Review Awam LG G6, Smartphone-nya Jason Bourne?
Hola So-Gaw (Sobat Gawai. Halah),
Saatnya review awam lagi. Kali ini gw akan mereview flagship terbaru dari LG, yaitu G6. Gw kasih waktu untuk yang mau becanda nyanyiin lagu “Fly….like a G6” (basi, udah banyak yang kepikir hal yang sama). Mengingatkan seperti biasa, ini adalah review AWAM, jadinya memang yang dibahas dari perspektif pengguna biasa, bukan ahli gawai. Jangan mengharapkan ulasan yang super detail. Untuk itu, silakan ke tech-blogs yang biasa memberi review detail (seperti The Verge, Techcrunch, Android Authority, dll).
[Disclaimer: Unit review disediakan oleh LG Indonesia, dan review ini tidak dibayar.]
Di dalam dunia smartphone, di segmen flagship, umumnya perhatian tersita oleh pertarungan dua raksasa Samsung dan iPhone. Tetapi sebenarnya merek-merek penantang dari Android juga tidak kalah menariknya untuk disimak. LG adalah salah satu produsen Android yang menurut gw agresif ikut bertarung di dalam arena flagship. Bahkan saat ini menurut gw LG sudah menyalip Sony (yang dulu sempat memukau dengan seri2 awal Xperia. Ke mana tuh ya si Sony….).
Seri flagship LG adalah seri G. G5 yang dirilis tahun lalu dinilai terlalu revolusioner dengan konsep “modular” (di mana kita bisa membeli modul2 tambahan yang bisa di-attach ke device. Ada modul speaker, ada modul camera, dll). Konsep ini juga diusung oleh Moto. Personally, gw gak pernah tertarik dengan konsep modular, karena faktor praktis: males keluar duit untuk beli aksesoris tambahan yang mahal, serta akan merepotkan saat mau jual ulang (belum tentu calon pembeli hape second kita tertarik dengan modul yang sudah kita beli).
LG terkesan “belajar” dari kegagalan G5, karena model flagship lainnya yang keluar kemudian, V20, sudah menanggalkan konsep modular dan kembali ke desain umum, dengan inovasi di fitur dan spec. V20 mendapat banyak review positif di luar negeri, khususnya untuk aspek audio visual (silakan baca review gw di Review Awam V20). G6 yang keluar di awal tahun ini tampaknya makin menegaskan bahwa LG lebih “bermain aman” dan memilih jalur inovasi yang lebih mudah diterima publik.
Gimana jadinya si G6 ini?
Desain “Next Generation”
LG adalah smartphone yang pertama di 2017 untuk keluar dari pakem display rasio 16:9. Layar display G6 berukuran 5.7 inch (diagonal) dengan rasio 18:9. Artinya layar G6 terlihat lebih ramping dan tinggi dibanding smartphone keluaran sebelum 2017, karena panjangnya persis dua kali lebarnya. Layar ini dikemas di dalam body dengan bezel yang lebih tipis dari rata2 smartphone yang ada saat ini. Gimana rasanya?
Kesan yang timbul saat melihat layar rasio baru dengan bezel tipis ini adalah: kenapa dari dulu design smartphone gak kayak gini sih? Bezel tipis artinya layar besar tidak harus berarti bodi hape besar. Menonton video dengan rasio 18:9 juga terasa lebih menyenangkan. YouTube masih memakai rasio 16:9. tetapi Netflix sudah menggunakan rasio 18:9, sehingga menonton Netflix di layar G6 mendapatkan pengalaman full display. Nonton Netflix di G6 bener2 berasa enak karenanya.

Rasio 18:9 membuat Netflix menjadi full screen

YouTube masih menggunakan rasio 16:9. Perhatikan di kiri dan kanan ada area hitam
Gw terusin dulu soal “design”, sebelum membahas kualitas display. G6 akhirnya bergabung dengan body metal and glass. Sisi depan tampak mengkilap/glossy, sementara bagian belakang tampak metalik dengan Gorilla Glass, dengan sedikit motif guratan (jadi tidak mengkilap sekali). G6 jelas tampak sebagai smartphone flagship karena tampilan yang sangat premium, tapi maskulin. Menurut gw G6 designnya utilitarian, “lakik” banget dengan garis tegas (tapi tidak kaku), bahkan warna platinum di unit review ini pun tampak maskulin.

Glass back, warna platinum. Kadang terlihat seperti biru sangat muda.
Dengan bezel full metal yang tak terputus, G6 terasa sangat kokoh di tangan. Cobain aja diremes2 di genggaman, gak ada bagian yang berasa goyang atau ringkih. Berasa kayak ngeremes2 The Rock gitu deh.

Terasa sangat “keras”/solid di genggaman. Kualitas premium sangat terasa.
Pada bagian bezel kanan terdapat laci/tray untuk SIM card dan MicroSD yang menjadi satu. Di bezel kiri adalah pengatur volume. Headphone jack terdapat di sisi atas, dan di bawah terdapat USB C port dan lubang speaker.

Bagian bawah: USB C dan speaker

Bezel kanan: tampak tray untuk SIM card dan Micro USB, rata menyatu dengan bezel

Bezel kiri: tombol pengatur volume
Di sisi belakang, kita melihat dua kamera seperti di V20, dan di bawahnya adalah fingerprint scanner. Beberapa orang berkata konfigurasi dual camera dan scanner seperti membentuk wajah melongo. Ini sih khayalan berlebihan kayaknya.

Masak sih kayak muka orang melongo? Imajinasi terlalu tinggi aja neh
Ada catatan soal kamera. Kalau diamati dari dekat, maka tampak kedua kamera rata sempurna (flushed) dengan area sekitarnya. Walaupun secara estetika ini bagus karena permukaan belakang praktis “licin”, tidak ada komponen membenjol kayak bisul, tetapi gw merasa kamera menjadi tidak terlindungi dari gesekan saat diletakkan di meja. Gw menganjurkan casing yang bisa memberi jarak antara camera dan permukaan meja.

Area kamera sangat rata dengan body (flushed), jadinya tidak ada perlindungan dengan permukaan meja jika diletakkan di punggung
Konsepunibody artinya sudah tidak ada lagi tutup belakang yang bisa dicopot. Artinya tidak bisa lagi kita mengganti baterai dengan bebas seperti di G5 dan V20. Tentunya keuntungannya lebih banyak, seperti design metal and glass yang lebih mewah, dan fitur tahan air IP68 (tahan direndam di kedalaman maksimum 1.5 meter selama maksimum 30 menit). Fitur tahan air tampaknya sudah diharapkan menjadi “fitur standar” untuk flagship smartphone.
Hape militer?
Mungkin satu fakta mengenai G6 yang tidak banyak dipromosikan adalah bahwa LG G6 ini lolos sertifikasi militer MIL-STD-810g. Ini artinya LG G6 memiliki ketangguhan yang memuaskan tuntutan militer AS. KEREN. GAK. SIH? Gw orangnya sucker (gampang kemakan) banget sama apa-apa yang berbau militer. Dikasih pensil alis yang katanya lolos standar militer juga pasti gw pake! Anyway….sampe di mana kita?
Oh iya, standar militer. Jadi ujian untuk bisa mendapat sertifikasi MIL-STD-810g ini mencakup: uji temperatur ekstrim (hape dipanaskan dan didinginkan ke temperatur ekstrim), tes terpaan radiasi, tes hujan, kelembaban, getaran, dijatuhkan dari ketinggian 1.2 m, tes pasir dan debu, dan tentunya tes direndam sampai kedalaman 1 meter. Hape harus tetap berfungsi sesudah melewati semua ujian sengsara itu.
LG G6 mungkin smartphone tertangguh saat ini. The most badass smartphone for now.
Kalo G6 bisa ngomong, kebayang kata2 pertamanya ke pemiliknya adalah, “Come with me if you want to live” (dengan aksen Terminator).
Harap dicatat, standar militer ini bukan berarti secara fisik/kosmetik G6 tidak bisa rusak (pecah, retak), karena toh bodynya memiliki bagian dari glass. Standar militer ini lebih menguji bahwa G6 tetap berfungsi bahkan sesudah mengalami siksa fisik dalam kondisi uji laboratorium di atas. Harusnya James Bond dan Jason Bourne (bonus Jack Bauer) memakai G6 sih.
Jika dibandingkan dengan mobil, maka buat gw LG G6 ini lebih mendekati luxury SUV. Mewah, mahal, tapi di saat yang sama tangguh dan tidak takut dibawa berpetualangan. G6 bukan mobil supercar ringkih dan takut baret dan hanya untuk dipakai di atas jalan beraspal ke gala dinner. Buat gw G6 itu seperti Range Rover-nya dunia smartphone. Mahal, mewah, tapi dibangun untuk tangguh dibawa offroad sekalipun.

Kalo G6 jadi mobil, menurut gw Range Rover. Sumber: autocar.co.uk
Sebelum kita membahas jeroan, gw pengen lanjut membahas soal layar dulu.
Layar
Dengan resolusi QuadHD+, layar IPS LCD 5.7 inch G6 memiliki resolusi sampai 560 pixel per inch (sebagai perbandingan, resolusi iPhone 7 hanya 326 ppi, Google Pixel 534 ppi). Dan layar G6 memang tidak mengecewakan. Ketajamannya luar biasa, dengan warna yang terang dan “pop out”. Membaca artikel terasa nyaman dengan teks sangat tajam, dan menonton video juga kinclong abis. This is really a pleasant display to enjoy.
Sejujurnya, gw berasa sia-sia sih mereview layar untuk Android model flagship, karena di area ini rasanya sudah tidak ada lagi persaingan. Di resolusi QuadHD, mata manusia sudah mentok gak bisa lagi melihat perbedaan resolusi. Dan soal warna rasanya sudah beda tipis kalau di level flagship.

Menonton film di layar G6 bener-bener menyenangkan
G6 juga dibekali jargon2 seperti “Dolby Vision” dan HDR10 yang konon akan menjadi standar video di masa depan. Gw juga gak ngerti teknis detailnya, walau “HDR” sudah gw kenal di kamera. Kalo prinsipnya sama, maka HDR di video artinya kontras yang lebih baik untuk video, dan area gelap di gambar akan tampak lebih baik. Kayaknya sih ya. Gw sih sok tau aja….
Security
Karena body G6 berkonsep “(hampir) layar semua”, maka tidak ada tombol fisik di depan. Power button merangkap fingerprint scanner diletakkan di belakang, tepat di tengah, mudah dijangkau semua orang termasuk yang kidal. Gw perhatikan ukuran scanner lebih kecil dari milik V20.
Sama seperti V20, fingerprint scanner milik G6 sangat responsif. Jari baru menyentuh scanner, tanpa perlu menekannya, G6 sudah mengenali dan langsung meng-unlock hape. Kudos untuk LG yang sudah membuat fingerprint scanner yang sangat efisien dan efektif.
Jeroan dan Performa
Mari masuk ke urusan yang “daleman”. Beberapa spec basic:
- Prosesor Snapdragon 821. Ini memang bukan prosesor Snapdragon terbaru (sekarang sudah seri 835), walaupun 821 masih dipakai oleh model2 premium sampai awal 2017. Jadi bagi “pemburu spec” mungkin ini kurang menarik. Tetapi ingat bahwa spec di atas kertas tidak serta merta tampak di kinerja nyata. Dalam penggunaan sehari-hari, G6 tidak berasa “lelet” sama sekali
- RAM 4GB. Kok kayaknya sejak akhir 2015, RAM seperti sudah mentok di 4GB ya? Gw tahu ada model2 yang udah memasang 6GB, tapi sampai saat ini kebanyakan model flagship cukup memasang memory 4GB. Mungkin karena memang sudah cukup, dan saat membuka banyak app di G6, tidak terasa nge-lag sama sekali.
- Internal memory 64 GB. Selamat tinggal memory internal 32 GB. Gw lihat flagship model sejak akhir 2016 sudah langsung dibekali memory internal 64 GB. Artinya lebih banyak app yang bisa di-install.
- Memory card slot. Kalau berasa memory internal 64 GB masih gak cukup, G6 juga bisa ditambahkan Micro SD card. Oh iya, dengan Android Nougat, kita bisa memindahkan app supaya diinstall ke memory card. Tidak semua app bisa dipindah memang, tetapi lumayan banget jika kita ingin mengurangi beban memory internal.
- OS: Android Nougat 7.0
Overall, memang G6 tidak mengusung prosesor terbaru saat ini. Tetapi bagi general user, dengan kombinasi RAM dan memory internal besar, G6 masih memberikan kinerja teratas khas flagship yang cepat dan bebas hambatan.
Kamera
Kalo gw mereview hape, kamera akan selalu mendapat porsi tersendiri bagi gw. Hal ini karena kamera adalah fitur yang sangat gw pakai setiap hari. Gw termasuk suka memotret momen sehari2, karena bagi gw ini adalah memory kehidupan gw yang akan gw lihat kelak saat gw udah pikun.
Review kamera gw tentunya dalam kapasitas awam. Gw gak akan memakai parameter2 fotografi profesional, karena emang gak ngerti juga. Bagi yang ingin review yang “pro”, banyak ulasan yang sudah ada di situs2 lain.
So, bagaimana kamera G6 di mata awam kayak gw?
Sama seperti soal design, kalo urusan kamera di level flagship, kualitas gambar terbaik sudah lumrah. Kamera LG G6 adalah salah satu yang terbaik saat ini, menurut gw. Tetapi bukan yang TERbaik, untuk alasan-alasan minor yang nanti akan gw bahas. Tapi mari kita mulai dari spec dulu.
Kamera belakang G6 ada dua. “Main camera” 13MP, dilengkapi stabilizer optical (OIS=Optical Image Stabilizer) yang berfungsi mengkompensasi goyangan tangan saat memotret low light, aperture f/1.8 yang artinya main camera mampu menyerap cahaya lebih banyak, berguna di situasi low light.
Selain main camera, G6 memiliki kamera kedua wide angle lens, 13MP juga, aperture lebih kecil f/2.4. Kamera ini memberi efek mirip Go Pro (seperti fish eye) dengan cakupan gambar lebih lebar, walaupun tercipta distorsi (melengkung) di pinggirnya. Tampaknya kamera wide-angle ini diterima publik dengan baik, sehingga resolusinya dibuat sama dengan main camera (di V20, wide angle camera hanya 8MP).
Jadi gimana hasil gambarnya? Untuk main camera, seperti gw bilang tadi, G6 jelas memberikan kualitas yang sangat bagus. Di siang hari dan pencahayaan cukup, gambar sangat bagus, tajam, dan warna yang cukup saturated. Berikut adalah beberapa contoh foto dengan perbandingan main camera dan wide angle camera, diambil dari posisi yang sama. Semua foto tidak ada yang di-edit, kecuali jika disebut mengalami cropping.

Main camera, pagi hari

Wide angle camera, dari posisi yang sama. Perhatikan banyaknya gambar yang bisa masuk dibanding main camera.

Main camera, indoor, sore hari

Wide angle camera, indoor, sore hari
Tadinya gw gak kebayang asiknya wide-angle camera, tetapi sesudah mencoba sendiri, gw bisa melihat manfaatnya. Untuk mereka yang suka traveling, atau hadirnya di event-event seperti konser, kamera wide-angle bisa memberi sensasi foto dan video yang berbeda, karena bisa meng-capture lebih banyak.

Main camera, indoor.

Main camera. Pagi hari, outdoor, crop cukup banyak. Perhatikan detil embun di bunga.

Main camera. Sore hari. Warna merah di foto sedikit lebih ‘kuat’ dibanding aslinya
Ingat bahwa kamera wide angle tidak dibekali Optical Image Stabilizer, selain itu bukaan (aperture)nya juga lebih kecil dari main camera. Jadi teorinya, dalam kondisi low light, penurunan kualitas di wide angle harusnya akan lebih terasa.

Main camera, indoor, low light

Kamera wide angle di low light, terasa sudah “struggling”, tapi masih sangat layak
Kamera depan/selfie G6 sayangnya terasa under-spec, dengan hanya resolusi maksimal 5MP. Walaupun hasil selfie di siang hari/kondisi cahaya cukup tidak menjadi masalah, saat low-light selfie terasa kamera depan G6 tidak bisa sebagus kamera utama.

Selfie malam hari, penerangan hanya lampu: Kok gw agak pucat ya.
Oh iya, sistem dual camera G6 membuat kita bisa men-zoom out dan men-zoom in dengan memanfaatkan kedua kamera. Misalnya kita membuka main camera, saat kita zoom out kita akan otomatis dipindahkan ke wide angle camera secara tak terputus.
Kenapa tadi gw bilang bahwa walaupun kamera G6 salah satu yang terbaik tapi bukan yang TERbaik? Hal ini lebih dikarenakan “kecepatan” kamera, bukan kualitas gambar. Kecepatan kamera di sini adalah kecepatan membuka aplikasi kamera, kecepatan fokus dan “jepret”, dan kecepatan antar pengambilan gambar (ada jeda atau tidak antar pengambilan gambar). Jangan salah, G6 sudah cepat, hanya gw merasa masih ada yang lebih cepat dari G6. Menurut gw sih gw hanya rewel aja, nitpicking hal minor. Bagi mayoritas general user, kamera G6 harusnya sudah bener2 mumpuni.
Square Camera
G6 masih punya “trik” kamera tambahan selain wide angle camera. Inget tadi gw bilang rasio display G6 adalah 18:9? Itu artinya sama dengan dua bujursangkar disusun atas bawah. Dan ini memungkinkan G6 memperkenalkan Square Camera, yaitu kamera format square yang bisa di”main”kan. Kita bisa memakainya untuk sekedar memiliki “preview” hasil foto di layar sambil tetap mengambil foto berikutnya (tanpa harus masuk ke galeri), atau menyusun dua foto square yang disambung, menggunakan foto yang sudah ada sebagai “panduan” untuk framing foto berikutnya, atau sekedar menciptakan foto square 2×2 grid. Jelasnya liat video demo di bawah ini aja. Mohon maaf obyeknya gak keren….tapi semoga ngerti maksud gw.
Square Camera ini kayaknya mentargetkan Generasi Instagram ya, karena fitur2nya memang seperti diperuntukkan untuk menghasilkan foto IG terbaik. Awkarin mana ya.
Untuk video, gw gak banyak explore karena gw memang tidak banyak membuat video. Yg gw tahu hanya G6 bisa merekam video sampai resolusi UHD. Again, ini tidak istimewa rasanya di jajaran flagship. Mungkin yang patut diangkat adalah kemampuan manual video recording yang terkesan profesional, dari manual focusing, setel ISO sendiri, bahkan sampai ada panel audio setting segala (lihat di video bawah).
Kesimpulan gw untuk kamera adalah, G6 tidak akan mengecewakan pengguna berat kamera sekalipun. Dan di dalam jajaran kamera flagship yang sudah hampir sama/parity secara kualitas gambar, G6 menawarkan cara “bermain” dengan kamera yang fresh, seperti wide-angle dan Square Camera.
Audio
Seperti V20, G6 dibekali Quad DAC Hifi. Gw juga bukan orang hifi sih, tetapi sepengetahuan awam gw, Quad DAC ini artiya G6 cukup kuat untuk “ngangkat” headphone mahal (karena headphone mahal biasanya tuntutan power-nya juga gede). Teorinya suara musik menjadi lebih akurat dan lebih enak didengar. Karena gw gak punya headphone mahal, ya gw gak bisa menilai ini. Tetapi dengan earphone standar saja G6 sudah bisa bikin Spotify makin oke.
Baterai
Gak cukup rasanya review smartphone kalau tidak menyentuh baterai. LG G6 dibekali 3300 mAh. Gimana review gw? “Sedang” saja. Tidak buruk, tetapi tidak spektakuler. Harap diingat kinerja baterai antar pengguna bisa sangat berbeda, karena tergantung pola pemakaian. Untuk gw sendiri, dengan pemakaian sedang sejak jam 6 pagi (kondisi baterai full), maka gw sudah harus men-charge lagi sekitar jam 4-5 sore. Screen on-time berkisar antara 4 – 4.5 jam.
LG G6 sudah memiliki Fast Charger, sehingga sangat membantu saat kita mulai kehabisan baterai. Dari kondisi baterai kosong, 30-40 menit charging bisa memberi kita baterai 50%, lumayan banget.
Penutup
Jadi, gimana kesan gw terhadap LG G6?
Buat gw, LG G6 tidak memberi terobosan dahsyat, tapi refinement/penyempurnaan apa yang sudah baik. And this is NOT a bad thing!
Tidak semua pengguna smartphone menginginkan fitur-fitur ajaib yang super mutakhir. Sebagian dari kita menginginkan fitur-fitur mainstream tetapi dengan kualitas terbaik, dan itu yang ditawarkan G6. Terobosan paling signifikan dari G6 adalah memperkenalkan rasio display 18:9 yang memberi kenyamanan dalam menggenggam (G6 menjadi lebih langsing) dan juga pengalaman menonton video yang lebih asik. Design bezel yang tipis membuat layar menjadi maksimal tanpa harus memperbesar ukuran device. Selain dari itu, G6 lebih menawarkan penyempurnaan dari fitur yang sudah umum di pasaran. And for some people, that’s already what they asked for!

(Sumber: GSMArena)
Siapa pengguna LG G6 yang pas buat gw? Gw kebayangnya siapapun yang menyukai design maskulin dan utilitarian (lawannya design “cantik”). G6 cocok untuk mereka yang no-nonsense, dan ingin smartphone dengan fitur familiar tetapi memberi experience terbaik. G6 juga cocok bagi mereka yang senang outdoor dan fisik, di mana smartphone tahan banting menjadi kebutuhan.
Traveler atau content creator juga cocok menggunakan G6 dengan sistem kamera gandanya. Atau siapapun yang senang “bermain” dengan kamera untuk sekedar update media sosial sehari-hari, untuk untuk keperluan hobi fotografi amatir.
Dengan G6, LG seperti menunjukkan keseriusannya bertarung di arena flagship. Sesudah kegagalan eksperimen di G5, G6 kembali sebagai flagship smartphone yang bisa memenuhi kebutuhan general user.
Pro:
- Body kuat standar militer, tahan air dan kondisi ekstrim lainnya. Come on guys, ini keren banget kan?
- Desain mewah tapi utilitarian. Sangat solid, maskulin, tapi tetap premium
- Display 18:9 QHD generasi baru
- Sistem kamera ganda, dengan wide angle camera
- Audio HiFi untuk pendengar musik
Con:
- Prosesor Snapdragon 821 bukan generasi yang terbaru
- Kamera selfie hanya 5MP
Demikian review awam gw, semoga membantu pembaca! Until next review!
Jangan lewatkan:
Back To The Future? Review Awam Samsung Galaxy S8
Review Awam LG V20, “The Beast”
Categories: Review
Wah makasih OmPir review awamnya.
Aku mulai jd fans LG seri G gara2 sempet pakai G2mini dan takjub sampai sekarang dia masi bertahan cukup oke (cuma udh turun banget aja buat masalah baterainya).
Waktu mau upgrade ke G series asli, waktu itu yg ada di pasaran adalah G5, dan aku termasuk yg kaget dan kecewa dengan design nya.
Begitu keluar G6 ini aku nunggu2 banget ada yg review secara lebih ‘awam kebanyakan’.
Bisa jd pertimbangan banget. Thx a lot..
salah fokus ke mukanya Ompir pas selfie. astagaa..
Thankyou reviewnya ompir! Saat ini masih pake LG Stylus 2 dan udah cukup banget. Mungkin mau ganti ini kalo udah bosen sometime in the future. Suka sama desainnya! Setuju sama bagian desain 18×9 sama kamera indoor. LG emang agak struggling pas low light tapi masih oke banget buat dishare ke instagram. Btw tiap senja sekitar jam 5 sore sampe abis maghrib kameraku suka kaya ‘mengembun’ gitu. Semacam efek cloudy jadinya fotonya fade banget. Ompir udah coba pake buat motret pas senja belom? Aku penasaran apa ini kameraku doang ._.
Review yg sangat gamblang.. Menarik! Ekspresif! Sedikit kekecewaan saat membahas quad dac, cuma seucrit! Lainnya? Bagus banget menurut gue…
(apa cuma gue yg baca ini di september ‘ 18 ya..? Ah tunggu sebentar lagi.. Para pemburu barang 2nd lainnya akan segera muncul…)
Thaks Bro, Salam Olahraga..!