Review Awam: Pilkada DKI, Takut Kumis, dan Underdog
Review awam kembali lagi!
Kalo biasanya gw “review awam” smartphone, kali ini gw mau “review awam” Pilkada DKI ah. Jujur gw terinspirasi tulisan Pandji “Jakarta Untuk Warga” (ini udah copy-annya di kaskus, soalnya tulisan di blog asli Pandji sering down karena terlalu banyak yang akses). Jadi gw pengen ikutan share.
Kenapa penting banget gw nyebutnya “review awam”? Karena gw memang hanya orang awam. Gw gak pinter politik, ataupun membaca/menonton topik2 politik. Gw cuma warga DKI biasa, yang lebih hobi nonton infotainmen nungguin berita Anang, Syahrini, Jupe, atau Anisa Chibi, daripada nonton acara politik. (Kecuali kalo ada Ruhut Sitompul dan Hotman Paris, karena nonton mereka menghibur banget! :D). Gw cuma tahu sedikit2 aja soal cagub, sebatas kapasitas gw sebagai warga biasa pemerhati girlband pada umumnya.
Artinya: “review awam” ini harus dibaca dengan mikir dan kritis, jangan diinterpretasikan sebagai tulisan kaum ahli. Silahkan baca tulisan2 mereka yang lebih ngerti situasi supaya lebih pinter. Kalo gw sih, pengen share opini awam ajah. Okeh? 🙂
Pertama2, gw pengen bilang: Gw udah pasti gak mau milih Foke.
Alasan gw udah kapok sama Foke? Lebih dari sekedar banjir dan macet. Gw ngerti kalo banjir itu masalah kompleks, gak bisa cuma nyalahin Pemda DKI. Ada faktor cuaca kadang2, dan penggundulan kawasan Puncak, Bogor juga pasti ada pengaruhnya. Soal macet, emang gw kesel banget, tetapi toh gw juga ikutan kontribusi dengan memakai mobil pribadi dan tidak memakai angkutan umum (karena gw takut dicopet, dijambret, dan dicolek).
Tetapi alasan gw kapok sama Foke (bahkan mendekati NGERI sama dia), satu aja: dia bermesraan dengan ormas anarkistis, secara publik (link berita di sini).
Gw ngerti kalo seorang pemimpin harus bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk ormas. Tetapi menggandeng ormas anarkistis yang sudah menebar ketakutan dan teror bagi banyak orang bagi gw sudah terlalu jauh dan tidak bisa lagi dimaafkan.
Itulah alasan sederhana gw kenapa gw gak akan memilih Foke, di luar segala “kegagalan” lainnya di mata gw. (Satu2nya kesuksesan beliau mungkin adalah Sevel di mana2….)
Jokowi-Ahok
Ini masih menjadi salah satu cagub favorit. Masih menjadi salah satu yang favorit, karena gw pernah baca sepak terjang Jokowi di Solo. Bagaimana dia menentang pembangunan mal di lokasi bersejarah, sampai berantem dengan Gubernur. Bagaimana dia memberi pendekatan simpatik pada PKL, dan tetap efektif. Gw juga pernah denger soal Ahok yang terkenal bersih dan transparan sebagai Bupati Belitung.
Dengan kata lain, gw gak keberatan kalo mereka menjadi Gubernur-Wakil Gubernur DKI. Tetapi, gw gak akan memilih mereka.
Ada 2 alasan kenapa gw jadi enggan memilih mereka.
Yang pertama, gw sedikit kecewa dengan konsistensi. Waktu di Mata Najwa, Jokowi pernah bikin statement keren” “Saat kampanya tidak akan ada iklan TV, radio, poster, baliho dari kami…”, dan waktu itu gw terpesona banget. Gokil nih, berani beda dan bikin statement kayak gini.
Dan akhirnya gw kecewa ketika melihat televisi, radio, dan jalanan dipenuhi iklan2 Jokowi-Ahok.
Sebenarnya gw gak ada masalah cagub berkampanye melaluui media massa. Lah, realistis saja, masak kampanye tidak ada materi promosi? Gw hanya kecewa dengan mengeluarkan mengeluarkan pernyataan bombastis yang kemudian dilanggar sendiri dalam waktu singkat. Seandainya saat di Mata Najwa beliau tidak membuat pernyataan seperti itu, gw malah mungkin gak apa2.
Alasan kedua gw enggan memilih Jokowi-Ahok, karena ada dukungan Gerindra di belakangnya. Maaf, tetapi keterlibatan Prabowo Gerindra dalam penculikan mahasiswa dan aktivis di 1998 masih menjadi noda yang terlalu hitam buat gw. Dan kehadiran Gerindra di balik Jokowi-Ahok bagi gw menjadi hantu yang membayangi. Kasus penculikan mahasiswa 1998 sampai saat ini belum tuntas, bahkan masih ada yang hilang. Dan ini menjadi ganjalan/batu sandungan bagi gw untuk memilih Jokowi-Ahok.
Faisal-Biem
Maka pilihan gw jatuh pada pasangan no.5, Faisal-Biem. Gw hanya orang awam, tetapi calon independen bagi gw konsep yang menarik. Mungkin karena gw sudah kecewa dengan sepak terjang partai yang ada. Lebih dari itu, gw tersentuh dengan Faisal Basri yang menjual rumahnya untuk modal kampanye, karena beliau tidak punya “sponsor” raksasa seperti partai atau pengusaha. Gw suka dengan slogan “Calonnya warga, bukan calonnnya partai”. Dan beberapa kali gw menonton debat cagub, beliau terkesan pede, cerdas, tetapi tetap santun.
Gw juga tidak melihat track record buruk dari beliau.At least, gw belom pernah denger.
Bagi gw, memilih Faisal-Biem juga bentuk ekspresi kekecewaan gw pada partai2 besar yang sudah, maaf, memperkosa negeri dan warga Jakarta. Anggap aja ini bentuk protes gw dalam bentuk damai. Selain itu, gw seneng dengan underdog. Faisal-Biem memang sangat terbatas dana kampanyenya, dan gw seneng mendukung mereka yang kecil kans-nya, tetapi tetap mau fight. Ini mungkin sisi sentimentil gw yang bicara. Nggak rasional, tapi ya begitu deh. (Ternyata gw ada sisi Termehek2 juga ya….)
Soal Kans dan Golput
Gw ngerti kalo Foke kans menangnya besar sekali. Gw dulu kerja lama di marketing dan advertising, dan gw tau kekuatan iklan besar2an seperti yang sedang dilancarkan Foke. Siapa yang “berteriak paling keras” umumnya punya posisi superior. Apalagi beliau incumbent, yang diuntungkan dari banyak orang yang malas berpikir, dan mentalitas “cari aman sajalah”.
Tetapi gw berharap minimal mereka yang sudah kecewa dengan Foke untuk tidak golput dan ikut mencoblos. Kita sudah sering mendengar kalo surat suara yang tak terpakai itu menjadi sasaran empuk “tim sukses hitam” yang menghalalkan segala cara untuk menambah suara. Kalo bisa, seberapa apatisnya, cobalah untuk tetap memiliki harapan, dan ikut mencoblos. Minimal tidak memberikan kesempatan surat suara nganggur disalah-gunakan. Pengalaman terakhir prosesnya tidak lama kok. Bahkan ada kemungkinan ngeliat cewek/cowok kece dari lingkungan sekitar yang selama ini tidak terpantau :p Siapa tahu, ikut mencoblos juga membantu ketemu jodoh 😀
Itu aja sih “review awam” gw. Bukan pendapat pakar atau analis, hanya warga awam biasa. Semoga meramaikan pilkada DKI ini. Dan buat temen2 warga Jakarta: selamat mencoblos tanggal 11. Pakai hati nurani selain otak untuk Jakarta yang lebih oke. Dan pakai mata untuk ngeliat2 tetangga kece….. yay!
Categories: Negeriku
saya sepakat dengan pendapat mase, dan semakin terpengaruh review awam mas .
Gw jg sempat berpikir utk milih Faisal-Biem. Tapi menurut gw sistem politik yang ada sekarang, ga bisa segampang itu diubah, apalagi Faisal Basri belum pernah punya pengalaman memimpin daerah. Sementara, Jokowi-Ahok udah terbukti. Soal Jokowi-Ahok yang di-back up sama Gerindra sih menurut gw, Jokowi ga bisa diatur semudah itu ya, buktinya dia pernah berseberangan ama Gubernur. Yang paling penting mereka udah terbukti bersih meskipun sudah masuk ke sistem politik yg kotor. Itu yang ga ada di Faisal-Biem.
Tapi gw setuju (dan terus berdoa) jangan sampai Foke lagi yang kepilih. Jangan pilih Foke lagi!
Thanks for sharing, Oom.
siapa sih yang ga bisa prabowo atur?
Jokowi maju karena disuruh partai, padahal di periode yg ke2 sbg walikota solo dy mendapat legitimasi rakyat solo sekitar 90%. Itu artinya dia udah mengkhianati suara rakyat yg milihnya, cuma gara2 perintah seseorang. Layak kah di sebut pemimpin yg baik??
kalau saya tinggal di jakarta, sy juga akan coblos Faisal-Biem, sayang sy tinggal di Bandung 😀
Begini, bos. terkait amanah, kita mesti lihat situasi dan kondisi. kalo kita paham substansi masalah bangsa, kita mesti tetapkan prioritas dulu. maksudnya kita mesti berpikir strategis. jakarta sebagai barometernya indonesia. dan jakarta menjadi role model bagi daerah lain. karena itu, momen pilkada ini menjadi penting pada saat seorang pemimpin punya visi yang luhur terhadap kehidupan bernegara kedepan. maka akan menjadi lebih penting dan lebih prioritas untuk menjadi DKI 1. Dengan catatan, daerah yang ditinggalkannya sudah terurus dengan baik. Bayangkan, kita sudah lama memimpikan sosok pemimpin yang jujur, bersih, transparan, dan profesional melayani warga masyarakat. Ini momen yang tepat. Sosoknya sudah muncul, timingnya ada. Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini untuk jakarta yang lebih baik. Sebagai catatan, jakarta sudah punya peta masalah, jakarta juga sudah punya peta solusinya, namun sayang, sekarang jakarta belum punya pemimpin yang jujur, bersih, transparan, dan profesional melayani warga masyarakat.
Paling bisa nih om piring ngelucu di omongan serius kayak gini. Anyhow, gmn cara nyoblos nya? Ke tps saja dgn modal ktp kah? Serius gw ga tau. Tks utk pencerahannya
Yang pasti sih si ‘foke’ jangan kepilih lagi, masih kengiang tuh jawabannya dia pas ditanya banjir: ‘itu bukan banjir cuma genangan air’ #ngehe
Lalu soal korup..aiya..gak usah bilanglah soal halte trans jakarta salah satu koridor yg tiba2 jalan setelah jembatan ‘langsung’ ke suatu mall jadi, padahal tu halte uda lumutan sangat gw tunggu2in.
Soal MRT? Dulu rasanya pernah baca salah satu info bahwa itu proyek kerjasama dengan luar, jadi mau bukan Foke juga bakalan tetap jalan #janganpilihFoke « Intinya mah ini wae
Sebenernya salah satu keberhasilan Foke adalah makin bagusnya pasar tradisional. Yang saya lihat secara langsung Pasar Rawabening. Tapi, ‘dosa’ tak termaafkan adalah bergandengan dengan perkumpulan anarkis itu. So, no to Foke. Kebetulan saya memang berencana pilih FaisalBiem 😀
asal jangan foke dan alex nurdin hahaha, walau sudah tidak tinggal di Jakarta lagi, tapi saya masih mengikuti perkembangan. Secara pribadi saya juga lebih berpihak ke Faisal Biem, tapi bener kata yang di atas, sistem politik kita saat ini sangat tiadk bersahabat dengan calon independen, jangankan gubernur, wakil presiden macem boediono saja di goyang sampe akhirnya partai – partai koalisi bisa nyaman dengan pembagian jatah dari SBY. Ketakutan utama saya klo Faisal Biem terpilih adalah tidak adanya dukungan dari legislatif yg isinya jelas dari partai semua. Pasti gk mudah untuk bisa merangkul legislatif karena mereka jelas punya agenda partai masing2. ini juga pendapat saya yang awam sm politik 🙂
faisal-biem TOP BGT,,
Banyak yg sudah menulis ttg mengapa memilih Faisal-Biem (seharian ini saja sudah lbh dari 5 yg saya twitkan tautannya), tapi tidak banyak yg bicara terang2an buruknya golput & “cari aman sajalah”.
Golput adalah hak, betul– tapi semua hak disertai kewajiban. You don’t vote (and/or pay taxes) then you don’t get to bitch about the elected administration, that’s my personal view. Harsh/self-righteous? No, just trying to treat adults as adults.
Soal “cari aman saja”. Kemarin sore saya terheran2 melihat twit bbrp akun, dan akhirnya putuskan ngetwit cukup panjang ttg beda probabilita statistik dan suara nyata. Bertahun2 jadi Brand Manager di FMCG, saya paham & pakai statistika. Itu ilmu yg punya dasar sahih, dan validitasnya bisa dicek via metodologinya. Tapi probabilita tetap BELUM fakta. Bila survey memprediksi Foke akan menang lagi, maka berbondong2lah ke TPS besok dan coblos kandidat pilihan Anda (ada 5 pasangan lain!) yg BUKAN Foke-Nara. Vote against that probability, that projections– bukan malahan jadi surut-menciut. Analoginya; kata survey rumahmu mudah dimalingi, ya pasang ekstra kunci & gembok, bukan malah buka pintu & jendela lebar2. Ini kan logika linear teramat sederhana, ya?
Anyhoo. My two bits. Soal pilihan, 9 hari #fundraisingFB kemarin sudah sikap amat terbuka dari saya dkk, selain contoh praktis bhw “Berdaya Bareng-Bareng” itu nyata & berbuah. So tomorrow, bismillah… gimme5! YEAH!!
Sebagai orang awam yg rada males mikir gw suka pemikiran lo… dan ijin share yah biar byk orang kyk gw tercerahkan .. kudu nyoblos biar gak satu putaran ajah 🙂
saya dukung mantan rektor saya ini..
Terus terang sebelumnya sy terbuai janji2 kampanye salah satu pasangan Ϋƍ didukung parpol. Sampai akhirnya sy membaca tulisan @pandji Ϋƍ menurut sy mampu membuat hampir semua Ϋƍ membaca berbalik arah 180 derajat ( jika masih punya rasa sayang pd Jakarta ) termasuk sy utk mencoblos #5 besok…sy ingin perubahan di Jakarta skrg…tempat sy lahir, tumbuh, bernafas dan bekerja dan mungkin sampai akhir hayat sy…Jakarta butuh pemimpin baru #gimme5
sayang ya om faisal cuma dpt 5% menurut qc 😦
Jokowi jadi gubernur DKI, Jakarta bisa makin berjubel