The Raid 2 Review (Spoiler Banget)
Jadi kemaren gw napsu mau nonton The Raid 2. Udah seminggu tayang di bioskop, masak gw gak nonton juga? FOMO nih ceritanya (Fear of Missing Out)! Nah, sesudah 2 jam lebih, gw pengen berbagi pengalaman gw nonton film citarasa blasteran (sutradara bule, pemeran Indonesia dan Jepang) ini. Of course, review ini penuh spoiler. Jadi buat yang ngotot pengen nonton gak tau apa2, jangan baca dulu yaaa…
(walaupun sebenarnya untuk film berantem kayak gini, mau spoiler apaan sih? Bukan misteri pembunuhan juga yak…)
Here it goes.
Film dimulai dengan adegan padang rumput besar, dishoot dari kejauhan sekali (apa sih istilah filmya? Wide shot?). Kemudian tampak beberapa mobil di sudut kiri bawah. Tampak keluar beberapa orang keluar dari mobil. Seluruh aktivitas ini tampak dari jauuuuuh banget ampir gak keliatan. Yang terlintas di pikiran gw:
Mampus aja kalo gak nonton di bioskop, terus nonton di tipi kecil di rumah. Mana keliatan adegan di kiri bawah pojok ini? Udah kayak Where’s Wally.
Oh, ternyata ini adegan lanjutan The Raid 1. Ada Donny Alamsyah. Terus ada Alex Abbad (weits, ke mana aja nih orang). Dan tokoh Bejo (Alex Abbad. Dan aneh sih muka Arab namanya “Bejo”) ngomong bla bla bla yang kerasa banget line-nya ditulis dulu di Bahasa Inggris terus diterjemahin. Terus, DUAR!!, Donny Alamsyah dieksekusi pake shotgun. Oke deee, awal yang hardcore, khas The Raid.
Di sini gw masih semangat banget nontonnya.
Adegan pindah lagi, masih ke lanjutan film pertama. Jagoan kita Rama (Iko Uwais), satu orang sisa pasukan SWAT yg pincang, dan penjahat Pierre Gruno dari film pertama, tapi kayaknya gak diperanin doi lagi (mungkin masalah honor), bertemu dengan polisi di sebuah lokasi rahasia eksotis (aneh juga sih ngebawa penjahat nggak di mabes). Ketemu “polisi” Cok Simbara dengan topi aneh yang bikin dia tampak seperti Inspector Gadget. Dan….DUAR!! Belom apa2 si penjahat dari di-dor di kepala. Kemudian mulailah penjelasan tentang misi rahasia yang harus dijalani Rama. Standar lah, menyusup ke penjara sebagai narapidana untuk mendekati anak penjahat Uco (Arifin Putra).
[Catatan tambahan 7 April 2014: beberapa pembaca mengingatkan bahwa karakter yg ditembak di atas bukan karakter Pierre Gruno. Maaf siwer. Terima kasih untuk yang sudah mengingatkan! 🙂
Bak buk bak buk! Rama dengan nama samaran Yuda ngegebugin orang di toilet penjara. Adegan berantem di toilet ini lumayan, soalnya di tempat sangat kecil. Salut lah sama Gareth Evans yang kepikiran ide ini.
Terus Rama mulai ngobrol sama si Uco (kekurangan ‘k’ gak sih namanya? Ucok kek sekalian? Atau pengen kayak penulis ngetop dunia Umberto Uco?). Biarpun di penjara, si Uco ini mukenya alus putih banget, udah kayak iklan Pond’s For Men cyiiiin, ih, pengen eke elus! Tapi ya sudah lah, kan anak mafia, jadi perawatan muka di penjara pun pasti terjamin. Hanya yang agak absurd, di ruang makan penjara, Uco ngeluarin pisau terus main2 pake pisau di meja makan.
Ini semua dilakukan di depan petugas penjara.
Gw mulai complain ke istri di sebelah, tapi istri gw meyakinkan: Kan doi anak mafia, ceritanya udah disogok semua penjaganya, jadi bebas.
Oke deh, argumen lumayan logis, tapi tetep aja biar nyogok sekalipun apa iya sevulgar begitu petantang-petenteng bawa pisau di depan petugas? Uco pasti gak main Twitter. Bayangin kalo ada tahanan lain yang buzzer Twitter, pasti udah ditwitpic, jadi heboh di timeline, terus Menteri Kehakiman dimaki2 di Twitter, di-cc ke pak SBY, terus jadi episode Mata Najwa.
Eh kita menyimpang. Balik lagi…..
Ya gitu deh pokoknya. Rama diajak berteman sama Uco. Rama pura2 jual mahal gitu, kayak cewek populer di kampus.
Terus adegan berantem di lapangan bola di penjara, setelah hujan. Fight scene ini oke lah, inovatif dan fresh. Ngeliat orang gebuk2an bercampur lumpur. Entah dari mana Rama bisa punya alat mengepel merangkap tombak/lembing, beli di Ace Hardware kali. Inti ceritanya, doi melindungi Uco yang ternyata sasaran serangan tersebut, dan jadinya Uco berhutang budi ke Rama/Yuda.
Cut to “2 Tahun Kemudian”. Rama bebas dari penjara, dijemput Uco naik BMW, dan diperkenalkan ke bokapnya Uco, Bangun (Tio Pakusadewo). Dari dulu gw nge-fans sama bang Tio. Walaupun terkadang dia terjebak peran antagonis, tetapi bang Tio ini punya karakter yang sangar, dan aktingnya selalu oke. Di sini pun doi tampil keren, seperti biasa, sebagai bos mafia. Selain itu ada Oka Antara sebagai Eka, penasihat hukum/counsellor nya bos mafia. Sesudah meeting dengan para mafia Jepang (tokoh Goto-nya keren, sangar abis. Bukan Jepun kelas Takeshi Castle lah). Setelah adegan Rama/Yuda ditelanjangi untuk mencari penyadap, Rama mendapat kamar penthouse yang keren sebagai tempat tinggal. Kita juga diperkenalkan dengan pemeran pendukung yang tanpanya film ini mungkin tidak akan dibuat: HAPE SMARTFREN sodara2! Adegan menelepon pake Smartfren tampak jelas, walaupun sayang mode yang dipake buat touchscreen. Oke deh, product placement. Sebagai orang iklan gw gak boleh protes!
Sampe di sini, gw masih semangat nontonnya.
Kalo gak salah adegan berikutnya kita melihat Rama/Yuda mendampingi Uco menagih duit setoran dari penjahat kelas kroco pembuat film bokep lokal, lengkap dengan mesin pengcopy DVD (emang ada ya bokep lokal diproduksi massal gitu?) Bahkan di latar belakang tampak sedang ada syuting film bokep. Penjahat kroco diperankan Epi, dan menurut gw doi oke banget nontonnya. Gak lama terjadi lah bak buk lagi karena si tokoh Epi ini menolak nyetor. Keren kok adegan berantem di sini, bahkan liat Epi lari lompat menembus jendela segala. Dalam keriuhan berantem ini gw mencari jejak si pemeran bokep, tapi tidak terlihat. Aneh.
Sesudah itu Uco nyetor duit ke bokap, Yuda dapet amplop. Diperlihatkan Uco minta tanggung jawab lebih sebagai kriminal, tapi babe belum setuju. Ya begitu deh. Uco tampak kecewa. Kemudian mabuk2an dan karaokean bareng Yuda bersama cewek2 hostess karaoke. Di sini ada adegan bertengkar Uco dengan cewek karaoke yang berasa gak penting. Mungkin tujuannya untuk establish ambisi Uco menjadi lebih besar.
Sampe di sini, gw mulai ngantuk.
Kalo nggak salah sesudah ini masuklah veteran The Raid pertama yang dicintai sejuta umat, Yayan Ruhian a.k.a. MAD DOG sebagai “Prakoso”!!! Mata gw berbinar2 seperti waktu Emma Watson menyatakan cintanya pada gw!! Gw hepi banget ngeliat kang Yayan sampai disuruh diem sama istri. Ceritanya Prakoso mendapat perintah langsung dari bos Bangun untuk membunuh seseorang. Kemudian tampak adegan Prakoso makan nasi bungkus di trotoar sambil mengintai sasaran yang keren banget! Dan gw seneng ada “anjing liar” di sebelahnya, kesannya reference untuk karakter “mad dog” dari film pertama.
Prakoso mengejar si sasaran yang dikawal rombongan bodyguard, menghajar semua bodyguard yang anehnya gak punya pistol. Dengan golok, si Prakoso ini sukses membunuh sasaran.
Adegan pindah lagi, kalo gak salah Uco bertemu Bejo. Bejo pada dasarnya menghasut Uco untuk lebih agresif lagi biar lebih cepet jadi bos. Dialog2 terasa membosankan dan awkward. Kalimat2 dan ekspresi2 terasa lagi aslinya ditulis pakai bahasa Inggris, baru di-backtranslate ke bahasa. Bahkan gw sampe tanpa sadar mendengarkan dialog2 di film ini sambil menterjemahkan ke bahasa Inggris, karena lebih make sense. Pokoknya singkat cerita, Uco ceritanya termakan usulan Bejo untuk memulai perang antara kubu mafia Bangun dan kubu Jepang. Mau politik devide et impera begitu cuy, kayak VOC….
Adegan pindah lagi ke Prakoso yang dinner sama wanita cantik Marsha Timothy. Aselik, di awal gw pikir ini adegan bos dan bawahan. Gw sempet mikir apa tokoh Marsha Timothy ini semacem client atau apalah gitu, mau memberi tugas. Taunya nanyain anak. Taunya…taunya…DIA ISTRINYA PRAKOSO. Prakoso yang pembunuh bayaran sangar ini ternyata sayang istri dan anak (ya eyalah kalo istrinya secakep Marsha Timothy). Tapi adegan ini buat gw nggak banget sih, dan gw jadi tambah ngantuk. Mungkin maksudnya establish kalau Prakoso ini ternyata family man, sayang istri dan anak. Muka Rambo Hati Cullen gitu deh.
Sebenarnya gw appreciate niatan membangun karakter di belakang karakter selain tukang bak buk. Tapi nggak tahu kenapa di The Raid 2 malah berasa bertele-tele, draggy, entah karena skrip yang kurang oke, atau dialog yang biasa. Atau, mungkin gw sekedar membandingkan dengan The Raid 1 yang nggak basa-basi, dan gw kangen itu.
Eniweis…..
Kita akan melihat Prakoso dijebak di sebuah club (yang dibuka dengan adegan sexy dancers yang agak nanggung). Di sini pace naik lagi, apalagi melihat Mad Dog kembali beraksi dikeroyok banyak orang. Tapi jujur, sampai di sini fight scene mulai terasa repetitif/pengulangan. Berantemnya mulai begitu-begitu aja, walaupun toh masih seru.
Tetapi di scene ini kita diperkenalkan dengan tokoh assassin, atau “penjahat terakhir” lawan Rama, yang KEREN BANGET. Gw sempet mengira doi orang Jepang, tapi taunya dia cintailah ploduk-ploduk Indonesia asli. Nama pemerannya Cecep Arif Rahman.
Score tertinggi gw buat film ini jatuh ke pemilihan mas Cecep. Tampangnya KEREN dan SADIS beneran. Dia punya ekspresi senyuman kejam yang kereeeeen. Pokoknya siapapun yang menemukan mas Cecep ini, gw salut banget. Ini salah satu karakter penjahat berantem terkeren yang gw pernah lihat, bahkan termasuk film Hollywood sekalipun. Apa ya, believable banget kalo dia bengis.
Singkat cerita, Mad Dog, eh Prakoso, dibantai si Cecep ini dengan senjata pisau yang bentuknya kayak bulan sabit (karambit namanya kalo gak salah). Sedih juga sih ngelihat Mad Dog kalah, tetapi ini mungkin memang saatnya memberi ruang ke bintang baru.
Di adegan Prakoso gugur inilah tampak SALJU yang kondang itu. Jakarta kok salju? Ya sudah lah ya, mau komen apa lagi. Anggap aja imajinasi. Gw malah bingung ngeliat gerobak Lomie Ayam di situ, karena setahu gw Lomie Ayam tidak dijual di gerobak. (Belakangan gw dikasih tahu follower kalo di Bogor dan Bandung ada penjual lomie ayam pake gerobak. Oke deee….)
Pembunuhan Prakoso ini tampaknya bagian dari skenario Uco/Bejo untuk mengadu-domba bos Bangun dan Jepang, karena berikutnya adalah perkenalan karakter Baseball Bat Boy/Hammer Girl. Hammer Girl membunuh di kereta listrik, Baseball Bat Boy di sebuah gedung tua tak berpenghuni. Keduanya menghabisi puluhan bodyguard yang anehnya tidak berpestol sama sekali. Salut untuk penciptaan karakter Bat Boy dan Hammer Girl karena unik dan inovatif! Dan di adegan ini gw seneng lagi.
Sesudah “naik”, adegan turun lagi dengan percakapan yang gw sampe sudah lupa saking ngantuknya. Yah begitu deh, pokoknya Uco memaksa babe untuk perang terbuka dengan Jepang membalas dendam Prakoso. Babe Bangun gak mau, doi ditembak sama Uco. Rama memergoki, dan Rama kabur dengan Eka.
Sampai di sini gw udah merasa film terlalu lama dan draggy, dan mulai ngeliatin jam. Kapan kelarnya sih film ini? Jujur mulai di sini gw gak inget lagi urutan cerita karena udah mulai gak konsen…Samar2 gw inget ada adegan Yuda/Rama kejar2an di Blok M dan doi bikin adegan menu tepannyaki pake kepala manusia. Tapi gw sudah blur banget karena berasa udah terlalu lama.
Gw cuma inget adegan car chase yang lumayan, kalo nggak terbaik yang pernah ada di film Indonesia. Biasanya film Indonesia beraninya ngancurin mobil tua, tapi the Raid 2 nunjukin mobil mahal ditabrak2in. Terima kasih Smartfren, eh, sponsor! Adegan berantem di dalam mobil dan antar mobil juga keren lah, beda sama yang selama ini ada di film2 Hollywood. Walaupun ngeliat gampang banget halte busway rontok abis ditabrak mobil bikin khawatir pengguna busway nggak sih? Pokoknya scene ini bagus banget. Salut!
Adegan ngobrol2 bla bla bla apa lagi yang gw udah gak dengerin. Gw duduk pun udah ngglosor sana sini karena bosen. Dalam hati gw cuma bilang “Cepetan deh adegan klimaksnya”.
Yah pokoknya sampai ke adegan klimaks, Rama/Yuda menyatroni tempat Bejo. Kita melihat Bejo dan Uco yang saling baku tembak. Dan Rama bertemu Cecep untuk The Final Fight. Gw ngefans banget sama mas Cecep ini, dan doi berantemnya keren, termasuk dengan penggunaan pisau karambit. Tetapi jujur, walaupun final fight ini keren, tetapi masih belum bisa mengalahkan final fight dari film pertama, di mana Mad Dog menghadapi Iko Uwais dan Donny Alamsyah sekaligus. Memang The Raid yang pertama masterpiece banget sih. Pokoknya Cecep dikalahkan, Yuda mengalahkan Uco, the end.
Jadi overall, gimana pendapat gw soal The Raid 2? Menurut gw sih The Raid 2 jelek. Gw merasa film terlalu lama, bertele-tele. Gw ngerti kalau sekarang mungkin ingin ditambahkan elemen drama. Tapi entah kenapa elemen dramanya tidak menarik buat gw, sehingga terasa hanya menjadi “tempelan” penunda antar adegan berantem. To be fair, kalo gw bilang The Raid 2 jelek, mungkin karena gw selalu membandingkan dengan yang pertama. The Raid 1 tidak ada “cerita”, “drama”, but who cares? Gw dapet non-stop violent entertainment yang menghibur, dan saking sadisnya justru jadi agak “kartun”, dan saat lampu bioskop menyala di akhir The Raid 1, gw pengen tepuk tangan dan bercerita kepada dunia betapa kerennya film tersebut.
Di akhir The Raid 2, gw malah merasa lega. AKHIRNYA KELAR JUGA. Dan ini lega bukan karena kebelet pipis, tetapi karena secara keseluruhan gw agak menderita menonton film ini.
Having said that, walaupun secara keseluruhan gw bilang The Raid 2 jelek, tetep ada bagian2 yang menurut gw bagus banget, dan to be fair, harus dicatat:
- Gw suka camera worknya. Buat yang udah nonton dan akan nonton, perhatikan gambar2nya. Menurut gw angle-anglenya bagus. Gw bukan orang film yang ngerti teknik, gw hanya penonton biasa. Tapi gambar2nya banyak yang bagus, bahkan puitis. Harus diakui, seaneh2nya ada salju mampir semalem doang di Jakarta, adegan itu cantik.
- Sound. Suara baseball bat kena kepala orang, suara kepala orang kejedot tembok (banyak banget nih), suara tulang patah, semuanya terdengar nyata.
- Arifin Putra sebagai Uco menurut gw main bagus. Sebagai anak ambisius yang psycho dia main maksimal. Salut deh buat doi.
- I LOVE YOU CECEP!! Gw gak mau tahu, Cecep HARUS main film lagi. Gw sih pede Cecep bisa meneruskan Joe Taslim main di luar negeri. Ekspresi mukanya itu loh, badass banget. Apalagi kalo senyum sedikit, beeeuhhh. Kalo gw harus milih satu saja faktor yang menyelamatkan The Raid 2, ya si Cecep ini.
- Karakter Hammer Girl/Baseball Bat Boy keren banget. Outworldly, kayak tokoh komik. Scene2 berantem mereka menyegarkan, dan tidak terasa sebagai pengulangan. Pemilihan senjata palu juga keren. Gw usul untuk The Raid 3 harus ada karakter CHARGER HAPE GIRL/POWER BANK BOY yang sesuai dengan masa kini. (Jangan ketawa elu nyet, coba mata elu diculek charger hape terus elu ditimpuk power bank 10,600 mAH kalo gak matik…)
- Berani mengangkat topik polisi korup. Jaman dulu mana mungkin polisi digambarkan korup, entah di bioskop atau sinetron. Di sini polisi bisa digambarkan sebagai “jahat”, suatu kemajuan. Jadi salut untuk Gareth Evans.
Demikian review gw soal The Raid 2. Jadi untuk yang belum nonton, layak nggak nonton film ini? Begini deh. Kalo elu segitu nge-fansnya dengan yang pertama (seperti gw), menurut gw The Raid 2 masih layak ditonton. Sekedar “melanjutkan” cerita yang pertama, dan untuk menikmati adegan2 berantem2nya. Tetapi manage your expectation, soal pace yang lama, dialog awkward, dan drama2 tambahan yang menurut gw gak penting.
Tetapi kalo elo belum nonton The Raid pertama, atau udah nonton dan gak suka, menurut gw sih The Raid 2 bukan film untuk elo. Apalagi kalo gak suka darah dan adegan sadis, nonton adegan berantem di Frozen aja pingsan, wah jangan nonton ini. The Raid 2 is not for the faint-hearted.
Itu aja sik. Buat yang ngefans banget sama The Raid 2, gw jangan di-bully yaaa. Masih trauma dihujatin gara2 bilang The Dark Knight Rises jelek niiiih :p
Categories: Review
ssss banget hahahahaha
Anyway, setuju sama poin mengenai sisi drama the Raid 2 yang bertele2. Setuju jg buat poin tentang cinematografi yg oke.
Menurut gw pribadi secara keseluruhan udah oke, cuma pengenalan karakter sangat kurang. Tiba2 scene loncat ke sana ke sini cepet banget dan bikin bingung. Kayanya nih film emang dibikin buat ditonton 2x hahahaha.
Biar bagaimanapun the Raid pertama ga ada yg ngalahin. Gw berharap mudah2an yg ketiga gak ngecewain yah..
Fyi, pierre di the raid 1 udah mati. Yang ditembak di the raid 2 itu temennya iko yg udah luka parah itu…
Eh iya beneeer. Gw lupa kalo Pierre Gruno udah mati ya.
lol yg ditembak bunawar itu si pierre bukan bowo temenya rama. kan dithe raid 1 pierre bunug diri tp pelurunya kosong,
Betul, saya lupa hal ini. Makasih ya 🙂
Wah berarti elo belom nonton The Raid 2 dong kalo kayak gini! Pierre belom mati di The Raid 1, dia ditembak sama group polisi Cok Simbara di The Raid 2 pas duduk bertiga sama Iko, kalo temennya Iko yg luka di kuping yg diperanin Tegar Satrya disuruh pergi sama Cok Simbara dan dianterin sama anak buahnya keluar dari situ. Gitu yg bener cuy!
Betul, saya lupa yang ini. Trims ya 🙂
Film ini emang kayaknya gak cukup ditonton sekali sih Om menurut aku. Kemungkinan banyak detali-detail yang terlewat oleh penonton.
Kayak misalnya adegan Prakoso dibunuh kenapa ada SALJUnya. Itu sebenernya setiap scene yang ada hubungannya sama Bejo pasti suhu udara semakin dingin, kayak waktu 5 orang yang ‘dikasih’ ke Uco untuk dibunuh, mereka kedinginan. Waktu Uco nelpon Bejo keluar ‘asep-asep-dingin’ (halah) dari mulutnya Uco. Terus ya pas Prakoso turunlah salju saking kuatnya pengaruh Bejo (karena ada Assasin). Tapi gak tau juga sih, hehehe.. :))
Oh, terus Gareth pernah bilang kalau di film itu bukan Jakarta sesungguhnya, melainkan Jakarta dalam imajinasi Gareth sendiri. 🙂
Umberto Eco kali, mas.
Aduh…nonton Pinokio dibully aja saya gak tega, mas. Apalagi liat orang digorok pake palu
Umberto Eco kali, bang.
Gw sih bukan masalah filmnya sadis ampe males nonton (yaa…walo nonton Pinokio dibully aja gw udah gak tega sih, apalagi liat orang digorok pake palu ya),
Tapi nonton The Raid 1 aja gw udah ketiduran. Apalagi yang ini 😐
Kabarnya The Raid 3 bakal lebih banyak drama. Get ready to be disappointed.
Hahahaha setuju banget kak, gue masih ga kebayang Holland Bakery dekat rumah gue turun salju kayak di The Raid 2😄😅😆
yah mas kalo mau realita dilapas itu gausah piso divulgar”in ganja aja ngisep bareng polisi lapas didalem. kadang polisi juga sering meng-ekstradisi tahanan baru bareng” sama pentolan blok,
soal sipolisi yg dithe raid 1 (pierre) dieksekusi dipinggir pantai itu cukup masuk akal, seperti Bunawar bilang tujuan membunuh ditempat yg terpelosok tujuanya agar nggak ada informasi bocor.
untuk cerita yg buat ngantuk kayaknya anda harus ngaca ini cerita/plot ngga ada yg janggal untuk sebuah film Mafia: gareth pernah bilang the raid 2 bertajuk action,mafia, its okay secara cerita saya suka dan pas untuk digabungkan dengan action. coba anda nonton godfather saya jamin anda gak akan betah untuk nonton diteater.
kalau anda suka dengan film” mafia sprti the departed,internal affairs,godfather dll pasti nggak akan menilai ini jelek.tapi saya mengakui cerita mafia ditheraid 2 cukup bagus(standart).
untuk soal piso” vulgar dll silahkan observasi sendiri.
Trilogi The Godfather saya nonton berkali-kali, gak ngantuk sama sekali. Donnie Brasco keren. The Departed juga suka. Film bagus bukan hanya soal cerita, tapi holistik/keseluruhan.
yah sekarang tergantung selera masing” saja dan tdk ada yg salah tntng opini anda. bgmn” kita harus mengapresiasi film ini, sejelek jeleknya film ini kata “anda” diminggu pertama film ini pendapatan kotornya $250ribu diUS dgn hanya 7 layar. dan hari ini dimulai dr kemarin serentak 500 layar n diikuti 1200 layar pd 11 april disluruh 44 ngr bagian AS.
Nah, kalo bener menghargai “selera masing2”, gak relevan info box office atau nggak. Film laku bukan berarti saya harus suka, sebaliknya, film kurang laku bukan berarti saya harus tidak suka. Dan ini sudah sering kejadian.
Film adalah selera individu. Saya bilang sebuah film jelek, ya dihargai. Saya juga tidak mencemooh mereka yang bilang film The Raid 2 bagus kok 🙂
Haiisshh ini pasti lupa detail scene terakhir cok simbara yg naik mobil cari uco itu dengan nengok kiri kanan sambil nyetir itu dan gak ketemu sampe film habis adalah KUNCI dari dimulainya trilogy the raid 😉
Betul, yang ini saya memang lupa. Thanks udah ngingetin 🙂
batman – the dark knight rises emang jelek ooom ^_^
*fansnya joker
“CHARGER HAPE GIRL/POWER BANK BOY ”
Hadoh ini bikin ngakak banget :))))))))
katanya sih ini jakarta versi director-nya sendiri jadi bukanlah jakarta yg skg kita semua tinggali
(say hi to salju-lomie ayam-dan kesonoan dikit holland bakery) . Setuju sama soal sound effect-nya emang keren dan detail. Buat gue selain kang cecep, hammer girl-bat boy (yg ternyata satu perguruan silat jg sama iko) bersaudara ini mencuri perhatian bgt, minim dialog tp aura karakternya keren & memorable. Kalo ga salah denger sih kang Cecep ini gurunya Iko, jd dese jauh lebih jago sih ya. Pokoknya gue sih seneng2 aja nonton the raid 2 ini dmn semua tahanan meni bening-bening tp sangar dan gelendotan-able #mureeeh
*cuci muka bareng zach lee-arifin putra-iko*
Gue suka deh tiap Om Piring review film. Selalu jadi acuan gue untuk nonton atau ngga (kalo blm ditonton). Hampir semua review dari Om seperti me-loudspeaker-kan pikiran gue. Termasuk The Raid 2 ini. Hueheehe.
This is exactly what I thought, waktu nonton kemaren. Emosi macem2 mulai dari excited, biasa aja, excited lagi, sampe bosen kapan film berakhir. Hahaha, thanks anyway for writing this.
I’m Looking forward for the next review 😀
yang bikin The Raid 2 menarik itu….. bang iko nyaris nakeddddd mas…. nakedddddd… aaarrghhhhhhhhhh
Astaga…. *mengelus dada* *dada sendiri* *ya iya lah, masak dada Prakoso*
*apalagi Dada Rosada
Kata temenku, di versi uncutnya, cewek dengan dildo di markasnya Epi lari keluar pas pada mulai berantem. Telanjang, lengkap dengan dildo, teteknya ketutupan rambut.
Huwoooww, seriusan? 😀
OMG!! Oke-oke, setelah perut mules sepanjang baca reviewnya Om Piring, akhirnya gue lega juga. Sempet ragu antara mau nonton tapi gak kuat sadisnya tapi takut gk bisa komen krn blum nonton. Sekarang CONFIRMED, gak bakalan nonton! Fiuh! Legaaaa….
BAHAHAHAHAHAHANGKEEEEEEEEEK! (((CHARGER & POWEBANK))) *setrum*
Tapi iya emang draggy banget filmnya, gue nggak berhenti ngecek hape saking bosen banget di dalam bioskop, plg suka scene berantem Hammer Girl (a.k.a TUKANG) sama Baseball Bat Man.
Gue dulu juga baca The Dark Knight Rises review lo Om, dan ngakak-ngakak nggak berhenti, mau bikin versi gue juga tapi nggak jadi karena fanboy pada ganas semua
Hihihi, orang kalo fanatik sama sesuatu jadi ngeri yak. Padahal cuma film loh :p
banget, gue nulis the raid ini jg dikomenin, nulis Twilight juga dikomenin panjang banget 😆
Secara keseluruhan setuju dengan tulisan Bang Manampiring. Cuma mau kasih beberapa tambahan:
1.Itu memang Pierre Gruno (udah ada di beberap komen sebelum saya).
2.”Tokoh Goto-nya keren, sangar abis. Bukan Jepun kelas Takeshi Castle lah.”
Bang, coba deh nonton Outrage (Otoreji) garapan Takeshi Kitano (iya, si raja di Takeshi Castle). Di situ dia aktingnya sangar banget sebagai yakuza.
3. Di versi yang belum lolos LSF, cewek pemain bokep sempat berseliweran bertelanjang dada+pake dildo gede banget dan ada dialog dengan Kang Epi.
Habis nonton The Raid 2, gw langsung browsing komen2 di Rotten Tomatoes utk cari validasi, hehe, cuz just like you, I know it’s a good movie but some parts are a bit off. Ternyata banyak kritikus di sana pun yang menyoroti hal serupa. Bigger budget, bigger pressure, bigger reputation at stake, membuat sekuel film ini ingin berbicara banyak. More drama, more action, more blood, more characters, more twists, but unfortunately, more doesn’t mean better.
Tengah jalan film gw sendiri merasa tersesat dengan banyaknya karakter dan subplot. Entah lemot atau memang filmnya agak membingungkan, gw baru tahu yang namanya Bejo itu yang mana (dan banyak karakter lainnya) setelah lihat credit title ;p
Singkat kata, menurut gw, The Raid 2 punya banyak elemen “cool” dan “badass” just for the sake of being cool and badass without any meaningful contributions to the story. Dari sisi ini, The Raid 1 lebih cerdas dan taktis, karena ceritanya sedemikian simpel dan compact hingga tak perlu dibebani aneka karakter dan subplot yang bertele2. Orang2 heboh Hammer Girl dan Bat Man (bat boy? atau bat dude? lupa gw), gw malah nggak menemukan koneksi sama keduanya karena berasa banget mereka dipasang di sana untuk elemen keren doang (at this point I may need to borrow your kevlar vest).
Meski demikian, tentu tetap bangga melihat film tsb, dan salut sama telatennya Gareth Evans dan koreografi Iko-Yayan Ruhian. Udah lihat Captain America? Konon fighting scene-nya dipengaruhi The Raid 1, dan memang koreografinya jadi bagus banget untuk standard fighting scene Hollywood yang kadang2 suka kaku dan terlalu berasa pakai sling.
Makasih ya udah numpang ngeblog di sini! Maklum, blog gw lagi hiatus panjang, jadi nulis komennya agak gak tau diri :p
~ D ~
Suka lihat Captain America: The Winter Soldier karena fighting scenesnya mirip The Raid. Cepet dan real. Nonton sampai dua kali.
Btw, setuju ama lo, The Dark Knight Rises jelek. The Raid 2 juga. Gw malah lupa lho ada adegan di Blok M kalo gak baca review ini. Hahahaha
@Dee
======================================
gw baru tahu yang namanya Bejo itu yang mana (dan banyak karakter lainnya) setelah lihat credit title ;p
=====================================
walah parah amat, ane aja udah tau siapa tu si bejo pas si yuda dikasi briefing di mobil sama pak polisi. Kurang konsentrasi keliatannya nih 😀
Reblogged this on Ari SUCIANA, the free spirited wanderer and commented:
Indonesian Movie is in the rising, and of course as a movie addict, you want to be part of it and go watch The Raid 2. But if I couldn’t stomach Killing Season (Jon Travolta and Robert De Niro) I don’t expect much of strength to bear this one. After going back and forth deciding TO WATCH OR NOT TO WATCH, I’ve stumbled to this review from one of my fave twitceleb.
And by God, it helps a lot. Helps me to let go and not feel so bad about not supporting Indonesian Movie Industry.
This one is hilarious and fun to read.
Wah, kalau buat saya, ini film malah yang terbaik di 2014 (baik lokal maupun impor). 2,5 jam gak terasa, dramanya bagus, arifin putra top banget, kang cecep sadisss, yang mengganggu cuman adegan marsha timothy dan prakoso :))
Kalau the raid 1 adalah soal rama defensif, disini rama lebih agresif dan buas. Gak tau deh the raid 3, bakal kayak apaan lagi. Susah kayaknya buat gareth evans dkk untuk melampaui apa yang udah disajikan di film ini
Aaaaaaaa….om piring tau where’s wally… >__< *salah pokus*
ada adegan iko uwais ditelanjangin om? wah harus nonton inih? :))
Ternyata selama ini ada The Raid dari sudut pandang sang sekretaris Pak Bangun, silahkan dibaca ya sis sis sekalian
http://gustidha.blogspot.com.au/2014/03/curhatan-sekretaris-para-berandals.html?spref=tw&m=1
😂😂😂
‘Apalagi kalo gak suka darah dan adegan sadis, nonton adegan berantem di Frozen aja pingsan, wah jangan nonton ini.’
Bang Piring ngomongin aku ya?
Okeh, baiklah! *WO pas lagi ngantri tiket*
Kesan pertama pas nonton trailer The raid 2, “Gareth doesn’t make the same sh*t twice.”. Entah karena terlalu terpesona atau gimana, saya termasuk di dalam golongan penonton yang bilang kalo durasi 2.5 jam film ini ga kerasa. Haha. Buat yang mau ngebatalin nonton film ini karena abis baca review di atas atau karena faktor lain, siap-siap ketinggalan film epic made in lokal yang mungkin hanya bisa muncul sekali dalam jangka waktu 2-3 tahun, dengan scene-scene yang tidak hanya spektakuler tetapi juga original (at least ngga bikin dejavu sama film anu kayak pas nonton film si itu 😀 )
Gw kategori terakhir bang, nonton pelem sejenis lion king aja bisa berderai-derai air mata ini membasahi pipi 😭😭😭 heuehehe. That’s why gak nonton The Raid yg 1 dan ke 2 jg.
Cuma mau kasih info dikit soal pisau yang bisa eksis di penjara. Itu beneran kok bisa ada pisau di kamar penjara sekalipun. Waktu masih jd reporter gw sempat liputan ke Penjara di Nusa Kambangan. Keempat2nya gw samperin dan masuk ke dalam, termasuk ke tempat tidur mereka. Gw jg kaget siy pertamanya menemukan benda2 tajam di dalam. Meski gak banyak ya. Tp cukuplah bikin gw pun bertanya “bagaimana bisa ada di dalam?” Mana si terpidana di NK kan bukan sembarangan. Min hukuman diatas 25 thn – hukuman mati yang ditaro disana, tp kok ya ada benda tajam di dlm kamar penjara. Well, gw nanya siy, dan intinya yaaa mrk pun sulit untuk kontrol semua napi dan barang2 mrk. Kasian jg siy sipir2 kita, andaikata napi2 tsb demo kaya di pelem2, gak nyampe sejam jg habis kali mrk. Jumlah sipir tak sebanding dg jumlah napi. Pestolnya pun suka macet bok. Kagak ada perawatannya. Mana napi rata2 psycho kan, yg tega berbuat apa saja.
So…untuk menjawab penasaran dikau bang, yaaaa gitu deh keadaan penjara disini. Mungkin tak bisa dibandingkan keamanan dan kontrol sistemnya dg penjara amriki. Sekian dan menunggu postingan berikutnya hehehehe
hahaha…lucu reviewnya. sebagian besar bener, gw juga tidur pas adegan sebelum prakoso ketemu istri(baru jaga juga sih). yg gw heranin, salju itu apa-apaan yaaa. nanti dunia salah paham, dikira Indonesia negara 4 musim! tp secara keseluruhan bagus kooook. gw yg nonton karena nemenin suami aja jadi suka(gw ga suka adegan berantem sebetulnya, saya pevinta drama komedi!) . dan seneng karena adegan balap mobil di jalan yang gw kenal.. suami juga suka banget malah, dia bilang lebih ada cerita dibanding yang pertama. intinya, we like it! bagi yang takut liat darah, merem2 aja di beberapa momen…hehe
I beg to differ om, saya termasuk yg amazed sama film ini, kategori film action mungkin yg terbaik yg pernah saya tonton, menurut saya lho ya 🙂
Setuju kalo untuk genre mafia, infernal affairs, scarface atau godfather jauh lebih bagus jalan ceritanya, aktor2 dsna juga aktor watak, kalau iko dkk basic nya emang bukan akting, jadi mungkin di sektor akting drama Arifin Putra lebih mencolok. Tapi yg bikin saya speechlees selain hand combat action nya, ya sinematografinya om, menurut saya indah banget. Action nya ga perlu dijelasin lagi, completely different level with any Hollywood movie 😉
Tapi ya selera orang beda2 sih ga masalah lah kalo beda opini 😉
Btw masi inget saya ga om, yg waktu itu fotoin waktu di Bali 😀
Inget dooong. Apa kabar Wira? Masih minum Big Cola? 🙂
Masi om, belom ada yg lbh murah sih :p nunggu para capres bagi2 soda gratis hehehe…
Kenapa gue sampe nonton the raid 2 kali ya?? .. masalahnya gue emang suka adegan peradegan kelahinya .. sangat kinetik … the raid 2 ini lebih banyak karakter … plot yang lebih berlapis .. bahkan gue baru tau jalan ceritanya setelah dua kali nonton .. setiap film baik itu produksi hollywood yang spectacular pun pasti ada kekuranganya … ya the raid 2 ini ratingnya cukup bagus kok .. ya ga malu2in juga … patut di apresiasilah .. jarang loh ada film di akhirnya banyak yang tepuk tangan .. itu yang gue alamin … kembali lagi ini masalah selera loh .. he he
Memang sih banyak yang protes kalau dialog film The raid sejak awal redemption hingga berandal itu seperti hasil bahasa Inggris yang di translate secara paksa ke bahasa Indonesia dengan google translate.
Hal itu karena dialog awal memang ditulis oleh Gareth evans dalam bahasa inggris, lalu diterjemahkan oleh Ario sagantoro, sang produsernya.
Gak spoiler banget kok Om, gw ketawa-ketawa baca review lu *cubit pipi om piring* *lucu bgt sih jd org*. Habis baca review ini niatan nonton jadi makin menurun, sebenarnua niat nonton karena pengen lihat aksi si cantik Juliete Estel soalnya kabarnya dia sampai latihan Martial Art, lihat trailernya keren banget si Hammer Girl ini. Satu lagi pgn liat si ganteng Kazuki Kitamura karena di Killers, aktingnya keren banget (menurut gw). Jadi, mikir-mikir deh, nonton gak ya?!
Nonton aja, biar gaoelz… :p
ya ampun om…..detail banget ceritanya..untung aku udah liat. menurut gw sih The Raid 2 keren…secara ga nonton yang pertama…jadi ga ada yg dibandingin :))
dan yang penting sebagai perempuan …semua muka cowo2 ganteng nan kece bertebaran banyak di The Raid 2 itu bonus abis :))
Kalo gw gak ada masalah ttg alur2 gw ttep bisa ngikutin, msalah yg aneh2 kayak salju segala macem gw rasa sah-sah aja karena setiap film itu toh “fiksi”. Bisa di bilang, di the raid pertama 80 action, 20 drama. Di yg kedua ini 40 action, 60 drama. Justru gw bingung lho yg pertama ceritanya cuman nge grebek doang, bak buk bak buk, selesai. Maklum, keseringan nonton thriller misteri gitu yang pentingin cerita. Nah, ternyata semua cerita terjawab di the raid kedua ini. Gw sih gak masalah ya bnyak drama, soalnya kalo gak ada the raid 2 ini, the raid pertama seakan jadi miskin cerita. Jadi, the raid 1 sama 2 ini sebenernya saling melengkapi dan gak bisa di pecah. Masalah bertele-tele? plis dong, penonton juga pengen bernafas x, lu mau liat gorok2an atau mecahin kepala orang terus? kapan makan pop cornnya.. haha
Gw nonton versi unrated nya ada adegan pas waktu minta setoran sama epi kusnandar ada cewek bugil make kolor berdildo dan bagian dadanya keliatan…. 😀 Hihihihi
versi bioskop emang membosenken kebanyakan sensor. kalo versi dvd yg unrated bisa gak kedip nontonnya. buagus buanget. emang ga bisa dibandingkan dgn hollywood tapi dibanding dengan film2 indo kebanyakan kayak horror sekx jauuuuuh bangetz. tak akui semula ga suka sama film indo tapi sejqk film beginian muncul jadi demen banget. btw utk pemerannya aku lebih suka antagonisnya coz keren2 “bajingane” hehehe.