17 Agustus Bukan Kemenangan Atas “Penjajah”
Hari ini 17 Agustus, HUT RI ke 66th (kebetulan HUT gw juga sih, tapi gak perlu membuka umurlah, ihiy) 17 Agustus seringkali diidentikkan dengan kemenangan atas penjajah. 3.5 abad oleh Belanda dan 3.5 tahun oleh Jepang, dan akhirnya kita berhasil “mengalahkan” mereka semua. Biasanya lengkap dengan retorika bambu runcing melawan senjata lengkap penjajah. Tapi di hari ini, gw mau mengambil posisi yang mungkin “kurang populer”. Gw mau bilang, 17 Agustus BUKANLAH hari kemenangan atas penjajah. Sebelum gw dimaki2, (atau worse, diunfollow di Twitter :p), ijinkan gw menjelaskan posisi gw. Ada 2 alasan kenapa gw gak merasa 17 Agustus itu momen menang atas penjajah. Alasan pertama adalah common sense, alasan kedua nanti gw bahas. Menurut gw sih, 17 Agustus 1945 itu kita tidak “mengalahkan penjajah”, karena kita mendeklarasikan kemerdekaan dalam “window of opportunity” Jepang yang sedang babak belur dibom atom, dan sekutu yang belum terlalu mikirin kita. Ingat gw hanya komentar soal 17 Agustus-nya ya, bukan pertempuran2 sebelum dan sesudah-nya. Intinya, 17 Agustus tidak diperoleh karena kekuatan militer kita memukul mundur penjajah secara telak. Tapi alasan di atas buat gw sepele, bukan utama. Alasan kedua gw bahwa 17 Agustus itu bukan kemenangan atas “penjajah”, adalah justru karena hari itu adalah kemenangan atas hal-hal lain, yang jauh lebih besar. 17 Agustus 1945, adalah satu titik kulminasi dari proses panjang sebelumnya, dan di dalam proses panjang ini, kita berhadapan dengan musuh-musuh yang jauh lebih berat dari semua penjajah dan persenjataannya. Di tanggal 20 […]