foto indoor di mall masih gak drop banget jika ada cukup cahaya.
Rasanya wide angle camera ini akan sangat disenangi para travelers, khususnya jika ingin menangkap foto lanskap pemandangan atau kota secara lebar.
- Seamless zooming out. Misalnya kamu memulai mengambil foto dengan main camera. Saat kamu ingin pindah ke wide angle, dengan melakukan pinching ouy (gesture men’cubit’ layar), maka kamu bisa melakukan transisi ke wide angle secara gradual. Atau kamu bisa men-tap icon wide angle dan kamu langsung mendapat wide angle paling ekstrim.
- Video recording. V20 memiliki fitur EIS (Electronic Image Stabilizer). Teorinya adalah saat merekam video dan kita “heri” (heboh sendiri) sehingga tangan kita tremor/goyang, image stabilizer berfungsi ‘melawan’ itu agar menghasilkan video yang stabil. Electronic Image Stabilizer artinya stabilisasi dilakukan secara elektronik, bukan mekanik (“optical” stabilizer). Sesudah mencoba sendiri merekam video sambal berjalan, jujur saya tidak terlalu merasakan efek EIS ini. Tetapi yang mengejutkan dari video recoring V20 adalah…..
- ….AUDIO-NYA! Saat gw mendengarkan kembali hasil video dengan menggunakan earphone, gw terkagum dengan rekaman suara yang stereo, bahkan terasa surround. Ternyata hal ini disebabkan V20 memiliki 3 (iyeh, TIGA) microphone untuk merekam suara, sehingga hasilnya adalah rekaman video dengan suara yang benar-benar realistis. Nanti gw akan bahas lebih detil bagaimana V20 benar-benar invest di audio.
- Total control. V20 memberikan manual mode yang gilaaa. Dari speed, ISO, white balance, sampai focusing bisa diambil alih menjadi manual. Untuk manual focusing, kita akan dibantu dengan semacam pendar hijau di area yang sudah tajam.

Manual focusing. Perhatikan ada efek “pendar hijau” di obyek yang artinya gambar sudah fokus.
Gw bukan peminat fotografi manual, karena gak sabar dan pengen asal jepret saja – jadi mode auto sudah cukup. Tapi pasti ada saja fotografer yang ingin bisa mengatur sendiri foto mereka. Oh iya manual mode ini juga ada di video recording!
Nothing much to say about selfie camera. Ya bagus aja. Dengan resolusi 5MP, lensa wide, dan aperture f/1.9, V20 memberikan foto selfie yang bagus di outdoor, indoor dengan pencahayaan cukup. Kamera selfie memberikan mode “normal” dan “wide angle”, tapi ini sebenarnya lebih ke trik cropping. Gambar “normal” sebenarnya adalah gambar “wide angle” yang di-crop. Di saat low-light, ketajaman menurun, sesuatu yang cukup wajar.
So those are the good stuff. Tetapi gw juga ada catatan di mana V20 bisa lebih baik:
- Perpindahan dari kamera belakang ke kamera selfie (dan sebaliknya) terkadang2 terasa agak lama, tidak instan.
- Focusing yang tidak konsisten. Ada saat-saat di mana V20 kesulitan memfokus dengan cepat, atau berubah focus padahal kita sedang memotret obyek yang sama.
Mengingat spek hardware dari V20 sudah sangat mumpuni, semoga isu2 di atas lebih merupakan isu software yang bisa diperbaiki di upgrade berikutnya.
Overall, seperti gw bilang tadi di atas, si segmen flagship premium, sudah sulit sekali bersaing di hasil kualitas foto. Makanya kita mulai melihat inovasi seperti dual lens di atas. Yang pasti, V20 memberikan kamera yang sesuai dengan ekspektasi di segmennya.
Dicari: Kuping Mahal
Ketika bersaing di kamera mungkin sudah terasa sulit, pengalaman audio bisa jadi ranah persaingan baru. Fitur audio memang selama ini rasanya tidak banyak digarap di smartphone. Di sini, V20 memberikan gebrakan. Audio experience-nya digarap serius:
- Partnership dengan Bang & Olufsen. Ini. Merek. Prestis. Banget. Kalo gak percaya cek aja harga headphone, amplifier, sound systemnya bro. Udah pake cicilan 24 bulan tetep aja miskin loe. Logo B&O terpampang di back case. Even better, earphone yang diberikan bersama V20 adalah earphone B&O Play. Cowok kalo keliatan ada logo ini di kupingnya naek lah nilai kegantengan beberapa poin.

Earphone B&O Play standar untuk V20
- 32-bit Hi-Fi Quad DAC (cara bacanya gimana sih? Hai-Fai, Hai-Vee, Hoi-Pi, atau gimana? Ini kayak perdebatan klasik gimana menyebut “Wi-fi”…) Okay, gw gak akan sok tahu bahwa gw seorang audiophile, jadi gw cuma bisa cerita basic saja. DAC adalah singkatan dari Digital-To-Analog converter. Format lagu yang kita nikmati saat ini melalui smartphone adalah format digital. Saat kita mendengarkan menggunakan headphone kabel, format digital ini harus dikonversi menjadi analog menggunakan DAC technology. Semakin canggih teknologi DAC, semakin bagus lah suara yang dihasilkan headphone/earphone. Konon, Quad DAC dari V20 ini bahkan cukup powerful untuk headphone mahal. Efek dari Quad DAC ini hanya bisa dirasakan headphone berkabel, dan tidak untuk yang berkoneksi Bluetooth.
- So, gimana suaranya? Yaah, karena gw bukan audiophile, buat gw ya bagus banget, apalagi memakai earphone bawaan B&O Play. Bass terasa berbobot, suara berbagai alat musik terdengar jelas. Tapi yang mengejutkan, saat gw memakai earphone sport “murah” sekalipun untuk ngegym, suara yang keluar terasa powerful dan jernih.
Soal audio experience ini tidak semata urusan playback, tapi V20 juga mumpuni untuk merekam audio. Aplikasi High Definition Audio Recording disediakan, memanfaatkan 3 microphone. Menurut penjelasan, V20 bisa merekam audio saat live concert dengan baik, tanpa “pecah” seperti umumnya rekaman standar smartphone. Hal ini karena V20 mampu merekam suara sangat keras (high decibel) sampai 132 dB (sebagai perbandingan, konser musik rock kebisingannya sampai 120 dB, dan suara pesawat jet militer lepas landas adalah 130 dB).
HD Audio Recording ini bahkan bisa merekam track suara kita di atas rekaman musik yang sudah ada. Cocok banget buat yang punya band dan ingin jadi Ariel2an. Cukup rekam dulu musiknya, kemudian gunakan V20 untuk menambahkan suara vocal Ariel2an di musik tersebut, menjadi lagu utuh. Keren kan?

Ini tampilan HD Audio Recorder. Udah berasa kayak di studio gak sih tampilannya?
Kayaknya musisi atau menimal pecinta hi-fi akan bisa lebih mengapresiasi kemampuan audio V20 ini deh. Sebagai user awam, gw sudah sangat happy dengan suaranya.
Kinerja umum
Dengan prosesor Snapdragon 820 (salah satu yang terkencang saat ini), didampingi memory RAM 4GB, rasanya cukup memberikan performa OS yang kencang. Membuka banyak aplikasi sekaligus tidak terasa ada lag, pun saat kita berganti dari satu app ke app yang lain.
Satu hal yang masih jarang adalah internal storage sebesar 64GB. Rasanya belum ada smartphone premium lain di Indonesia yang memberikan storage sebesar ini saat ini. Benar2 tidak perlu khawatir menginstall banyak apps atau games2 “berat”. Dan V20 masih menawarkan memory slot untuk Micro SD card sampai sebesar 256 GB, dan slot ini khusus, tidak berbagi fungsi dengan SIM card slot (hybrid). Gw sendiri memasangkan SD Card 64GB di V20 ini – dan gw berasa jadi jagoan paling badass dengan total storage 128GB! Ha!
V20 juga membanggakan sebagai smartphone Android dengan OS 7.0 Nougat pertama, dan juga satu2nya saat blog ini ditulis. Android Nougat memberikan kemampuan split screen, di mana dua app bisa tampil bersamaan dalam satu layar. Fitur ini memang lebih masuk akal untuk smartphone berlayar besar di atas 5.5 inch, karena kalo layar kecil masih dibelah lagi, mata bisa jereng…..
Selama 3 minggu menjajal V20 ini, OS Nougat berjalan smooth, tidak terasa ada lag berarti. Dukungan prosesor kelas atas dan memory besar benar-benar terasa.

2 aplikasi dalam satu layar, dengan split screen dari OS Nougat
Baterai
V20 dibekali baterai replaceable dengan kapasitas 3,200 mAh. Rata-rata V20 memberikan gw sekitar 3.5-4 jam on screen time, dan kira-kira total waktu standby 9-12 jam dengan penggunaan normal gw (social media, kamera, streaming musik). Jika hape ini gw cabut dari charger jam 6 pagi, maka gw udah harus nge-charge lagi sekitar jam 3-5 sore. Idealnya gw pengen smartphone yang sampai jam 10 malam pun masih tersisa 20%.
Tentunya waktu penggunaan baterai bisa sangat bervariasi tergantung gaya pemakaian user. Pendapat gw soal baterai V20 ini? Biasa saja. Tidak jelek, tetapi juga tidak spektakuler, kalau melihat screen on time sekitar 3.5-4 jam.
Walaupun performa baterai V20 tergolong standar, teknologi fast charge sangat membantu. Dengan charger bawaan, baterai V20 bisa terisi dari kosong hingga 50% dalam waktu sekitar 30 menit.
Penutup
Demikianlah review awam LG V20 gw. Overall, sesuai analogi di awal, V20 ini benar2 “The Beast” dengan spec dan kemampuan yang jauh di atas rata-rata. V20 memang bukan “the perfect phone” – dia tidak merajai di semua aspek, tetapi dia betul2 petarung kelas berat yang digdaya.
Pertanyaannya sekarang, untuk siapa cocoknya si V20 ini?
Kalau pertanyaannya adalah apakah semua orang bisa menggunakannya, ya bisa saja. Tetapi spec yang diberikan V20 rasanya memberikan lebih dari sekedar tuntutan kebanyakan orang. Sebagai analogi: apakah Jeep Wrangler bisa dipakai hanya untuk jalan ke mal, ngopi2 cantik, dan belanja popok bayi? Ya bisa aja. Tapi sayang gak sih? Karena si Jeep Wrangler ini bisa dipakai off-road ke daerah-daerah baru nan eksotis yang tidak bisa dijangkau Uber/Gojek. Rasanya ada yang mubazir dari penggunaan Jeep Wrangler yang hanya di kota dan hanya di jalan protokol mulus aja. Dan gw pernah melihat orang naik Jeep Wrangler edisi Modern Warfare 3 Edition tapi….disupirin. DISUPIRIN. Mobil sesangar itu bukannya harus disetir sendiri dengan gagah berani ya? Eh, kita agak pindah topik….maaf.
Begitu juga dengan V20. Dengan penekanan di kontrol kamera serta spec audio yang tinggi, menurut gw V20 sangat cocok digunakan content creator. Mereka yang sehari-harinya lebih dari sekedar “konsumen konten”, tapi juga “pencipta konten” itu sendiri. Yang terbayang adalah para vlogger, yang bisa menghasilkan foto, video, dan rekaman suara berkualitas tinggi dengan V20 ini.
Segmen lain yang cocok dengan V20 adalah pecinta musik, baik penikmat maupun penghasil karya musik. Sebagai penikmat, Quad DAC dan settingan dari Bang & Olufsen harusnya bisa memanjakan mereka yang bertelinga emas. Mereka yang kalau memilih headphone harus yang premium akhirnya menemukan smartphone yang cukup sebanding dengan headphonenya. Tetapi tidak hanya para penikmat musik pasif, para pembuat karya musik juga bisa menggunakan V20 untuk menciptakan karya-karyanya.
Desain V20 yang cenderung maskulin dan utilitarian juga makin menambahkan kesan profesional, dan bukan hape untuk kece2an. Tidak ada “bling2” di V20. Semua sisi, sudut, dan lekuk lebih menyerupai pesawat tempur stealth terbaru – siap membungihanguskan musuh. Apalagi dengan body yang kokoh bersandar militer. Karenanya, gw merasa V20 ini lebih ke hape laki – atau siapapun yang menyukai desain maskulin.

Sumber: LG
Mungkin kamu bukan semua di atas, tetapi peminat gadget dengan prosesor tinggi, internal storage besar, dan OS Android terbaru. Dengan spec yang dimiliki, V20 tentu memiliki “usia” yang lebih panjang (sampai saat blog ini ditulis, belum ada smartphone lain yang menjalankan Nougat langsung “out of the box”).
So is V20 for everyone? Probably no. Tapi lebih karena ada banyak fitur2 advanced di V20 yang sayang kalo “dianggurin”. Bagaikan Dwayne Johnson hanya dipake untuk film2 komedi romantis, rasanya sayang kan, paha segede aqua galon dan otot bisep segede bedug gak dipakai di film2 action? Begitu juga dengan V20. Kita bisa menikmati multimedia berkualitas tinggi di V20, tapi kita baru bener2 memaksimalkan kemampuannya saat kita meng-create konten.
Terima kasih untuk yang sudah membaca! Semoga berguna! Sampai di review awam berikutnya!
Jangan lewatkan:
Review Awam LG G6, Smartphone-nya Jason Bourne?
Back To The Future? Review Awam Samsung Galaxy S8
Categories: Review
Review awam tapi detail dan lengkap. Keren om
mantap nih Om,
tapi klo dr kualitas batrenya kynya yang menurut saya jadi cukup kecewa, maksud kualitas itu ke kapasitasnya sih Om.
terimakasih review awamnya nih Om.
Kata om gua (dia audiophile) earphone bawaannya masih tergolong “biasa” audio bisa digali lagi dengan headphone yang kelas atas dan yang pasti mahal. kata om gua mubazir aja kalo cuman pake earphone bawaanya dengan audio yang semulus itu…
Hp pemusik banget..
Hehe..
Design jg oke dgn dual cameranya yg ciamik..
Di priceza.co.id dpt skitar 7jutaan..
Btw nice review..
Ini review awam yg Advance nih hehehe… keren review-nya mas broh.
Gw juga lagi tertarik meminang si V20 ini, cuma masih galau, antara mau nunggu G6 atau langsung ambil V20. Secara saat ini gw masih pake G4, namun sebelumnya gw juga sempet icip2 G5, yang menurut gw masih “mending” G4 dengan beberapa pertimbangan subjektif gw hehehe…
Nah, yg bikin gw suka dari V20 adalah:
– Everything is almost perfect, termasuk baterai yg bisa dicopot + slot memory card yg dedicated
– Cuma kurang sedikit di daya tahan baterai, and…
– Hasil kamera memang very nice, tapi blom amazing
Gw pengen recommend G6, karena udah water resist. Sayangnya G6 hanya ngasih 32GB, ini agak ngeselin.
Lagi cari hape all-in-one buat kamera kebutuhan ngeblog dan rekam video sama pemutar musik. Lagi mikirin iPhone 6s, eh gak sengaja baca review LG V20 dan akhirnya mampir kesini.
Reviewnya mantep banget, jadi makin galau.
untuk versi korea (yang dijual di banyak marketplace), cuma single sim sih. Tapi ya harganya lebih terjangkau.
Atau ada rekomendasi lain om, dengan harga yang relatif terjangkau??
LG V20 bikin tulang makin keras dibanting2 kayaknya
😀
Harga V20 udah turun harusnya, karena G6 masuk
pak, cara ganti shortcut aplikasi di mini screen gmana ya
saya geser2 gak mau
😀
gak jadi om. dah bisa. ternyata yg eksis harus di remove dulu hehehe
makasih
😀