Back To The Future? Review Awam Samsung Galaxy S8

Mumpung masih libur Lebaran, dan gw gak bisa ke mana-mana karena gak ada nanny dan ART, gw review awam gadget aja deh. Kali ini gw mau review Samsung Galaxy S8 yang sudah gw pakai selama 2 bulan.

[Disclaimer: unit yang digunakan adalah milik/beli sendiri, dan review ini tidak berbayar]

Seperti biasa, bagi yang pertama kali membaca review gw, sedikit catatan: ini bener-bener review awam, sesuai judulnya. Jadinya ya ditulis oleh pengguna awam, dan hanya menyentuh hal-hal yang menarik perhatian awam, bukan expert. Untuk tulisan teknis mendetail, silakan dicari dari sumber2 lain seperti techblogs populer (seperti CNET, The Verge, Technocrunch, etc.)

The Return of The King

Jika kita membagi dunia smartphone berdasarkan Operating System, tentunya hanya ada dua yang utama: Android dan iOS (Windows Phone entah ke mana kayak mantan yang tiba2 menghilang). Gw selalu mengibaratkan iOS sebagai Empire di Star Wars (ayolah, semuanya serba seragam, closed system, bahkan desain Stormtroopers yang keren aja ngingetin sama design iPhone….), sementara Android adalah pihak Rebel (macem2 bentuknya, dari yang ancur sampai keren). Di pihak Android, maka leader-nya masih dipegang oleh Samsung, secara faktor market share dan popularitas.

Waktu tragedi Note7 mledug terjadi, gw jadi bertanya2, apakah Samsung akan bisa pulih dari episode kelam tersebut. Bukannya apa2, tapi hape meledak (oke, “terbakar” lebih akurat sebenarnya) ditambah produk ditarik total dari pasar bukanlah kejadian brand apes biasa. Bagi gw, Samsung pasca Note7 bisa menjadi case study marketing dan public relations terpenting dalam dekade ini. Dan ketika S8 akhirnya keluar, gw sangat penasaran. Bagaimanapun, menyusul tragedi Note7, Samsung pasti tidak boleh gagal/screw-up lagi, dan gw sangat penasaran bagaimana mereka mempersiapkan S8.

Sebenarnya dari smartphone Samsung gw lebih ngefans seri Note (karena S-Pennya), tapi kali ini gw harus merasakan kayak apa S8. This can be the return of the king, or not. Samsung bagaikan plot film Hollywood standar di mana si jagoan harus kalah dulu, terbuang, mengembara ke hutan/planet lain, mendapatkan ilmu baru dari guru aneh/kate/cabul (think Luke Skywalker!), kemudian kembali menjadi lebih kuat. Apakah ini kembalinya sang jagoan?

Desain Futuristik

Mari mulai dari desain. Di seri S8 (dan S8+) ini, Samsung bener2 sudah memutus tali pusar, eh, tali “persaudaraan design” dengan seri2 Galaxy sebelumnya. Yang paling nyata, lenyapnya home button fisik yang sudah menjadi ciri khas Samsung, bahkan sampai seri S7/S7 Edge. Praktis sudah tidak ada tombol fisik lagi di depan. Semua tombol diubah menjadi “on screen”. Mengapa keputusan drastis ini? Karena tampaknya Samsung mengejar design body (hampir) full layar. S8 ini bener2 bodynya hampir “layar semua”, dengan rasio layar ke body sampai 83.6%! Gila kan? Bezelnya sangat tipis, tersisa sedikit di atas dan bawah. (Sebagai perbandingan, rasio layar ke body S7 Edge adalah 76.1%, iPhone 7 Plus 67%).

20170627_095333

Apa manfaat utama body layar semua? Simpel aja: kita bisa punya layar besar dengan body lebih kecil! Layar S8 berdiameter 5.8 inch, tetapi karena bezel yang sangat tipis, keseluruhan body terasa compact dan tetap nyaman dimasukkan saku celana (khususnya untuk cowok).

Begitu melihat design S8, memang seketika semua design smartphone sekarang dengan bezel tebal menjadi terlihat kuno. Smartphone dengan full layar langsung terasa menjadi standar design smartphone baru.

Water resistant

S8 mendapat sertifikasi IP68, yang artinya tahan air sampai kedalaman 1.5 meter selama 30 menit. Fitur ini tentunya dimaksudkan untuk paparan air yang tidak disengaja, bukan untuk sengaja dipakai di bawah air.

Tampaknya fitur tahan air sudah menjadi ekspektasi standar untuk seri flagship. Ironisnya adalah pelopor tahan air seinget gw adalah Sony Xperia Z, dan sekarang Sony sudah entah di mana dalam persaingan smartphone.

USB C dan Headphone Jack

Goodbye Micro USB. Tampaknya semua smartphone akan bergerak ke USB C, dimulai dari seri flagship. Tapi jangan khawatir, di dalam box S8 disediakan adapter Micro USB ke USB C. Jadi charger/kabel data koleksi kita yang masih memakai Micro USB masih bisa digunakan pada S8.

20170627_094909

Headphone jack juga masih dipertahankan. Bagi yang sudah punya headphone mahal2 berkabel, tidak perlu khawatir, masih bisa digunakan di S8.

No more flat screen

Samsung tampaknya juga resmi menceraikan flat screen untuk seri flagshipnya. Jika sampai S7 kita masih memiliki opsi layar rata, maka mulai S8/S8+ keduanya hanya dibekali edge screen, yaitu layar yang “luber” ke kiri dan kanan dengan layar melengkung. Samsung menyebut konsep layar penuh dan tepi melengkung ini sebagai “Infinity Display”, dan nama ini tampaknya memang beralasan. Saat kita menikmati layar S8/S8+, maka gambar seperti tak bertepi. Saat layar S8 menyala, memang smartphone ini bener2 cantik luar biasa.

20170628_084856

Bagaikan portal ke dunia lain

Display S8/S8+ menggunakan teknologi Super AMOLED kebanggaan Samsung. Apa kelebihan AMOLED dibanding LCD yang lebih umum dipakai smartphone lain? Sederhananya, setiap pixel di AMOLED bisa dipadamkan/dinyalakan. Artinya, saat memerlukan warna hitam, pixel individu bisa dimatikan sama sekali. Warna hitam di display AMOLED akan lebih pekat dan kontras dibandingkan LCD (di mana semua pixel sebenarnya menyala karena backlight). Samsung sebagai pembuat TV jelas memiliki advantagen dan pengalaman dalam memproduksi layar mumpuni.

S8 memiliki resolusi sampai WQHD (1440 x 2960) yang sangat overkill untuk smartphone. Tapi harus diingat bahwa S8 juga bisa digunakan untuk Virtual Reality, dan resolusi lebay ini lebih dibutuhkan saat kita memakai VR goggle (Gear VR) di mana smartphone sangat dekat ke mata. Resolusi lebay menjadi penting untuk gambar virtual reality yang lebih tajam.

Default setting S8 dari box adalah Full HD (2220 x 1880), diduga untuk menghemat baterai. Tetapi untuk pemakaian umum, gw gak bisa membedakan antara Full HD dan WQHD, jadi kayaknya sebagian besar user akan cukup happy dengan settingan FHD (kecuali saat akan memakai Gear VR).

Soal kualitas display, tidak usah diragukan lagi. Teknologi display Samsung di segmen flagship rasanya sudah merajai selama beberapa tahun terakhir. Warna, kontras, dan brightness yang sangat superior. Baik itu melihat video, maupun sekedar melihat foto2, gambar terasa “meloncat” keluar. Di bawah terik matahari pun display S8 masih sangat jelas. Kalau pembaca sangat mementingkan kualitas display, S8 sudah pasti tidak akan mengecewakan.

20170627_095437

Display S8 yang luar biasa tajam, cerah, dan kontras

Always On Display

Karena teknologi AMOLED ini lah maka S8 bisa memiliki fitur Always On Display (AOD). AOD artinya dalam keadaan locked screen pun ada informasi yang bisa ditampilkan terus menerus di layar (misalnya jam, notification dari apps, dll). Karena pixel bisa menyala secara individu, AOD diklaim tidak akan menghabiskan baterai walaupun menyala terus. Gw merasa AOD ini sangat membantu, karena jam selalu terpampang, mudah dilihat tanpa harus menekan tombol apapun.

20170627_094828

Always On Display terus menyala dalam keadaan locked screen

Smartphone Next Top Model

Kombinasi Infinity Display dengan glass body yang semuanya curved membuat S8 ini bener-bener sexy. Tidak ada satu sisipun yang “kasar” atau “tajam”. Display, glass back, dan bezel metal menyatu seamlesslyIt’s just a gorgeous phone all around. Ini adalah smartphone yang memang minta di-elus2.

20170627_094924

Every corner is curved

Walaupun cantik, dan build quality terasa solid (tidak ada bagian yang terasa longgar), tetapi jujur saja barang secantik ini memberi rasa fragile. Glass body yang supermulus juga artinya licin di tangan, dan tetap rentan retak jika terjatuh (walaupun suah dibekali Gorilla Glass 5 sekalipun). Jadi gw memutuskan tetep memakai case. Dan penggunaan case juga lebih dari sekedar melindungi, tetapi ada manfaat tambahan yang nanti gw jelaskan.

20170627_094842

20170627_095021

Bezel dan layar menyatu mulus

Soal pilihan warna

Oh iya, S8 ini gw beli saat periode preorder. Biasa lah, ngejer diskon dan gratisan (dapetnya Fast Wireless Charger). Nah, urusan preorder, dasar gw lambat, gw gak dapet warna yang gw mau. Awalnya gw ngejer Orchid Gray, karena di website kok keren, agak ungu2 gitu. Tapi rupanya ada jutaan orang yang berpikiran sama, walhasil lenyaplah si Orchid Gray dalam sekejap.

Akhirnya gw terpaksa mengambil Maple Gold. Awalnya gw gak terlalu happy, karena emang gak suka gold, plus di website kok kayak agak2 norak gitu. Gw khawatir bakal terlihat seperti aksesori Imlek. Tapi berhubung warna bukan dealbreaker buat gw, ya sudahlah. Toh kalo ternyata jelek, bisa disarungin aja pake warna lain nantinya. Dan ketika akhirnya gw menerima barangnya, ternyata……

…..ternyata, GAK PAPA BANGET!! Warna di website tidak akurat menggambarkan si Maple Gold. Ternyata dia sama sekali tidak emas norak gitu. Bahkan cenderung lebih ke bronze gitu gak sih? Anyway, gw cukup hepi dengan warna aslinya si Maple Gold ini. Understated, gak norak, dan cukup maskulin.

20170627_095132.jpg

20170628_092346

Oh iya, sama seperti S7, glass body ini rentan kotor sidik jari berminyak (makin gelap warna body makin jelas terlihat). Jadi ini satu alasan lagi untuk memakai case.

Bagaikan Bugatti Chiron

Kalau gw mencari analogi mobil bagi S8, maka terbayang supercar yang sangat futuristik dan mahal, yang kayaknya mau dititip ke Valet aja deg2an. Jika S8 menjadi mobil, gw memilih Bugatti Chiron ini. Semua bodynya curvy, tidak ada sudut tajam. Dan kebetulan juga powerful dengan mesin/prosesor yang terkini (nanti gw bahas lagi).

2017-Bugatti-Chiron

Bugatti Chiron 2017 (Source: moneyinc.com)

Memilih S8 atau S8+?

Dari dua pilihan S8 dengan display 5.8 inch dan S8+ dengan display 6.2 inch, gw memilih S8. Gw sudah biasa memakai smartphone berukuran besar (Samsung Galaxy Note5 dan LG V20) yang tidak nyaman di saku celana. Akhirnya dengan S8, gw bisa mendapat display besar dengan ukuran fisik hape yang compact. Bagi gw yang selalu menaruh hape di saku celana depan, ukuran yang nyaman menjadi sangat penting, dan bagi gw S8 sudah pas. Gw sarankan teman2 untuk mencoba dulu dimensinya dan mencari yang paling nyaman untuk masing2.

Keuntungan S8+ adalah kapasitas baterai yang lebih besar. Tapi dengan layar yang lebih besar juga, gw gak yakin apakah stamina baterai bertambah signifikan.

Rasio layar 18.5:9

Perubahan trend lain tampaknya terjadi di rasio layar. Sesudah LG G6 menggunakan rasio baru yang ramping 18:9, keluar dari pakem 16:9, maka Samsung juga memperkenalkan rasio baru 18.5:9 (yang artinya proporsinya bahkan lebih ramping lagi dari G6).

Apa keuntungan rasio 18.5:9 ini? S8 menjadi ‘langsing’ dan lebih panjang. Karena langsing, pengoperasian satu tangan menjadi relatif lebih mudah, minimal ke samping. Saat digenggam, dengan mudah jempol gw menjangkau ujung display di sisi satunya. (Tentunya jempol gw masih gak nyampe kalo harus menjangkau tepi atas).

Oh iya, karena perbedaan rasio ini, maka sensasi menikmati layar akan berubah saat kita sudah terbiasa dengan rasio 16:9. Dan artinya petunjuk diameter 5.8 inch bisa misleading. Contoh, S7 Edge memiliki layar 5.7 inch, sementara S8 5.8 inch. Tapi jika elo biasa memakai S7 Edge dan kemudian mencoba S8, maka awalnya akan terasa layarnya menjadi lebih kecil. Hal ini karena layar menjadi lebih langsing, tetapi memanjang ke atas, sementara kita terbiasa dengan S7 Edge yang lebar.

Sesudah 2 bulan memakai S8 dan terbiasa dengannya, gantian kok, pas memegang S7 Edge akan merasa kelebaran. Jadi perlu waktu penyesuaian dengan rasio 18.5:9.

S8 juga otomatis mengoptimalkan aplikasi agar bisa tampil full screen di rasio baru ini. Saat menonton YouTube, disediakan opsi antara menonton di rasio normal (yang artinya akan ada bagian hitam di kiri dan kanan karena video YouTube masih memakai rasio 16:9), atau jadi “full screen” (di mana video sebenarnya sedikit di-crop di atas dan bawah supaya muat full screen di S8).

20170627_095423

Agar YouTube bisa full screen, perlu diaktifkan dulu fiturnya

Soal Fingerprint Scanner Yang Heboh Itu

Bagi yang rajin mengikuti berita gadget, mungkin sudah mendengar soal posisi fingerprint scanner S8 yang dianggap aneh (tidak di tengah, tapi di atas, di sebelah lensa kamera). Konon ini menyulitkan mencarinya, tidak intuitif, dan berisiko mengotori lensa kamera saat kita heboh meraba2 dengan jari gw. So, sesudah 2 bulan, gimana pengalaman gw?

Oke, pertama, gw setuju dengan opini bahwa posisi fingerprint scanner di S8 memang sangat aneh. Gw merasa posisi ini lebih memihak mereka yang tidak kidal. Seharusnya scanner terletak persis di tengah, karena lebih mudah dijangkau baik yang kidal maupun tidak. Selain itu, betul bahwa posisi scanner yang sekarang lebih rentan membuat jari kita menyentuh lensa kamera dan mengotorinya.

Tetapi, apakah ini bener2 dealbreaker, segitu buruknya sampai bener2 menjadi tidak bisa digunakan? Jawabannya, tidak juga. Dalam beberapa hari, muscle memory kita akan mampu membuat jari kita menemukan scanner dalam waktu cepat.
Dan di sini, gw mau nyambungin poin soal kenapa harus pakai case. Selain membantu melindungi bodynya yang kece, case juga membantu kita menemukan letak scanner. Case diperlukan karena sebaiknya lensa kamera tidak bersentuhan langsung dengan meja. Case yang baik memberi gap antara lensa dan permukaan meja (lihat foto di bawah). Di saat yang sama, tepi cutout (lobang) dari case membantu kita lebih cepat menemukan scanner.

20170628_092551

Cutout (lobang) dari case membantu jari kita menemukan si scanner

Kalau urusan menemukan scanner sudah beres, maka scanner bekerja dengan memuaskan, cepat dan akurat.

Fingerprint scanner menjadi alat security pilihan utama gw. Tersedia iris scanner yang cukup revolusioner, di mana S8 membaca pola corak iris mata kita. Walaupun awalnya gw seneng nyoba2nya karena berasa kayak mainan baru, akhirnya gw tetap kembali ke fingerprint. Iris scanner cukup akurat, tapi sering miss jika angle hape tidak tepat. Dan gw merasa fingerprint jauh lebih cepat.

Ada opsi lain yaitu menggunakan face recognition. Tapi menurut banyak artikel ini tidak terlalu aman karena bisa “ditipu” dengan foto kita. (Bayangin hape kita dihack pacar/mantan yang punya foto kita, malesin kan….)

Sedikit tentang jeroan

Bicara flagship smartphone, harus menyentuh soal jeroan sedikit. Bagaimanapun pemburu seri flagship menginginkan segala yang terbaik, termasuk jeroan.

S8 menggunakan prosesor octacore Snapdragon 835 terbaru (atau Exynos yang setara). Ini adalah prosesor paling gres saat ini. Memory 4GB, belum berubah sejak Note5 dan S7. Internal storage sudah 64GB. Inipun masih bisa ditambah memory card tambahan. OS Nougat 7.0. Selain prosesor utama, S8 juga dibekali graphic processor Mali atau Adreno.

Tetapi spec tinggal spec, yang penting bagaimana user experience riil-nya?

OS Nougat di S8 berjalan sangat lancar, tanpa lag sama sekali. Membuka apps banyak secara bersamaan tidak mampu membuat S8 menjadi lamban. Semua apps populer terbuka sangat cepat (Facebook, Instagram, Twitter, Path, YouTube, LINE, dll). Dengan Android Nougat, kita bisa memindahkan sebagian app agar disimpan di MicroSD card, sehingga meringankan memory internal hape.

Tetapi, gw melihat ada isu saat bermain game “berat grafis”  Injustice 2. Gw perhatiin gerakan animasinya agak choppy (terputus/jump). Agak aneh mengingat prosesor S8 sudah sangat maksimal.

Gw mencoba game lain sebagai perbandingan, Modern Combat 5. Di game ini tidak ada masalah, animasi berjalan lancar. Jujur gw sedikit kecewa soal inkonsistensi di gaming ini. Semoga hanya masalah software yang bisa diperbaiki dengan upgrade.

Terlepas dari game, gw bisa bilang general use dari memakai S8 sangat cepat dan mulus. Tapi ini sudah sewajarnya kita dapatkan dari smartphone seri flagship.

Camera – Mempertahankan Yang Sudah Baik

Di bagian kamera, Samsung tidak melakukan perubahan signifikan dari kamera S7/S7 Edge. This is not necessarily a bad thing, karena kamera S7/S7 Edge sudah sangat bagus sekali. S8/S8+ dibekali kamera belakang 12MP dan bukaan sangat besar f/1.7 untuk low light photography yang lebih baik. Menurut Samsung, upgrade hanya dilakukan di software, di mana saat memotret S8 sebenarnya mengambil beberapa gambar sekaligus dan kemudian memilih yang terbaik.

Tapi jujur gw kecewa karena S8 tidak memiliki dual camera seperti LG G6 atau iPhone 7 Plus. Menurut gw inovasi kamera smartphone trendnya menuju ke dual camera, karena secara umum main camera di flagship series sudah hampir mentok kualitasnya. Penyempurnaan di main camera akan terasa sangat sedikit/incremental, jadi tambahan kamera kedua rasanya jadi inovasi logis, apakah wide lens seperti LG, optical zoom seperti iPhone 7 Plus, atau monochromatic seperti Huawei. Semoga seri Note8 sudah memakai sistem dual camera (menurut bocoran yang mulai beredar sih kayaknya gitu).

Sebagai general user, yang pasti gw merasakan kualitas gambar yang luar biasa, seperti saat menggunakan S7 Edge. Dalam keadaan siang/terang, sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Fitur HDR cukup dinyalakan ke Auto maka situasi pencahayaan menantang (misalnya angle cahaya yang sulit, atau adanya daerah gelap dan terang sekaligus) diambil S8 tanpa kesulitan. Yang juga mengagumkan dari kamera S8 adalah kecepatannya. Begitu mengambil satu gambar kamera seketika siap mengambil gambar berikut, tidak ada jeda sama sekali.

Berikut adalah contoh hasil foto dari kamera utama, tanpa edit sama sekali:

20170620_174552

20170701_073448

20170701_072507

DI sini, gw merasa warna hijau di bagian atas agak berlebihan (oversaturated)

20170701_072942

Hasil foto macro

20170620_184511

Sekitar jam 5 sore

20170511_104247

Indoor, terang

20170701_161740

Human object, indoor. Gw suka warna warni bolanya.

20170620_182832

Sore menjelang malam. Kekuatan S8 di low light mulai tampak.

20170620_183301

Dalam keadaan gelap, thanks to Optical Image Stabilizer S8 memberi hasil luar biasa

20170512_220908

Kondisi SANGAT gelap. Perhatikan meja DJ yang detilnya masih tajam.

Kamera selfie justru mendapatkan upgrade signifikan, dari 5MP di S7 menjadi 8MP di S8. Tidak hanya itu, kamera selfie di S8 juga mendapatkan Autofocus, yang artinya hasil selfie menjadi lebih tajam signifikan dibanding S7. Autofocus di kamera selfie memang tidak secepat kamera utama, tetapi masih cukup memuaskan. Kamera selfie S8 juga memiliki bukaan besar f/1.7, sehingga mumpuni di kondisi low light. Berikut contoh :kamera selfie di kondisi terang dan low light:

20170701_073509

Kondisi pagi, terang

20170629_215337

Indoor, malam, lampu terbatas. Tanpa front flash pun, hasil masih cukup baik

Kamera S8 juga memberikan fitur mask gaya Snapchat.

Overall, kamera S8 dijamin memuaskan untuk pengguna umum. Cukup set di “Auto”, dan hampir selalu S8 akan memberikan hasil foto yang bagus.

Baterai

Mungkin pasca Note7 masih ada yang mempertanyakan keamanan baterai S8. Well, walaupun kekhawatiran itu beralasan, gw mikir justru saat ini Samsung akan mati2an menjaga keamanan baterainya. Karena jika terjadi lagi, habis lah kepercayaan publik terhadap Samsung. Pasca Note7, Samsung memperkenalkan prosedur pengecekan baterai sampai 8 tahap, untuk memastikan keamanan baterai:

Bagaimana dengan stamina baterai? Menurut gw sedang saja, tidak ada yang spektakuler. Total screen-on time sekitar 3.5-4 jam. Jika gw memulai hari dengan baterai 100% di jam 6 pagi, dengan pemakaian normal kira2 jam 4-5 sore gw sudah harus mencharge lagi jika tidak ingin kehabisan baterai saat perjalanan pulang.

S8 sudah dilengkapi Fast Charger, yang bisa mengisi dari 0 ke 50% baterai dalam waktu sekitar 30 menit. Selain itu, S8 juga sudah dilengkapi Wireless Charging. Sejujurnya, buat gw wireless charging sifatnya masih gimicky saja, karena tetap saja hape harus menempel/bersender di permukaan charger, dan chargernya sendiri tetap harus dicolok ke colokan. Wireless charger ini cocoknya di meja kantor/meja belajar, jadi saat kita bekerja dengan komputer/tidak memakai hape, hape cukup diletakkan di wireless charger untuk top up. Sedikit saja lebih praktisnya. Dan harus diingat kecepatan charge dari wireless charger masih kalah dibandingkan charger biasa.

Bixby, Another AI

Di S8, Samsung memperkenalkan Bixby, sebuah layanan AI (Artificial Intelligence) baru. Sejujurnya, gw gak ngerti kenapa harus ada Bixby, mengingat sudah ada Google Assistant. Tampaknya Samsung serius dengan Bixby sampai menyediakan tombol khusus di bawah tombol volume suara.

Sama seperti Google Assistant, Bixby mengumpulkan berbagai informasi dari hape, calendar, berita, social media, health app, dll, dan kemudian merangkumnya untuk kita. Sampai sini masih sama dengan Google Assistant. Berikut contoh fitur Bixby:

Perbedaannya adalah Bixby Vision, di mana Bixby bisa dioperasikan saat mengambil gambar untuk mencari informasi tentang obyek di dalam gambar. Bixby Vision bisa dioperasikan juga untuk foto2 di Gallery. Berikut adalah contoh penggunaan Bixby:

Bisa dilihat bahwa untuk Bixby Vision, (sayangnya hanya) mengandalkan Pinterest. Menurut gw artinya sumber referensi Bixby Vision sangat terbatas kepada Pinterest. Tentunya di masa depan bisa saja ada ekspansi.

Overall, Bixby terasa belum betul2 matang, masih work in progress. Mungkin Samsung akan lebih menyempurnakannya nanti. Tapi saat ini, gw tidak punya alasan menggunakan Bixby. Well, Google Assistant aja gw jarang pake juga…..

Penutup

Is this the return of the King? Sebagai orang awam, menurut gw jawabannya adalah iya. Galaxy S8 terasa bagaikan smartphone dari masa depan, baik secara design, spec, dan performa. Di sini terlihat Samsung mati2an harus membela reputasinya pasca kegagalan Note7.

Tentunya ada saja yang miss dari S8 yang hampir sempurna, dan ini ada di letak fingerprint scanner. Di luar kesalahan design (yang sebenarnya tidak terlalu major ini), S8 sudah hampir sempurna. Kalau mau “dicari2”, mungkin gw berharap S8 sudah menerapkan dual camera system. But I’m nitpicking, karena kamera S8 sudah benar2 salah satu yang terbaik rasanya, apalagi dengan selfie kamera yang diupgrade hardware-nya.

Untuk siapa S8 ini? Menurut gw untuk penggila gadget yang harus memiliki teknologi terbaru. Dengan prosesor terakhir dan spec yang tinggi, umur S8 harusnya cukup lama. Lihat saja S7/S7 Edge yang menurut gw masih sangat bagus sesudah lewat setahun. S8 juga cocok untuk mereka yang mementingkan design, karena penampilan S8 yang benar2 sleek dan futuristik. Selain itu pengguna kamera berat (bukan “pro”) akan sangat sangat menyukai kamera S8 ini. Auto setting sudah hampir pasti pmemberi hasil gambar yang memuaskan.

Samsung is back from the future. 

Demikian review awam Samsung Galaxy S8. Semoga membantu. ☺️

Jangan lewatkan juga:

Review Awam LG G6

Review Awam LG V20

 

Categories: Review

Tagged as: , , ,

8 Comments »

  1. Always a big fan of your review! Bahasanya enak banget dibaca, kocak, tidak membosankan dan seakan-akan mau langsung beli setelah baca 👍👍 great job om

  2. You made me believe to own the S8, awal membeli rasanya seperti masih ragu dengan apa yang dibeli, memang berasa sangat berbeda ketika beralih dari awalnya yang telah nyaman menggunakan Iphone menjadi android. dan setelah ulasan tadi, the worried is gone,
    Thx

  3. Thanks om henry buat posting yang bagus dan bermanfaat bagi saya yang juga fans samsung. Saya jadi terbantu menetapkan pilihan antara s8+ atau note 8. Akhirnya saya memilih s8+ sebagai teman saya yang baru sehari2 karena S8+ lebih sexy dan futuristik dibanding note 8 yang hanya lebih besar sedikit dan fungsi sPen nya. Terima kasih. Sukses selalu.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s