Review Super-Awam Reksadana

Beberapa minggu yang lalu gw pernah ngetwit soal reksadana, terus diminta beberapa followers untuk kultwit. Gw gak berani lah, soalnya gw bukan ahlinya (seperti @hotradero atau @mrshananto). Tetapi yang bisa gw berikan mungkin review SUPER-awam sebagai “customer”.

Jadi sekali lagi: ini hanya review SUPER AWAM. Gw BUKAN ahli/perencana keuangan. Ini hanya berbagi pengalaman pribadi. Untuk informasi lebih jelas dan bener, pleeeeaseee hubungi bank, atau ahlinya yang profesional.

OK, gw coba jelasin latar-belakang dulu.

Generasi gw, dan orang-tua gw, umumnya hanya mengerti produk keuangan tabungan dan deposito. Masalahnya menurut gw, tabungan dan deposito itu dalam jangka panjang sebenarnya merugikan. Karena bunga yang diberikan lebih kecil dari tingkat inflasi. Jadi sesudah 5 tahun, nilai deposito kita sebenarnya punya kemampuan beli yang menurun (karena tidak bisa menandingi laju inflasi).

Bentuk investasi lain yang bisa mengalahkan inflasi dan memberi hasil yg memuaskan? Ada properti. Beli tanah (katanya) tidak pernah salah. Bener sih. Tapi berapa banyak dari kita yang punya dana untuk main di properti? Alternatif hot lain adalah emas (batangan, jangan perhiasan). Emas memang bertendensi harganya naik terus. Tetapi investasi emas masih diperdebatkan, apakah nilainya bener naik secara intrinsik, atau ada faktor irasional di dalamnya (seperti kasus bubble real estate di Amerika 4 tahun yg lalu).

Nah, ada alternatif lain yang namanya Reksadana. Dan menurut gw kelas menengah, pekerja kantoran harusnya sudah banyak tahu tentang ini. Apalagi mereka yang masih menyimpan uang di tabungan, tabungan berencana (yang kadang2 diiming2i hadiah ‘fantastis’ di depan…), atau deposito, tapi tidak punya uang untuk properti. Dan tidak punya pengetahuan/waktu/nyali untuk main langsung di saham. Seperti gw.

Gw mau jelasin dulu reksadana secara bego2an. Prinsipnya begini: tidak semua orang mampu (dan mau) belanja saham langsung di pasar modal. Banyak lah alasan: dari gak punya duit cukup untuk beli 1 lot, bingung mau beli saham perusahaan mana, dan mana ada waktu mantengin/ngecek kalo gak jomblo.  Nah, reksadana memungkinkan orang2 seperti ini ikutan berinvestasi di pasar modal. Prinsipnya: Kita ‘nitip’ uang yang tidak perlu besar ke produk reksadana, dan kemudian reksadana ini lah yang ‘meracik’, membelanjakan saham2 untuk kita, sesuai strategi produk reksadana masing2. Seiring berjalannya waktu, ketika kondisi ekonomi meningkat, harga2 saham juga naik, maka nilai produk reksadana yang kita pegang ikutan naik. Gitu deh.

Siapa yang mengelola reksadana? Perusahaan2 manajemen investasi: seperti Mandiri, Schroder, BNP Paribas, Manulife, dll. Setiap perusahaan menawarkan beberapa produk reksadana yang berbeda2 strateginya. Contoh, reksadana A memilih mengambil saham2 perusahaan bluechip, yang udah besar dan relatif aman. Hasilnya lebih stabil, tapi juga susah melonjak drastis. Reksadana B memilih meracik saham2 perusahaan kecil tapi menjanjikan. Risiko lebih tinggi, tapi juga hasilnya lebih tinggi. (Bayangin kalo Mak Erot/On Clinic go public, mungkin aja sahamnya tiba2 melonjak).

Ada dua alasan kenapa reksadana di Indonesia ini menarik banget:

1. Ekonomi Indonesia saat ini diakui bagus. Grade investment kita dinaikkan di awal tahun. Sebagai “pasar domestik”, dengan 240 juta penduduk dan kelas menengah yang tumbuh, maka ekonomi kita bisa tumbuh tanpa terlalu bergantung pada ekonomi luar. Buktinya: dua kali krisis (2008 dan Eropa), kita relatif tidak terpengaruh (kecuali sektor ekspor). Pasar domestik kita yang sibuk beli hape terbaru, belanja baju di ITC, makan melulu di mall-lah yang membantu menopang ekonomi domestik.

2. Reksadana sebenernya bentuk nasionalisme! Kenapa? Karena dengan reksadana, kita semua ikutan “nyumbang” pembangunan via sektor riil. Uang kita biarpun kecil2 dikumpulin bisa membeli saham2 perusahaan Indonesia (misalnya Garuda) sehingga mereka punya modal tambahan. Modal ini dipakai untuk beroperasi dan bersaing. Jadi ikutan reksadana sebenernya ikutan menggerakkan ekonomi. Masalahnya, saat ini yang masuk pasar modal masih banyakan dana asing. Ya karena itu, bangsa kita masih mayoritas awam dengan pasar modal, investasi saham, dan reksadana.

Reksadana bermacam2, tidak semua hanya masuk ke saham. Ada reksadana pasar uang, ada reksadana pendapatan tetap (jadi masuk ke obligasi), ada reksadana campuran (campuran obligasi dan saham), dan reksadana saham (paling agresif, masuk seluruhnya ke pasar saham, paling berbeda racikan perusahaan yang sahamnya dipilih). Perbedaan ini menentukan tingkat risiko, dan juga tingkat hasil/return. Prinsip dasarnya: high risk-high gain.

Ada beberapa kesalah-pahaman soal reksadana. Misalnya:

  1. Mahal biaya masuk. Sebenernya nggak. Setahu gw ada produk2 reksadana yang bisa masuk minimum Rp 500 ribu-Rp 1 juta. Relatif masih terjangkau. Mungkin hambatan lebih di policy bank penjual, bukan di harga reksadananya sendiri. Ada bank yang punya policy saldo minimum di rekening koran untuk bisa membeli reksadana. Kebetulan bank gw nggak, saldonya bisa NOL. Yihaa!
  2. Risiko rugi. Nah, ini sering jadi argumen anti reksadana/saham dan memilih deposito (biasanya orang2 tua/yang gak paham). Tapi sesuai penjelasan gw di atas: deposito itu malahan PASTI rugi, karena dihajar inflasi dalam jangka menengah-panjang (plus kena pajak). Sementara reksadana memang ada resiko rugi di jangka pendek, tetapi untuk jangka menengah-panjang sampai saat ini masih sangat menguntungkan. Reksadana tidak dikenakan pajak, tetapi ada fee (dan PPN atas fee), yang masih lebih kecil dari pajak tabungan/deposito.

Produk reksadana seperti dijelaskan di atas memilik bermacam2 tingkat risiko, dari tingkat risiko terendah (dan hasil terendah juga), sampai tingkat risiko tertinggi (dan hasil tertinggi juga). Sebagai contoh, reksadana saham saat ini ada yang memberikan hasil 20-35% year-on-year (dibanding 12 bulan yg lalu), dan ini tidak mungkin dikalahkan deposito. Dalam rentang 3 tahun, malah ada yg memberikan return 292%! (bisa cek www.infovesta.com untuk kinerja seluruh produk reksadana yang ada).

Untuk gambaran sederhana kinerja keseluruhan reksadana (saham), bisa melihat perkembangan indeks saham. Tentunya kinerja masing2 produk reksadana bisa berbeda, lebih tinggi atau lebih rendah dari IHSG. Tapi sebagai patokan bisa dipakai, karena kalau IHSG naik, biasanya reksadana saham juga naik, begitu juga sebaliknya. Berikut ini adalah grafik 5 tahun IHSG Bursa Saham Jakarta.

“Jurang” di tengah adalah krisis Amerika di akhir 2008-awal 2009. Tapi perhatikan bagaimana kita rebound dengan cepat. Krisis Eropa akhir 2011 hampir tidak kelihatan kalau tidak teliti betul. Poin-nya adalah, dalam jangka menengah-panjang, reksadana (saham) di Indonesia adalah investasi alternatif yang sangat menarik.

Kalo gw share pengalaman gw sebagai customer: reksadana saham cocoknya ya untuk jangka panjang. Jadi uang yang ditaruh di situ memang tidak diperlukan kalo bisa minimal 3 tahun ke depan. Lebih panjang lebih baik. Kalo kita punya dana yang jelas hendak dipakai dalam jangka pendek (misalnya utk menikah, liburan besar, dll), cocoknya ditaruh di reksadana pasar uang atau pendapatan tetap (karena risiko jauh lebih rendah).

Tertarik mau coba reksadana/nanya lebih lanjut? Coba hubungi bank penjual. Produk reksadana umumnya tidak dipasarkan langsung. Contoh, produk reksadana Schroders tidak bisa dibeli ke Schroders, tapi melalui bank. Jadi coba cari tahu apakah bank kamu melayani pembelian reksadana.

Itu aja sih share AWAM gw jadi customer reksadana. Intinya gw puas dan hepi sudah meninggalkan deposito untuk investasi jangka panjang. Sekali lagi ya, gw cuma orang awam, jadi kalo yg pinter2 mau share komen di sini sangat welcome. Gw tetep rekomendasikan nanya ke ahlinya lebih lanjut, karena bisa aja gw salah menjelaskan di sini. Oke?

Sekali lagi, ini review SUPER AWAM yaaa….

Categories: Review

23 Comments »

  1. Dulu gw pernah masuk Reksadana saham cuma 3bln untung langsung 10%. Emang rekomen banget buat investing 😀

    • Kalo boleh taw, om le lembut buka reksa di bank mana ya..?:) trus ikut yg jenis apa om..?:) tolong diinfo y..:)
      Buat bang henry manampiring, bagus banget artikelnya..:))

      • Commonwealth jadi bank agen-nya. Gw suka soalnya bisa beli dari internet banking. Kalo jenis sih macem2, pokoknya split pendapatan tetap dan saham 🙂 Makasih udah baca ya.

  2. sooo…. Om maen di reksa dana yang dikelola sama bank apa…?? kenapa milih yang itu..?? bagi donk infonya

  3. bang, ikutan program reksadana dimana?karena gue 2 minggu ini memang pengen mengalihjkan “uang lebih tapi nanggung” gue ke reksadana.kemarin nanya ke BNI,minimal start kudu 20juta.

    • Hah? BNI segitu ya?
      Di mandiri startnya kebanyakan 500rb-sejuta deh kayaknya.. Ada yg 10jt, tp juga trgantung reksadananya..
      Coba tanyain lagi deh, siapa tw emg reksadana yg dipilih kebetulan yg mahal.

    • harus liat produk yg dijual..karna yg saya tahu hanya dengan 500rb pun sudah bisa beli kok di produk nya bni…saya baru 1 bln yg lalu ikutan..tp ikut dgn program autodebet..mnin dr 100rb/bln..

  4. Ralat dikiiit aja, Year to Date (YTD) artinya dari 1 Januari sampe saat ini (bukan sejak 12 bulan lalu. Kalo 12 bulan kebelakang, disebutnya Year on Year /YOY)

    Salam,

  5. Makasih ya bang,reviewnya.sangat membantu banget.kebetulan sebulan ini,aku lagi nyari bank yg cocok buat aku ambil program reksadana

  6. 2 bulan ini lagi cari tau terus ttg reksa dana gara2 tugas kuliah, tapi makin lama malah jadi tertarik buat nyobain. Review ini juga bantu banget buat tambahan info dari sudut pandang awam. Thanks, om !

    • bener….aku aza nyesel dah telat bgt baru ikut..hbs tau sendiri..utk org awam..kalau mereka tau kita ikut produk reksadana..pasti kesannya..kyk org kebanyakan duit + judi…..makanya telat start nya…ini juga pas kebetulan aku ambil di produk bni yg autodebet…min 100rb/bln..jd anggap aza uang ilang…

  7. 2 bulan ini lagi cari tau terus ttg reksa dana krn ada tugas kuliah, tp makin lama malah jd tertarik buat invest di reksa dana, tapi takut juga karena baru-baru ini juga kenal reksa dana. Review nya bagus nih buat tambahan pemikiran dari sudut pandang awam. Thanks, om !

  8. finally si oom nulis ttg reksadana jugaaa…. (telat banget sayaaa buka blog oom…. huaaaa ;( )

  9. Mantap banget bro reviewnya, makin mantap nich untuk terjun di dunia reksa, secara berkutat bingung duit mau dikemanain akhirnya habis2 juga huaaa #dasar emak-emak 😀 hehe, ditunggu ya review berikut2nya 😀

  10. Damn! Lengkap banget ulasannya buat “awam” kaya sampeyan, sampe pake chart segala.. Saya juga lagi ikutan reksadana campuran (syariah) sekarang ini, returnnya lumayan bisa 10% per 4 bulan sejak saya ikutan.. Lagi cari2 modal lagi buat masukin dana tambahan.. Btw, ni kunjungan pertama saya ke manampiring17, pastinya Control+D.. Salam..

  11. Sorri..iktu nimbrung dikit..ini khan dah step awalnya…kasih info dikit lagi donk utk step berikutnya…ya anggap share pengalaman pribadi…

  12. Mantap bro artikelnya..saya jg baru gabung di RD saham 6 bln dhn sistim auto debit 500rb per bln saja..jd tdk repot..Tks

Leave a Reply to Bang Japra Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s