Review Awam Jadi Ayah di Usia 40an – Part 1

Kali ini, saya mau review awam sesuatu yang bukan gadget. Kali ini, saya mau review bagaimana rasanya jadi ayah di usia 40-an. Disclaimer review awam saya tetap sama seperti biasa. Ini hanya lah review dari seorang ayah biasa. Bukan pakar keayahan, bukan dokter obgyn, apalagi bidan. Jadi semua opini di sini harus dibaca dengan kritis, dan dibandingkan dengan masukan para pakar di bidangnya. Okay? Sebelum saya mereview tentang apa rasanya menjadi ayah, mungkin baiknya saya awali dengan keputusan memiliki anak. Jadi, ceritanya saya dan istri memutuskan untuk memiliki anak. Mungkin ada yang bertanya, kok, pake diputuskan segala? Bukannya ini sesuatu yang otomatis ya? Bukannya punya anak bagi pasangan menikah itu se-otomatis kalo beli MacBook baru harus diporotin beli segala dongle baru? Bagi kami, memiliki anak itu keputusan sadar. Jadinya harus dibicarakan sebelum menikah. Karena kami harus memikirkan apakah kami memang siap, dan tidak hanya “ingin”. Kalo menggunakan logika sepenuh tokoh Spock di Star Trek, rasanya tidak ada positifnya membawa manusia baru di planet ini. Planet yang sudah penuh sesak manusia, polusi, global warming, ancaman terorisme, Donald Tump, dan trend OM TELOLET OM di mana-mana ini. Sesudah 4 tahun menikah, kami masih tidak mendapatkan anak. Seorang sahabat sudah menganjurkan untuk mengangkat anak saja. Sebuah proposal logis. Di planet dan negeri yang sudah sesak ini, ada banyak anak-anak yatim piatu yang membutuhkan kasih sayang orang tua. Tanpa harus menambah jumlah manusia, kita masih bisa menjadi orang tua bagi yang membutuhkan. Adopsi pun kami perbincangkan sebagai opsi, sesudah kami berusaha dulu dengan “program” punya anak. Mengapa kami masih ngotot ingin punya anak […]

Read More →