Operasi Plastik, Emang Kenapa?

Baru balik dari Korea, negeri yang sudah sangat maju industri operasi plastiknya. Konon mayoritas artis K-Pop yang kece2 mampus itu karena sudah operasi mata, hidung, dll. Waktu di airport menunggu pesawat pulang, gw dua kali melihat orang yamg diperban telinga, dan hidung. Kata temen kantor sih mereka baru saja operasi plastik.

Di Indonesia, operasi plastik rasanya masih ada stigma negatif. Entah itu operasi mata, hidung, payudara, gw suka denger cibiran “Ah, itu kan operasi?”

Sebenarnya, emang kenapa coba kalo cantik/ganteng karena operasi?

Umat manusia selama ribuan tahun di berbagai kebudayaan terbukti selalu berusaha mempercantik diri. Kosmetik home-made, sampai kosmetik yang diproduksi komersial, sudah ada selama ratusan tahun, menunjukkan keinginan mempercantik diri itu sangat manusiawi (dan tidak disebabkan oleh advertising modern abad 20 saja).

“Mengubah fisik” dilakukan oleh kita semua. Kita semua pada dasarnya tidak menerima fisik kita “apa adanya”. Dari menyisir rambut, potong rambut, memakai gel rambut, memakai hand & body lotion, bedak, lipstik, kuteks, mascara, eye shadow, Lasik, dll, semua ini tidak ada bedanya secara esensi dari operasi plastik. Kita tidak puas dengan diri kita apa adanya, dan melakukan hal-hal untuk mengenhancenya.

Jadi kalo esensinya sama, kenapa ya operasi plastik dianggap lebih negatif?

Ada yang bilang, operasi plastik kan “permanen” sifatnya, sementara kosmetik hanya temporary. Tapi kalo kosmetik atau wonderbra-nya dipake setiap hari, ya nggak ada bedanya sih menurut gw. Malahan operasi plastik cara yang jauh lebih efisien untuk mempercantik diri.

Misalnya, topik favorit pria: memperbesar payudara. Gw sejujurnya gak perduli payudara asli atau palsu. Pertama, gw gak bakal tahu juga toket asli vs. palsu. Kedua, PERDULI AMAT asalnya dari mana, toket ya toket. Yang penting ukurannya bukan seperti tumor ganas dan berisiko membuat gw gegar otak, ya payudara implan sih bagus-bagus aja buat gw.

Jadi operasi plastik sih sah-sah aja untuk mempercantik diri, kalo memang ada uangnya, dikerjakan dengan professional, dan tidak membahayakan kesehatan.

Kalaupun ada “isu”, mungkin dari sudut pandang evolutionary psychology. Ketertarikan fisik, konon didrive dari keinginan mencari pasangan dengan gen berkualitas. Selama ratusan ribu tahun spesies kita tidak mengenal titel sarjana, jabatan pekerjaan, dan mobil. Jadi kesehatan fisik mejadi kriteria utama untuk kawin. Kecantikan dan keindahan tubuh adalah indikator visual dari gen yang bagus. Di jaman modern, tentunya fisik bukan satu2nya faktor lagi, tetapi “software” otak kita susah berubah secepat perkembangan jaman. Itulah penjelasan evolutionary biology mengapa kita tertarik pada fisik cantik/gagah/sexy.

Operasi plastik, dan juga kosmetik tebal, sebenarnya “mengelabui” software otak kita. Walaupun kita tidak punya gen mancung, atau gen payudara besar, dengan operasi payudara/hidung kita membuat efek seolah-olah kita punya gen tersebut. Walau mata kita sipit, dengan operasi mata dan bulu mata palsu tahan bom nuklir membuat kita seolah-olah memiliki gen mata bagus. Dll.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal di atas. Tapi mungkin bisa menjadi potensi kaget saat terjadi perkawinan yang menghasilkan keturunan. Gw pernah baca tentang situasi hipotetis sepasang pria dan wanita yang ganteng dan cantik luar-biasa, tetapi hasil operasi plastik, yang memutuskan untuk menikah. Saat anak mereka lahir, maka kagetlah mereka, “ANAK SIAPA INI??!!” Walaupun ini cerita setengah bercanda, tapi sangat masuk akal. Operasi plastik tidak mengubah gen, yang kemudian diturunkan ke anak.

Yah begitu aja sih pemikiran gw soal operasi plastik. Gw pribadi kalo punya duit buanyak sekalipun gak tertarik operasi plastik. Soalnya masalah gw paling mata minus, tapi gw udah terbiasa dengan kacamata minus gw. Problem lain yang lebih besar mungkin UBAN keparat yang datangnya prematur. Oh, mungkin liposuction, karena gw udah putus asa gak pernah dapet six-pack ๐Ÿ˜€

Categories: Random Insight

23 Comments »

  1. Bole juga buat dibaca pendapat om ini.
    Saya jg punya pendapat yg sama dengan om kalo oplas boleยฒ aja dilakuin..
    Tp mungkin ada juga yg mengkaitkan dengan larangan oplas dalam agama.
    Terserah deh orang mau berbuat apa, selama itu tidak mengganggu kita, why bother?

    *baru tau kalo oplas tidak mempengaruhi gen. Ada artikel yg bs dbaca tentang itu om?

    • Oplas jelas tidak mengubah gen, karena hanya dilakukan secara superfisial, di manifestasi fisik/kulitnya. Gen-nya sendiri kan tersimpan di sel, dan tidak bisa diubah (saat ini). Di masa depan, mungkin saja nmengubah gen bayi yang BELUM lahir, jadi didesain mau mata warna apa, kulit warna apa, dll. Kalo sudah keburu lahir sih agak telat kayaknya ๐Ÿ™‚

  2. Nice post as always om piring… Gw juga mau donk liposuction… Asal efeknya ga yoyo kayak Ivan Gunawan… ๐Ÿ™‚ *ga sanggup duitnye*

  3. Hahaha di korea emang operasi plastik biasa banget, bahkan di sepanjang jalan ke stasiun kereta iklan dokter bedah plastik smua.
    Dan jalan2 dengan perban dimuka ga ada yg bisik-bisik dibelakang, krn udah sangat biasa.
    Yes, gue jg stuju, klo mau oprasi asal punya duit dan ga ngutang, dan sama dokter yg benar jd ga mengganggu kesehatan, why not. Walopun gue sendiri pun puas sama diri gue dan ga berminat buat oprasi plastik. Nice post anyway. ๐Ÿ™‚

  4. menarik sekali topik ini…..memang disana sudah umum sekali operasi plastik itu ya
    saya pernah nonton salah satu episode dari oprah show yg membahas ttg operasi plastik, dan ternyata pasca operasi plastik kebanyakan pasien mengalami semacam depresi atau gangguan mental, kelihatannya hal itu diakibatkan karena harapan2 bahwa setelah operasi mereka akan lebih bahagia, namun ternyata tidak…..bahkan banyak juga wanita yang bercerai setelah operasi plastik.

    mungkin ada perlunya juga kita belajar menerima diri kita apa adanya, dengan semua kelebihan dan kekurangannya…..lagian kalau terlalu sempurna mungkin gak enak juga kali ya ? hehee ๐Ÿ˜€

    • orang yang memiliki masalah insecurity/low self-esteem pasti banyak, dan sebagian mencari solusinya dari operasi plastik. Tapi hal ini tidak membuat operasi plastik sendiri inherently jelek. Dalam hal ini, operasi plastik jadinya gak beda dengan alternatif2 “solusi” insecurity yang lain: dari konsumsi barang mewah sampai makan makanan enak berlebihan. Tentunya kita tidak bisa bilang barang mewah dan makanan enak sebagai jelek/generalisasi ๐Ÿ˜€

      Idealnya memang kita menerima diri sendiri secara sempurna, tetapi merasa “kurang” di bagian aspek fisik tertentu juga manusiawi, sepanjang dalam batas wajar. Gw bisa mengerti kalo ada wanita berdada “rata” yang minder, contohnya. Yang penting tidak jadi obsesi atau punya ekspektasi berlebihan, sama seperti kita tidak boleh obsesi dan berekspektasi berlebihan terhadap hal-hal lain juga dalam hidup ๐Ÿ™‚

      • saya pada intinya salut pada komen yang sangat jujur ini :
        “Gw sejujurnya gak perduli payudara asli atau palsu. Pertama, gw gak bakal tahu juga toket asli vs. palsu. Kedua, PERDULI AMAT asalnya dari mana, toket ya toket.”

        memang semua orang ga peduli kok apa seseorang itu make-up tebal atau pake implant, yang penting kelihatan bagus!
        sayangnya beberapa orang menjadi sangat terobsesi pada kesempurnaan itu, dan berusaha terus tampil sempurna, seperti Heidi Montag, yang udah aslinya kece tapi ketagihan operasi plastik, kasihan kan jadinya ya ? ๐Ÿ˜ฆ

        ya operasi plastik sah2 aja, tapi jadi polemik karena tdk diimbangi dengan kesiapan mental si pasien….ya kalau begini sih yang paling untung tentunya industri dibalik operasi plastik ini, heheee ๐Ÿ˜€

        btw, gak usah six-pack deh….cewe ga lihat kesitu kok, hihiiii ๐Ÿ˜›
        eh ubanan dikit malah kelihatan wise lho

  5. Gw personally sih ga peduli sama operasi plastik, klo itu buat mereka seneng ya do it aja gitu.

    Tapi gw rasa, inti masalah dari operasi plastik buat kebanyakan orang soalnya manusia ga seneng berasa ‘ditipu’. Sama aja kok sama makeup. Biarpun make make up nya bagus (bukan cemang cemong kemana2 kaya jester from hell), banyak co/ce yg keberatan juga kan, “dia mah cantiknya bukan cantik alami, tapi make up”. (banyakan yg keberatan ditipu lawan jenis sih, bkan sesama jenis)

    Terus ada juga masalah jeles, liat orang cakep/cantik, sedangkan diri sendiri merasa kurang cakep/cantik jadi buat melindungi confidence dia sendiri, dia bilang ‘yah, tapi kan ga asli’. (nah kalo yg ini banyakan sesama jenis :P)

    Ada juga social problem. Sama halnya kaya debat supaya beberapa negara (rasanya gw denger malah bbrp udah) mulai ngeban cewe2 yg tampil di koran tampak anoreksia ato di airbrush biar tampak anoreksia jadi kurus banget, etc. Ini lebi kearah masalah melindungi generasi2 (especially teenagers) yg vain, yang akhirnya bener2 ngotot cari visual perfection (biarpun ngebahayain diri sendiri) padahal mereka (dianggep) belom tau mereka mau apa ato bener2 ada psychological disease, cuma mimic dari majalah/koran/etc aja (ato tadinya cuma kecenderungan disease jadi bener2 disease?). Makanya juga media lagi dibujukin buat banyak2 ngiklanin ‘love yourself’ (biarpun bnyk disalagunain but that’s another problem).

    • masalah dengan unrealistic beauty expectation dari advertising memang riil, dan berkaitan dengan operasi plastik, walaupun pada saat yang sama juga 2 hal yang berbeda. Beauty advertising membuat seseorang punya referensi beauty yang tidak realistis, dan menyebabkan dia mencari solusinya. Operasi plastik hanya salah satu dari “solusi” tersebut, selain kosmetika atau diet yang tidak sehat.

      Tapi gw juga percaya human nature secara inherent butuh “merasa cantik”, karena lawan jenis/calon partner juga mencari itu. Jadi tanpa advertising berlebihan pun, keinginan lebih cantik tidak akan hilang, begitu juga dengan kebutuhan akan operasi plastik, walaupun mungkin dengan level yang lebih realistis ๐Ÿ™‚

  6. Gw pny temen korea wkt high school dulu and 1 day after a semester holiday she’s back with a new nose hahahaha.. A bit suprised back then, me and my other friend tried so hard to figure out what the heck is diff about her face and when we figured out that it was her nose we sorta laughed, laughed that she didn’t admit it and didn’t let us touch it. Personally I don’t hv anything against operasi plstik as long as u don’t look like mpok nori and it makes me so hard not to stare ๐Ÿ˜€ me myself want a new nose and an eye lasik and if possibly an extra 15cm of height hahahahaha

  7. Karena tidak bisa mempengaruhi gen itulah saya tidak setuju dengan oplas…kecuali kalo mau nikah tidak mengharapkan keturunan….:D
    Kalau keturunan dari pasangan oplas…bonyoknya hrs nyiapin duit buat oplas keturunannya juga dong ya…=D

  8. Bner,yg agan blng ttg oplas itu tdk mslah.. Tp di dunia ini sesuatu yg “trlalu” itu gk ada yg bgs,intinya adlh siapa jati diri kt sbnrnya..slanjutnya adalah kt tdk menerima dr kt apa adanya,yg mana adlh pemberian Tuhan pda kt,yg trakhir adlh..emg yg d liat slama ini adlh oplas yg brhasil,krn itu mgkn agan blng gk ada mslh,tp klo agan sndiri uda oplas trnyata hasilnya jlek? Msh kah mendukung? Saya pkr tidak.ingat lho oplas gk psti 100% brhasil.apa yg d lakukan org2 yg prnh melakukan oplas adalah OBSESI,bkn keinginan.

    • Trims utk commentnya.

      Saya sendiri tidak mau menjadi polisi moral yang menghakimi orang lain. Jika mereka menggunakan uang sendiri, tahu dan memanage resikonya, dan tidak merugikan orang lain, bagi saya tidak masalah. Obsesi atau bukan itu hak mereka, dan saya tidak perduli.

      Soal kemungkinan gagal, ini bukan argumen yg tepat untuk menentang oplas. Ini masalah memilih dokter/pelaku yang bisa bagus bisa jelek. Operasi jantung/liver bisa saja gagal, tapi tidak berarti seluruh prosedur operasi harus dilarang kan? ๐Ÿ™‚

  9. baca postingan ini jd bertanya2 apakah cowok Korea yg baru kenalan sm gw kemarin, yg menurut gw cowok terganteng yg pernah gw lihat selama tinggal di Singapore (soalnya cowok Singapore jelek2 ah, cakepan org Indo) mukanya jg hasil operasian? ๐Ÿ˜›

  10. Gw setuju dengan pendapat om yang satu ini. Selama ini banyak orang yang membohongi diri dengan cara mencerca operasi plastik tapi di masa mendatang justru melakukan operasi plastik. Padahal menurut gw, asalkan sehat dan bisa mengontrol diri, kenapa tidak?

    Di dunia ini banyak terjadi diskriminasi hanya gara2 seseorang berwajah jelek. Contohnya, waktu ngelamar pekerjaan. 2 orang yang punya kemampuan sama tapi tampangnya beda. Orang yang lebih ganteng pasti punya peluang lebih besar untuk diterima. Selain itu, pengalaman juga membuktikan kalo orang-orang yang bertampang lebih rupawan lebih diterima dalam lingkungan sosial baru. Gw sering melihat orang-orang mencemooh orang lain hanya gara2 tampang. So what’s wrong if people wanna have a better appearance?

    Kalo gigi anda tonggos sejak lahir, dan anda punya rezeki berlebih, apakah melakukan operasi perbaikan gigi merupakan hal yang salah? Saya rasa tidak.

  11. Gue pribadi gak against it, tapi gak mau juga keluarga gue, suami, pacar, anak atau sodara sampe operasi plastik. Karena gue pasti malu kalo suatu saat anak gue blg, “Mama, aku mau operasi hidung (atau mata atau boobs)” Berarti gue gagal membesarkan anak gue sehingga self esteem nya hanya sebatas hidung, mata atau boobs.

    Operasi plastik nunjukin betapa manusia itu vain. Hanya merasa cantik JIKA hidung nya lebih mancung, JIKA matanya lebih belo. Lagi2, beauty is overrated. Padahal cantik itu sendiri relatif.

    Jujur aja, kalo udah cinta sama sang pacar, mau sbnrnya mukanya kayak bemo tabrakan juga keliatannya ganteng aja toh? –> Gak tau kalo semua orang begini, tapi gue iya. Kalo liat2 foto manatan pacar/kecengan rasanya kok “Anjrit, dulu gue buta amat.”

    So, cuma sekedar share opini. Gue gak against tapi ttp merasa mereka yang operasi plastik sangat pathetic, karena self esteem nya pasti rendah, makanya perlu operasi plastik.

  12. Ngga ada masalah dengan operasi plastik, yang penting jadi cakep. Lihat saja di Korea selatan Operasi plastik malahan sudah membudaya

Leave a reply to Henry Manampiring Cancel reply