Skip to content

Steve Wozniak, Dan Bagaimana Agar Kamu Di-livetweet

Hari ini ceritanya Steve Wozniak, salah satu pendiri Apple, bertandang ke Indonesia, membagikan kebijaksanaannya mengnai inovasi dan kreatiitas. Gw sendiri gak dateng, karena ada meeting di Bogor, tetapi terlebih lagi, karena gw gak diundang sih (hiks, padahal gw kurang inovatip apa coba dengan survey2 gak penting gw!) Anyway, fenomena “kedatangan dewa” pun terjadi. Mereka yang datang ke acara terebut segera meng-live tweet-kan quote-quote “kata-kata bijaksana” dari Mas Steve Wozniak, lengkap dengan hestek #SteveWozID. Dan banyak yang terkagum-kagum dengan pidato Steve  yang dirasakan begitu ‘inspirasional’. Bukan Twitter namanya kalo gak ada yang komentar sarkas soal quote-quote bijaksana ini. Dan kali ini gw melihat ada kebenaran sih di sarkas yang lucu-lucu itu. @VeHandojo misalnya, “Beneran deh, quotes Steve Woz yang berkeliaran di timeline gue sih cuma klise-klise-an doang, ya. Eneg” Kalo diliat, emang sih, beberapa quote Mas Steve ini sebenarnya biasa atau klise banget. Contoh (ini semua diambil dari akun @ReneCC): “Don’t just work for money. Do things that really matter for you” (Hmmm, udah sering denger ini sih. Malah dari masbro Rene Suhardono sendiri kayaknya) “Don’t go out there and ask for money. Create something that works first!” (Hmmm, kalo elu asal minta duit ke orang-orang sih kemungkinan elu diringkus sama aparat ya…) “Speak your mind – at least to yourself” (Actually, most of time nobody listens to my mind except myself….) “All great things take time to develop” (Gw udah sering banget denger ini dari client atau kolega di advertising […]

Read More →

Review Awam: Pilkada DKI, Takut Kumis, dan Underdog

Review awam kembali lagi! Kalo biasanya gw “review awam” smartphone, kali ini gw mau “review awam” Pilkada DKI ah. Jujur gw terinspirasi tulisan Pandji “Jakarta Untuk Warga” (ini udah copy-annya di kaskus, soalnya tulisan di blog asli Pandji sering down karena terlalu banyak yang akses). Jadi gw pengen ikutan share. Kenapa penting banget gw nyebutnya “review awam”? Karena gw memang hanya orang awam. Gw gak pinter politik, ataupun membaca/menonton topik2 politik. Gw cuma warga DKI biasa, yang lebih hobi nonton infotainmen nungguin berita Anang, Syahrini, Jupe, atau Anisa Chibi, daripada nonton acara politik. (Kecuali kalo ada Ruhut Sitompul dan Hotman Paris, karena nonton mereka menghibur banget! :D). Gw cuma tahu sedikit2 aja soal cagub, sebatas kapasitas gw sebagai warga biasa pemerhati girlband pada umumnya. Artinya: “review awam” ini harus dibaca dengan mikir dan kritis, jangan diinterpretasikan sebagai tulisan kaum ahli. Silahkan baca tulisan2 mereka yang lebih ngerti situasi supaya lebih pinter. Kalo gw sih, pengen share opini awam ajah. Okeh? 🙂 Pertama2, gw pengen bilang: Gw udah pasti gak mau milih Foke. Alasan gw udah kapok sama Foke? Lebih dari sekedar banjir dan macet. Gw ngerti kalo banjir itu masalah kompleks, gak bisa cuma nyalahin Pemda DKI. Ada faktor cuaca kadang2, dan penggundulan kawasan Puncak, Bogor juga pasti ada pengaruhnya. Soal macet, emang gw kesel banget, tetapi toh gw juga ikutan kontribusi dengan memakai mobil pribadi dan tidak memakai angkutan umum (karena gw takut dicopet, dijambret, dan dicolek). Tetapi alasan gw kapok […]

Read More →

Laporan Survey Jomblo Nasional 2012

Berkat darah, doa, dan keringat seluruh kaum jomblo se-Indonesia, akhirnya usailah Survey Jomblo Nasional 2012 yang dilakukan selama periode 15 Juni malam, sampai penghitungan data pilihan ganda yang diambil 17 Juni malam. Untuk hasil “open-ended”, masih dipilih sampai hari input hari Senin. Jujur, gw kagum sama antusiasme para jomblowan dan wati Indonesia. Sampai saat postingan ini ditulis, tercatat 3,316 survey […]

Read More →

Antara Zodiak, Kemalasan, dan Ketakutan.

Fenomena yg gw gak ngerti sampai sekarang adalah populernya astrologi atau horoskop, khususnya di kalangan terdidik dan profesional. Gw pribadi tidak percaya dengan astrologi, baik sebagai klasifikasi kepribadian, atau untuk membaca masa depan (apa lagi itu!) Sebagai klasifikasi kepribadian, sampai sekarang tidak ada tes ilmiah yang membuktikan bahwa manusia bisa dibagi menjadi 12 jenis kepribadian yang distinct mengikuti penjelasan zodiak (padahal tes ini relatif mudah dilakukan, dengan multivariate psychographic segmentation). Sampai sekarang toh tidak ada bukti nyata tentang 12 jenis pribadi berdasarkan zodiak yang didukung statistik yang solid. Problem gw yang lain dengan astrologi adalah prinsip dasarnya: di mana sekelompok gugus bintang bisa menentukan kepribadian dan masa depan gw. Entah apa penjelasannya bintang jutaan tahun cahaya jaraknya bisa ngurusin hidup gw. Ingat juga bahwa bintang yang kita lihat sekarang sebenarnya sudah “usang”. Cahaya bintang yang kita lihat sudah menempuh jarak jutaan tahun lamanya, jadi bisa saja suatu bintang yang kita lihat sebenarnya sudah lama mati. Tapi ya astrologi memang dibuat oleh orang primitif yang belum mengerti hal2 ini. Jangan lupa, semua rasi bintang dalam zodiak “Capricorn, Libra, Leo, dll”, hanyalah rekaan sekelompok orang dari kebudayaan Babilonia (terus lanjut ke Yunani) yang membuat garis2 penghubung antar beberapa bintang seenak udel, tergantung saat itu mereka lagi mabok cimeng atau anggur. Di kebudayaan2 lain, rasi bintang punya bentuk dan nama yang berbeda. Ya terserah imajinasi mereka yang jaman dulu melihat dan membayangkan gambar2 tersebut. Terus kenapa banyak orang berpendidikan bisa percaya pada astrologi? […]

Read More →

Bertemu Tuhan dengan Menghalangi Pencari Tuhan Lainnya

Jadi ceritanya malming ini gw lagi ngadmin Survey Jomblo Nasional 2012, tapi kemudian baca twitnya Om Todung Mulya Lubis mengenai penutupan 20 gereja di Aceh. Gw cari di google terus ketemu beritanya di sini Jujur gw sedih. Bukan hanya karena gw kebetulan berstatus pemeluk agama Kristen, jadi bisa berempati. Tapi juga sedih dengan kondisi negara ini. “Religious persecution”, atau ‘penganiayaan agama’, sudah bukan barang baru akhir2 ini di Indonesia. Dari kasus GKI Yasmin, Ahmadiyah, sampai kasus gereja di Aceh ini. Sering ‘dikemas’ dengan kata2 indah seperti “masalah perijinan”, “tidak sesuai dengan masyarakat sekitar”, dll, tetapi “religious persecution” ya religious persecution, dengan nama apapun. Yang bikin gw sedih adalah, trend ini benar-benar pergerakan mundur dari sebuah “civil society”. Di berbagai belahan bumi lain, di negara2 maju, hak-hak beragama dari mayoritas maupun minoritas dilindungi. Ketika dua tahun lalu sebuah mesjid akan dibangun di dekat situs 9-11, di tengah kritikan keras, Obama tegas pada pendirian bahwa mesjid tersebut berhak untuk didirikan (berita di sini). Itulah contoh sikap yang beradab abad 21. Membenci, mendiskriminasi pemeluk agama lain, bagi gw adalah sebuah perilaku yang luar-biasa purba, tidak beradab, dan harusnya tidak memiliki tempat di abad 21 ini. Ironis sekali, bahwa ketika bangsa Indonesia menikmati kemajuan ekonomi yang sangat baik, standar hidup meningkat, kelas menengah tumbuh, banyak yang punya smartphone, dan tablet,tapi pola pikirnya masih “prasasti”, alias purba. Kita membiarkan sekelompok kecil penjahat dengan agenda mereka mempertentangkan golongan2 dalam masyarakat secara horizontal. Gw udah bosen nulis ini, […]

Read More →

Hasil #SurveyNewsplatter ! Menggemparkan! Menghebohkan!

Okay, titelnya memang rada lebay, tapi penting untuk menarik perhatian. (And it works right? Admit it!) Jadi awalnya adalah pekerjaan kantor yang memerlukan riset. Ketika gw dijelaskan bahwa kolega gw akan menggunakan surveymonkey, sebagai seorang yang penuh rasa ingin tahu, tentunya gw pengen mencoba sendiri seperti apa itu surveymonkey. Karena untuk mencoba sebaiknya tidak tanggung-tanggung, gw putuskan membuat sebuah survey […]

Read More →

Is ‘Social Tweeting’ A Waste of Time?

Indonesia never runs out of drama. From religious intolerance to Lady Gaga, we have our share of weird episodes in this young democracy. And with all these hoopla, we have our “Tweeting Middle Class” who always have something to say on the matter. Including me! Now, I’ve seen cynical voices about these Indonesian tweets, basically saying that tweeting alone is useless. It is only intellectual, digital masturbation that accomplishes nothing. These voices usually say that real action must be “offline”. That only “real” action in the physical sense gets things done. Hence, their mocking at Indonesians who are only “loud” on Twitter land. I agree with them. But not completely. I agree that change must happen through action. Well, it is kind of obvious, isn’t it? But I disagree that all the loud chirping over social issues on Twitter means completely nothing, and can be easily dismissed as a waste of time of the middle class. (my tweets over Syahrini or Bubu are OF COURSE effective time waster, that’s why you must put things in the context :D) Here’s why I disagree with the cynics, why I welcome all the ‘social tweeting’ in positive light. And it begins with….Leonardo DiCaprio. If you have seen ‘Inception’, you may remember a quote from Leo’s character, Cobb. “What is the most resilient parasite? Bacteria? A virus? An intestinal worm? An idea. Resilient… highly contagious. Once an idea has taken hold of the brain it’s […]

Read More →

Review Super-Awam Reksadana

Beberapa minggu yang lalu gw pernah ngetwit soal reksadana, terus diminta beberapa followers untuk kultwit. Gw gak berani lah, soalnya gw bukan ahlinya (seperti @hotradero atau @mrshananto). Tetapi yang bisa gw berikan mungkin review SUPER-awam sebagai “customer”. Jadi sekali lagi: ini hanya review SUPER AWAM. Gw BUKAN ahli/perencana keuangan. Ini hanya berbagi pengalaman pribadi. Untuk informasi lebih jelas dan bener, […]

Read More →

Tentang Perubahan Dan Tikus-tikus

Kemarin ketemu temen lama, terus ngobrol2 soal berbagai drama kantor. Inti dari kisahnya: kantor tempat dia bekerja mengalami pergantian manajemen beberapa waktu yang lalu. Dan beberapa ‘orang lama’ terus-terusan mengeluh dan membandingkan dengan masa lalu yang ‘lebih bahagia’. Gw sih jujur merasa kasihan kepada mereka yang terus-terusan mengeluhkan, membandingkan, dan merindukan masa lalu tersebut. Istilah jaman sekarang “susah move on”. […]

Read More →

Job, Profession, dan Sumber Kebahagiaan Alternatif

Kita sering mendengar nasihat untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion kita. Dan memang ada logikanya. Pada umumnya pekerjaan/profesi kita mengambil porsi besar dalam hidup kita setiap hari, sekitar 8-10 jam. Banyak yang malah bekerja sampai 12 jam. Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan di pekerjaan, wajar kalau idealnya kita melakukan hal yang kita enjoy. Keuntungan dari memiliki pekerjaan yang sesuai passion, minat, dan bakat kita tentunya cukup jelas. Kita bisa berangkat pagi, memulai hari dengan semangat, minimal gak bete. Selain itu, dalam keadaan susah (karena hidup tidak mungkin senang terus), kita tidak cepat menyerah. Gw jadi ingat kata2 mantan bos gw di advertising (Lulut Asmoro dari JWT), waktu gw bertanya apa yang bikin dia tetap semangat, bahkan di usia 40-an lebih. Rahasianya: membedakan antara ‘job’ dan ‘profession’. Job itu profesi besarnya, atau bidangnya (kerja di advertising, marketing, PR, finance, dll), sementara ‘profession’ itu adalah aktivitas sehari2nya, atau job +faktor duit/bisnis. Nah, yang sering ngehek itu elemen2 dalam ‘profession’: temen kantor resek, client nyebelin, dll. Tetapi ‘profession’ yang gak enak jangan sampe dicampur-adukkan dengan ‘job’. Kalau seseorang sebenarnya suka accounting, tapi pekerjaan yang sekarang gak enak, ya jangan terburu2 mengambil kesimpulan bahwa dia tidak cocok dengan ‘job’ accounting. Karena solusinya mungkin di hal2 di luar ‘job’ yang bisa diselesaikan (kalo nggak bisa, ganti kantor). Dan itulah yang membuat mantan bos gw bertahan itu sampai sekarang. Kata2nya dia sendiri “Gw sering sebel sama kejadian2 menyangkut kerjaan sehari2, ada aja masalah2 di advertising. Tetapi […]

Read More →