Memilih 2 dari 3 Aspek Wanita: Sebuah Analisa Ekonomi

Jadi beberapa tahun yang lalu, gw pernah mendengar joke, bahwa kalo seorang cowok mencari pacar (wanita), dia hanya bisa mendapatkan 2 dari 3 atribut ini: cantik, cerdas, baik-hati. Artinya: Pacar yang cantik dan cerdas, gak baik hati. Pacar yang cantik dan baik hati, gak cerdas Pacar yang cerdas dan baik hati, gak cantik Waktu mendengar joke ini, gw ketawa. Anehnya, setiap gw ceritain lagi ke cowok2 lain, juga banyak yang ketawa, dan somehow merasa ada “benar”nya joke ini. Belum lama ini gw juga menulis hal yang sama di Ask.fm (account: manampiring), dan akibatnya harus meladeni banyak pertanyaan dan protes orang-orang. Jadi gw memutuskan menulis di blog ini agar bisa membahas lebih rinci. Dengan semangat peribahasa Latin “Disccusio Non Pentingo Et Pentingo Bangeto” (Bahaslah Hal-Hal Gak Penting Menjadi Penting), maka gw memutuskan melakukan analisa, apakah ada kebenaran di balik joke di atas. Setelah gw pikir2, mungkin ada kebenaran di balik joke ini, dan bisa gw jelaskan dengan prinsip ekonomi limited resources (sumber daya terbatas). Maksudnya, kita semua bisa mengembangkan aspek diri kita ke mana saja, tetapi sumber daya yang kita miliki terbatas (uang, waktu, tenaga, kesabaran). Akibatnya, kita harus memilih dan mengorbankan yang lain. Sebagai contoh: seorang pria yang niat habis2an punya badan kayak Dwayne Johnson mau gak mau harus menghabiskan waktu berjam2 di gym, dan uang untuk beli steroid dan Balpirik. Nah, waktu dan uang yang habis di gym dan steroid/Balpirik ini otomatis tidak bisa dipakai untuk membeli buku astrofisika, […]

Read More →

“Saya Minta Maaf Kepada Indonesia”

Akhirnya proses Pemilihan Presiden negeri kita selesai juga kemarin, 22 Juli 2014. (Oke, tergantung definisi “selesai” apa sih, karena ada yang belum mau menerima hasil kayaknya. Tapi “selesai” di sini adalah sampai tahap pengumuman resmi KPU). Mau share sedikit aja perspektif pribadi gw selama proses pilpres ini. Gw mendukung dan memilih Jokowi, dan mungkin banyak teman yang sudah tahu. Tetapi yang mungkin tidak banyak tahu, gw aslinya bukan “fans” Jokowi beneran. Sewaktu pilgub DKI, gw memilih beliau simply karena gw udah bete dengan incumbent Foke dan gak mau dia lanjut lagi. Dan di pilpres ini, yang “mendekatkan” gw kepada Jokowi justru adalah majunya Prabowo sebagai kandidat capres. (Untuk alasan lebih detail, ada di blog post gw sebelumnya “We Get The Leader We Deserve”) Tetapi yang lebih sedikit lagi orang tahu adalah, bahwa menjelang hari pemungutan suara, gw sudah pesimis bahwa Jokowi akan menang. Gw hanya berani ngomong ini ke beberapa teman dekat saja. Pesimis? Kok bisa? Bisa banget. Gw sudah putus asa melihat gempuran black campaign yang sudah absurd, dengan segala isu SARA, sampai PKI segala. Pikir gw, pasti banyak rakyat yang akan termakan fitnah seperti ini, seberapa absurd sekalipun. Apalagi setelah gw mendengar banyak kisah orang sekitar yang percaya dengan fitnah-fitnah tersebut. Gw sudah putus asa melihat koalisi parpol raksasa yang berkumpul di belakang Prabowo-Hatta. Semuanya “petinju kelas berat” semua. Ketika mendengar bahwa Partai Demokrat pun bergabung, tambah putus asa-lah gw. Mana mungkin ada kans melawan gabungan mesin partai […]

Read More →

Laporan Survei Mahmud & Pahmud Nasional

Woohoo, akhirnya Laporan Survei Mahmud & Pahmud Nasional rampung juga. Maaf kalau terlambat. Harap maklum, terselingi oleh pemilihan presiden yang heboh itu soalnya. Hihihi. Survei Mahmud dan Pahmud ini menanyakan berbagai aspek menjadi mamah dan papah, pengalaman, pembelajaran, dan suka-dukanya. Survei menggunakan surveymonkey.com yang dibuka sejak 9 Juni 2014 dan ditutup 16 Juni 2014. Survei ini berhasil mengumpulkan 1,132 responden […]

Read More →

“We Get The Leader We Deserve”

Dulu gw pernah baca sebuah quote: “In a democracy, people get the leader they deserve” (terj.: dalam sebuah demokrasi, rakyat mendapatkan pemimpin yang memang layak bagi mereka). Karena dalam negara demokrasi, pemimpin dipilih oleh rakyat (dengan asumsi pemilu bersih dan fair). Mungkin kalo bisa gw rephrase, quote tadi bisa dibaca: “In a democracy, the elected leader reflects the people” Jadi […]

Read More →

“Marketingnya Jokowi Payah!”

Sebagai pelaku dunia advertising, namanya iklan dan kampanye merek apa aja pasti dlilihatin dan dibahas. Bahkan iklan Mastin sekalipun, walaupun akibatnya jingle sialan itu nempel di kepala (“KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA…KULIT MANGGIS, KINI ADA EKSTRAKNYAAAA….” Aaaaaaaargghhh!!!) Kampanye capres pun tidak luput dari perhatian gw. Dan salah satu yang bikin gemes adalah kampanye capres Jokowi-JK. Kenapa? Karena menurut gw kampanye […]

Read More →

#Hoverfinger, Si Telunjuk Galau #ad

Jujur, sampe sekarang gw jaraaang banget belanja online. Kecuali untuk transaksi Play Store di Android dan iTunes, praktis gw gak pernah beli barang di website. Penyebabnya sebenarnya gampang: gw beneran masih takut untuk melakukan transaksi online, baik itu dengan transfer cash maupun (apalagi!) kartu kredit. Kalo Play Store dan iTunes lumayan pede mungkin karena jaminan nama besar Google dan Apple ya, selain itu gw lumayan sudah bertransaksi lama dengan mereka tanpa masalah. Lah, kalo urusannya dengan BisaGedeinDanManjangin.com, mana berani gw ngasih nomor kartu kredit? Padahal jujur, banyak barang yang sebenarnya gw gak perlu ngecek fisik, dan cukup ngeliat gambar dan deskripsinya di website. Menurut gw barang2 kayak buku, barang2 elektronik yang “simple” (misalnya power bank) dan barang2 lain yang “pabrikan” dan gak perlu diinspeksi langsung/dicoba (misalnya celana. Karena perut gw moody banget, bisa berubah ukuran 3x sehari…) Apalagi tinggal di Jakarta, di mana jalanan ngehek nan macet ini buang2 waktu aja, apalagi untuk urusan beli barang. Online shopping ya sebenarnya paling logis. Tapi ya itu, gak tau karena faktor umur (ehem!), atau jenis kepribadian yang berhati2 (kan gw Leo. Halah), gw lumayan ragu2 online shopping. Sebenarnya aneh karena gw sudah gak keberatan melakukan online banking, entah itu transfer atau bayar rekening telepon. Tapi ya itu, mungkin karena berurusan dengan “bank” kan jelas ya pihaknya. Kalo macem2 bisa telpon Customer Service atau ngamuk di socmed, biasanya ditanggepin :D. Tapi kalo urusannya dengan situs gak jelas kayak MasukJombloKeluarDinikahkan.com sedikit deg2an. Apalagi udah […]

Read More →

A Frozen Morality from The Winter Soldier

Some movies are interesting to be discussed as a “movie”. Some others are more interesting for the questions they raise. Captain America: The Winter Soldier may seem like another money-making installment from the great Marvel/Disney machine, but look underneath, the movie raises a serious question to both Gen-X and Millenials alike. If anything, the movie’s theme is far from the innocent […]

Read More →

Memilih, Golput, dan “Jalan Ketiga”

Pemilu legislatif sudah tinggal beberapa hari lagi. Di social media pun ramai memperbincangkan apakah golput atau nggak. Yang pro golput nafsu dan berapi2 menolak memilih. Yang mengajak agar tidak golput pun juga sama napsunya. Pokoknya bulan ini bulan penuh hawa napsu. Loh. Mari kita mendengar argumen untuk golput. Sebagian besar argumen golput adalah skeptisisme terhadap partai, atau bahkan keseluruhan dunia politik di Indonesia. Semua partai dan caleg dianggap kacrut, korup, dan rampok. Jadi what’s the point memilih? Sebaliknya mereka yang mengajak untuk memilih berusaha meyakinkan, masih ada caleg yang baik, masih ada “orang baik” yang bisa dipilih. Bahkan ada yang bernada intimidatif, “Kalo golput gak usah komen soal pemerintah nanti!”. Galak cuuy…. Saya pernah menganalogikan bahwa memilih di antara semua pilihan yang jelek ibarat mau menikah. Kalau semua calon suami jelek, masak memaksakan menikah? Harusnya menikah karena memang bertemu calon yang beneran dianggap oke, iya kan? (Eh maaf kalo analogi ini menyinggung, ada yang berasa. Jeng jeng…) Ketika gw mengutarakan analogi di atas di Twitter, ada jawaban follower yang menarik. Kira2 dia berkata seperti ini: “Analoginya gak pas, mas. Kalau di Pemilu, biarpun kita gak memilih, TETEP AJA KITA DINIKAHKAN” Okeh. Doi bener juga sik. Ahaha aha ha. (Ketawa getir). Di pernikahan pada umumnya, kalau memang kita tidak mau, ya tidak jadi menikah. Di Pemilu, kita nggak mau memilih pun, ya ujung2nya “tetep menikah”, karena toh kita akan hidup di bawah pemerintahan yang baru. (Kecuali kita niat banget hijrah ganti […]

Read More →