OK, review awam gw tentang The Dark Knight Rises (TDKR), bagian ketiga dan terakhir dari Trilogi Batman-nya Christopher Nolan. Kenapa harus gw sebut ‘awam’? Karena gw bukan pengamat atau kritikus film, bukan juga pembuat film, atau datang dari kalangan film. Gw hanya orang biasa yang kebetulan suka nonton, dan harus mengeluarkan Rp 25-50 ribu per tiket untuk mencari hiburan di bioskop. Jadi ya cara gw menilai film sebagai orang awam aja. Kalo mau review yg lebih serius, membahas filosofi terdalam atau teknik2 film mutakhir, ya harus baca review dari para pakar/pengamat/pembuat film yang beneran. Overall, pendapat gw tentang TDKR? Biasa aja, malah cenderung jelek. Jeng jeng! Gw tahu gw bisa ditimpukin Bane oleh para fanatik TDKR di Twitter. Mending dilemparin Catwoman sih ya. Alasan gw bilang begitu? Begini deh, namanya orang awam, gw menilai film ya cuma berdasarkan dua kriteria pribadi: Pertama, ceritanya ‘megang’ gw dari awal sampe akhir atau nggak. Dan kedua, karakternya-nya bikin gw punya ikatan emosi dengan mereka atau nggak. Udah, dua ini aja udah cukup buat gw sebagai orang awam menilai film – cerita dan karakter. Gak harus dua2nya kuat, bisa saling mengkompensasi. Dan dua kriteria ini bisa gw terapkan di genre film apapun: dari horor sampai sci-fi. Ada bonus kriteria, tapi gak wajib: yaitu ada filsafat hidup yang bisa bikin gw mikir lama atau nggak. Tapi ini gak wajib. Bonus aja. TDKR bagi gw lemah di dua kriteria di atas. [SPOILER ALERT – KALO BELOM […]
Read More →